Aku sudah
lulus SMA, baru saja masuk kuliah pada jurusan Ekonomi di salahsatu Universitas
Swasta ternama di Jakarta.
Walau untuk
melanjutkan kuliah di luar negeri, papaku akan membiayai dan juga mama memaksa,
namun aku tidak mau.
Di Indonesia juga bagus, semua tergantung dari kita sendiri, luar negeri tidak menjamin, lagipula mana mau aku meninggalkan mama.
Di Indonesia juga bagus, semua tergantung dari kita sendiri, luar negeri tidak menjamin, lagipula mana mau aku meninggalkan mama.
ÔÇ£Ahhh..
Sssshhh.. Oohhh..ÔÇØ
ÔÇ£Terusss yanggg.. Aaawww.. dikiit lagi..ÔÇØ
ÔÇØYesss.. yessss.. Ahhhh..ÔÇØ
ÔÇ£Terusss yanggg.. Aaawww.. dikiit lagi..ÔÇØ
ÔÇØYesss.. yessss.. Ahhhh..ÔÇØ
Mama
mengejang dan mengalami orgasme, sedangkan aku tetap memompakan tongkolku
dengan cepat dalam liang memeknya.
Tetek besar
tersebut bergoyang seiring sodokanku pada memek mama.
Makin menambah semangatku, akhirnya 5 menit kemudian akupun terkulai lemas setelah mengeluarkan spermaku.
Kami lalu berciuman mesra sebelum berbaring memulihkan stamina.
Makin menambah semangatku, akhirnya 5 menit kemudian akupun terkulai lemas setelah mengeluarkan spermaku.
Kami lalu berciuman mesra sebelum berbaring memulihkan stamina.
Hari ini
adalah hari Minggu, masih pagi, jadi karena tidak ada kegiatan, aku dan mama
bersantai saja, memulai hari dengan permainan seks yang nikmat.
Tubuh mama yang saat ini berusia 39 tahun, makin terlihat matang dan makin seksi saja.
Tubuh mama yang saat ini berusia 39 tahun, makin terlihat matang dan makin seksi saja.
Tanpa terasa
hampir 4 tahun aku dan mama berhubunganm namun gairah kami tidak pernah
berkurang, makin bertambah setiapkali melakukannya.
Lagi santai
berbaring, terdengar HP mama berbunyi, mama mengangkat Hpnya melihat siapa yang
menelepon, bergumam tidak kenal nomornya, namun tak urung menjawabnya.
Kuperhatikan
raut mama berubah menjadi serius dan menjawab singkat-singkat lawan bicaranya.
Mama mematikan HP-nya, lalu menatapku.
Mama mematikan HP-nya, lalu menatapku.
ÔÇØDari
istri papamu.ÔÇØ
ÔÇØApa.. ngapain nelepon mama, mau ganggu mama..? Biar Irwan hajar dia.ÔÇØ
ÔÇØApa.. ngapain nelepon mama, mau ganggu mama..? Biar Irwan hajar dia.ÔÇØ
ÔÇØSabar
dulu Wan, Papamu masuk rumah sakit, katanya kena stroke.ÔÇØ
ÔÇØTerus apa hubungannya sama kita..?ÔÇØ
ÔÇØTerus apa hubungannya sama kita..?ÔÇØ
ÔÇØYa,
kayaknya sih parah, jadi kamu harus menengok papamu.ÔÇØ
ÔÇØAh.. malas ah, mama kan tahu, Irwan sebeeel banget sama dia.ÔÇØ
ÔÇØAh.. malas ah, mama kan tahu, Irwan sebeeel banget sama dia.ÔÇØ
ÔÇØIya, mama
tahu, tapi kamu harus datang, Wan. Biar gimanapun dia papa kamu.ÔÇØ
ÔÇØBaik, tapi mama ikut..ÔÇØ
ÔÇØBaiklah, nanti Runah Sakit dan ruangannya akan di SMS ke mama.ÔÇØ
ÔÇØBaik, tapi mama ikut..ÔÇØ
ÔÇØBaiklah, nanti Runah Sakit dan ruangannya akan di SMS ke mama.ÔÇØ
Lalu kami
segera bangun, menuju ke lantai bawah, sarapan dulu, lalu pergi mandi..
ÔÇôtentu saja sekali lagi aku menyodok mamaÔÇô, berpakaian dan bersiap ke Rumah Sakit.
ÔÇôtentu saja sekali lagi aku menyodok mamaÔÇô, berpakaian dan bersiap ke Rumah Sakit.
Memang aku
tidak akan pernah bisa memaafkan papaku atas perbuatannya sama mama.
Tidak pernah kupahami mengapa si tolol itu memilih meninggalkan mama untuk menikahi pelacurnya
ÔÇôistilah favoritku untuk istrinya tersebutÔÇô yang lebih muda 20 tahun darinya.
Tidak pernah kupahami mengapa si tolol itu memilih meninggalkan mama untuk menikahi pelacurnya
ÔÇôistilah favoritku untuk istrinya tersebutÔÇô yang lebih muda 20 tahun darinya.
Memang dia
tetap membiayai aku dan kakakku, juga terkadang mengajak aku atau kakakku
pergi, namun aku tidak pernah merasa senang.
Bagiku
istilah papa hanya sebutan saja, tinggal formalitas secara akte hukum saja,
bahwa dia adalah ayah kandungku, tidak lebih dari itu.
Ikatan
emosiku sudah mati saat dia menceraikan mamaku.
Kuingat pernah sekali dia mencoba mengakrabkan aku dan kakakku dengan istri barunya
ÔÇôkejadiannya tak lama setelah papa kawin lagiÔÇô.
Kuingat pernah sekali dia mencoba mengakrabkan aku dan kakakku dengan istri barunya
ÔÇôkejadiannya tak lama setelah papa kawin lagiÔÇô.
Seperti
biasa kadang dia mengajakku dan kakakku jalan entah makan atau ke mall.
Dia jemput kami di rumah, saat kami masuk ke mobilnya, ada seorang wanita di dalamnya.
Dia jemput kami di rumah, saat kami masuk ke mobilnya, ada seorang wanita di dalamnya.
Dalam
perjalanan papa bilang ini istrinya dan memperkenalkannya pada kami, namanya
Vera, lalu papa bilang kami bisa memanggilnya mama Vera
ÔÇôTolol sekali dia kalau mengira kami mau memanggil wanita itu dengan sebutanÔÇÖmamaÔÇÖÔÇô.
Lalu aku dan kakakku sengaja bercakap di depan mereka..
ÔÇôTolol sekali dia kalau mengira kami mau memanggil wanita itu dengan sebutanÔÇÖmamaÔÇÖÔÇô.
Lalu aku dan kakakku sengaja bercakap di depan mereka..
ÔÇØKak Erni,
mama kita hanya satu kan, mama Susan.ÔÇØ
ÔÇØIya, Wan, memangnya kenapa..!?
ÔÇØIya, Wan, memangnya kenapa..!?
|
|
ÔÇØNggak
lucu saja, papa minta memanggil perempuan kayak gini dan kita nggak kenal
dengan sebutan mama..ÔÇØ
ÔÇØIya,
betul juga ya Wan. Panggilnya apa dong..?ÔÇØ
ÔÇØIya, terserahlah, mau tante, mbok, mbak, neng atau apa saja, asal jangan mama.ÔÇØ
ÔÇØYa sudah, kita nyebutnya tante saja deh Wan.ÔÇØ
ÔÇØIya, terserahlah, mau tante, mbok, mbak, neng atau apa saja, asal jangan mama.ÔÇØ
ÔÇØYa sudah, kita nyebutnya tante saja deh Wan.ÔÇØ
Lalu aku dan
kakak tertawa, sedang kedua orang di kursi depan mobil diam membisu.
Raut wajah Papa nampak marah, namun tak bisa apa-apa karena memang ini salahnya Acara saat itu berlangsung dingin dan sejak saat itu papa tidak pernah mengajak perempuan itu saat pergi dengan aku atau kakakku.
Raut wajah Papa nampak marah, namun tak bisa apa-apa karena memang ini salahnya Acara saat itu berlangsung dingin dan sejak saat itu papa tidak pernah mengajak perempuan itu saat pergi dengan aku atau kakakku.
Tak lama
kami tiba di rumah sakit.
Segera menuju ruang ICU, di depan ruang ICU kulihat ada Om Dedi dan Tante Rika, adik-adik papaku.
Aku segera menyalami mereka, mama juga menyalami mereka dan menanyakan situasinya.
Segera menuju ruang ICU, di depan ruang ICU kulihat ada Om Dedi dan Tante Rika, adik-adik papaku.
Aku segera menyalami mereka, mama juga menyalami mereka dan menanyakan situasinya.
Nampaknya
papaku terlalu sibuk bekerja, ditambah pola makan dan istirahat yang tidak
seimbang juga stress karena pekerjaan..
kesehatannya kurang terjaga, tiba-tiba saja pagi tadi mengalami stroke secara mendadak, juga dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa kondisi jantungnya agak terganggu.
Kini sedang ditunggui oleh tante Vera, istrinya.
kesehatannya kurang terjaga, tiba-tiba saja pagi tadi mengalami stroke secara mendadak, juga dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa kondisi jantungnya agak terganggu.
Kini sedang ditunggui oleh tante Vera, istrinya.
Sampai saat
ini mereka belum dikaruniai anak.
Aku hanya diam sambil berpikir, harga yang mahal untuk sebuah kesuksesan, memang usaha papaku maju dan berhasil, tapi bukan berarti harus tidak punya waktu menikmati hidup kan..!?
Aku hanya diam sambil berpikir, harga yang mahal untuk sebuah kesuksesan, memang usaha papaku maju dan berhasil, tapi bukan berarti harus tidak punya waktu menikmati hidup kan..!?
Tak lama
pintu ruang ICU terbuka dan kulihat tante Vera keluar, wajahnya kuyu dengan
mata sembab, agak terkejut dengan kehadiran kami, lalu menghampiri kami..
Karena aku yang terdekat menyalamiku dahulu, lalu agak ragu dan canggung waktu mau menyalami mamaku, namun mama dengan anggun menjulurkan tangan mengajak bersalaman.
Karena aku yang terdekat menyalamiku dahulu, lalu agak ragu dan canggung waktu mau menyalami mamaku, namun mama dengan anggun menjulurkan tangan mengajak bersalaman.
Suasana agak
kaku, lalu suara Om Dedi terdengar..
ÔÇØSebaiknya kalian melihat ke dalam dulu.ÔÇØ
ÔÇØSebaiknya kalian melihat ke dalam dulu.ÔÇØ
Aku dan mama
segera mengenakan pakaian khusus, lalu segera masuk, kulihat papa sedang
tertidur, dengan beberapa selang dan kabel terpasang di hidung dan tubuhnya.
Beberapa
mesin dan monitor terlihat di samping ranjang.
Wajahnya memang sangat pucat dan jauh lebih tua dari usianya saat ini, 51 tahun.
Wajahnya memang sangat pucat dan jauh lebih tua dari usianya saat ini, 51 tahun.
Aku agak
terkejut melihat wajahnya, karena memang sudah kama tidak bertemu.
Sedang wajah mama tampak tanpa ekspresi, datar saja. Lama kami hanya diam saja melihat papa.
Lalu mama menggamitku mengajakku keluar.
Sedang wajah mama tampak tanpa ekspresi, datar saja. Lama kami hanya diam saja melihat papa.
Lalu mama menggamitku mengajakku keluar.
Sesampainya
di luar mama kembali bercakap-cakap dengan Om Dedi dan Tante Rika, sedang tante
Vera memilih duduk agak jauh, diam saja.
Aku memilih berdiri saja agak jauh dari mereka menyaksikan mama yang sedang bercakap-cakap.
Tak lama kemudian mama memanggilku, aku menghampiri..
Aku memilih berdiri saja agak jauh dari mereka menyaksikan mama yang sedang bercakap-cakap.
Tak lama kemudian mama memanggilku, aku menghampiri..
ÔÇØWan,
kalau dilihat dari kondisi papamu, mungkin akan perlu waktu lama dirawat..ÔÇØ
ÔÇØIya, Irwan tahu lalu kenapa, ma..ÔÇØ
ÔÇØIya, Irwan tahu lalu kenapa, ma..ÔÇØ
ÔÇØTadi Om
Dedi dan tante Rika sudah berbicara dengan mama, kalau untuk yang menjaga,
tante Rika bisa saat siang dan sore, Om Dedi juga bisa sesekali jaga malam
hari. Is-tri-nya..,ÔÇØ
ÔÇôdingin banget suara mama saat mengucapkan kata istrinya tersebutÔÇô
ÔÇØtentu saja bisa menemani menjaga. Namun tetap butuh istirahat.
Jadi nanti mereka mengharapkan kamu bisa sesekali menginap malam atau jaga saat siang.
Nggak perlu tiap saat, kamu tinggal menelepon Om atau tante kamu atau si Vera itu untuk mengatur waktunya.ÔÇØ
ÔÇôdingin banget suara mama saat mengucapkan kata istrinya tersebutÔÇô
ÔÇØtentu saja bisa menemani menjaga. Namun tetap butuh istirahat.
Jadi nanti mereka mengharapkan kamu bisa sesekali menginap malam atau jaga saat siang.
Nggak perlu tiap saat, kamu tinggal menelepon Om atau tante kamu atau si Vera itu untuk mengatur waktunya.ÔÇØ
ÔÇØWah..
gimana ya ma..ÔÇØ
ÔÇØWan, kamu harus mau, biar gimana itu papa kamu.ÔÇØ
ÔÇØWan, kamu harus mau, biar gimana itu papa kamu.ÔÇØ
Aku yang
memang tidak punya pilihan hanya mengangguk..
Tidak lama kemudian mama dan aku pamit, Om Dedi bilang aku nggak perlu jaga dahulu, nanti saja kalau sudah dipindah kamar.
Tidak lama kemudian mama dan aku pamit, Om Dedi bilang aku nggak perlu jaga dahulu, nanti saja kalau sudah dipindah kamar.
Dalam
perjalanan pulang kami hanya diam saja, mama kulihat mengambil HPnya dan
menelepon kak Erni, mengabarkan yang terjadi, sambil menanyakan ÔÇôsedikit
maksaÔÇô apakah kak Erni bisa datang menengok untuk satu atau dua hari.
Lalu mama mematikan HPnya dan menyuruhku mengarahkan mobil ke restaurant kesukaanku, makan dulu.
Lalu mama mematikan HPnya dan menyuruhku mengarahkan mobil ke restaurant kesukaanku, makan dulu.
Besoknya aku
kuliah, pulangnya agak cepat, belum jam 12 aku sudah sampai rumah.
Baru saja aku masuk sudah kudengar suara cerewet.. kak Erni sudah tiba rupanya sedang nonton TV. Aku kecup pipinya.
Baru saja aku masuk sudah kudengar suara cerewet.. kak Erni sudah tiba rupanya sedang nonton TV. Aku kecup pipinya.
ÔÇØHeiii
jelek, kok sudah pulang, nggak kuliah ya..?ÔÇØ
ÔÇØEnak saja, memang pulangnya cepat hari ini. Kapan sampai kak..???ÔÇØ
ÔÇØEnak saja, memang pulangnya cepat hari ini. Kapan sampai kak..???ÔÇØ
ÔÇØTadi jam
9an, mama sudah kutelepon. Malas sih sebenarnya, tapi mama maksa.ÔÇØ
ÔÇØYa sudah turuti sajalah kak.ÔÇØ
ÔÇØKamu belum makan kan..? Sana bersih-bersih dulu, ganti baju, kakak masakin deh. Entar mau pergi jam berapa..!?
ÔÇØSore saja ya kak perginya. Masak yang enak ya kakakku sayang.ÔÇØ
ÔÇØYa sudah turuti sajalah kak.ÔÇØ
ÔÇØKamu belum makan kan..? Sana bersih-bersih dulu, ganti baju, kakak masakin deh. Entar mau pergi jam berapa..!?
ÔÇØSore saja ya kak perginya. Masak yang enak ya kakakku sayang.ÔÇØ
Aku segera
ke kamar mandi bersih-bersih, ganti baju, lalu turun ke bawah, kulihat kakakku
sedang membuka kulkas dekat meja makan, agak membungkuk mencari bahan makanan..
terlihat CDnya dari dasternya yang pendek melihatnya jadi timbul pikiran
nakalku.
Aku segera
menghampiri dan meremas pantatnya.
Kakakku
memekik, lalu membalikkan badan sambil tertawa.
ÔÇØJahil amat sih kamu..ÔÇØ
ÔÇØJahil amat sih kamu..ÔÇØ
ÔÇØSalah
sendiri.. kenapa mamerin anggota tubuh.. lagian Irwan kangen nih..ÔÇØ
ÔÇØIya..kakak juga, tapi sabar dong, kan sekarang kakak mau masak dulu..ÔÇØ
ÔÇØIya..kakak juga, tapi sabar dong, kan sekarang kakak mau masak dulu..ÔÇØ
ÔÇØSudah
nanti saja deh masaknya.. sekarang ada yang lebih penting.ÔÇØ
ÔÇØHuh dasar kamu, nggak sabaran ya..ÔÇØ
ÔÇØHuh dasar kamu, nggak sabaran ya..ÔÇØ
Segera
kutarik tubuh kakakku, menutup kulkas, lalu segera kuciumi bibirnya dengan
ganas..
kakak membalasnya, lidah kami bertautan dengan cepat.
Tanganku meremas tetek besarnya sementara tangannya meremas tongkolku.
kakak membalasnya, lidah kami bertautan dengan cepat.
Tanganku meremas tetek besarnya sementara tangannya meremas tongkolku.
Segera saja
kulepaskan dasternya, juga aku lepaskan kaos dan celana pendekku..
lalu tubuh kakak kuangkat dan kubaringkan di atas meja makan yang kosong.
Sedang aku masih berdiri di sampingnya.
lalu tubuh kakak kuangkat dan kubaringkan di atas meja makan yang kosong.
Sedang aku masih berdiri di sampingnya.
Aku segera
menyerbu tetek besarnya, meremas-remas dengan tanganku dan melumatnya dengan
mulutku, kumainkan dan kuhisap putingnya.
Sementara
tangan kak Erni mulai meraih tongkolku, dikocok-kocoknya, lalu diarahkan ke
mulutnya..
lidahnya mulai menjilati kepala tongkolku, lalu batangnya dan biji pelerku dia jilati dan dia kulum, dihisapnya dengan ringan dan lembut.
lidahnya mulai menjilati kepala tongkolku, lalu batangnya dan biji pelerku dia jilati dan dia kulum, dihisapnya dengan ringan dan lembut.
Lalu dia
mulai mengulum dan menghisap tongkolku.
Aku yang masih sibuk menghisap putingnya juga tak mau tinggal diam..
jariku segera menuju ke arah selangkangannya, kumainkan itilnya dan kusodok liang memeknya dengan jariku.
Aku yang masih sibuk menghisap putingnya juga tak mau tinggal diam..
jariku segera menuju ke arah selangkangannya, kumainkan itilnya dan kusodok liang memeknya dengan jariku.
Tubuh kak
Erni menggeliat keenakan.
Kulumannya pada tongkolku masih tetap seperti biasa perlahan namun mematikan..
dengan jilatan lidah yang terus bergerak menggelitik saraf-saraf sensitifku.
Kulumannya pada tongkolku masih tetap seperti biasa perlahan namun mematikan..
dengan jilatan lidah yang terus bergerak menggelitik saraf-saraf sensitifku.
Masih dengan
tongkolku tetap dikulum, aku ikut menaiki meja, posisi 69.
Kini lidahku mulai bergerilya menjilai memeknya yang sudah basah, kusapu liang memeknya dengan lidahku..
lalu segera kumainkan itilnya yang besar dan menonjol dengan gemas.
Kupilin-pilin dan kulumat dengan lidahku, makin membuat kakakku kelojotan.
Kini lidahku mulai bergerilya menjilai memeknya yang sudah basah, kusapu liang memeknya dengan lidahku..
lalu segera kumainkan itilnya yang besar dan menonjol dengan gemas.
Kupilin-pilin dan kulumat dengan lidahku, makin membuat kakakku kelojotan.
Jariku
kembali ikut berpartisipasi menyodok liang memeknya, makin sering saja kak Erni
menggeliatkan pinggulnya.
Kurasakan pula hisapan pada tongkolku makin kuat dan mencengkram.. Oughhh enak banget.
Kurasakan pula hisapan pada tongkolku makin kuat dan mencengkram.. Oughhh enak banget.
Sebagai
kompensasinya, itil kak Erni kini hanya pasrah saja menerima permainan lidahku
yang makin cepat dan ganas.
Sesekali terdengar desahannya, badannya terus menggeliat dan akhirnya mengejang saat menyemburkan cairan orgasme.
Sesekali terdengar desahannya, badannya terus menggeliat dan akhirnya mengejang saat menyemburkan cairan orgasme.
Aku lalu
segera turun, berdiri di depannya, kutarik kakinya, memeknya kini berada di
pinggir meja.
Kulebarkan kedua kakinya dan kuangkat ke atas dengan kedua tanganku, liang memeknya terlihat melebar, siap menerima hujaman tongkolku, segera saja kumajukan pantatku ke depan.
Kulebarkan kedua kakinya dan kuangkat ke atas dengan kedua tanganku, liang memeknya terlihat melebar, siap menerima hujaman tongkolku, segera saja kumajukan pantatku ke depan.
Blessss..!
Amblaslah seluruh tongkolku ke dalam liang memeknya, membuatnya bergetar.
ÔÇ£Heghh..ÔÇØ
ÔÇ£Ughh..!ÔÇØ
ÔÇ£Heghh..ÔÇØ
ÔÇ£Ughh..!ÔÇØ
Tanpa basa
basi lagi segera kupompa tongkolku dengan cepat, desahan dan rintihannya makin
kuat..
tetek besarnya bergoyang-goyang indah karena sodokan tongkolku yang cepat dan kuat..
tetek besarnya bergoyang-goyang indah karena sodokan tongkolku yang cepat dan kuat..
Kakinya kini
kukaitkan di kedua bahuku, sehingga tanganku kembali bebas dan segera meremas
teteknya.
Pinggulnya tak tinggal diam mengimbangi, aku sodok sedalam mungkin..
kucondongkan badanku memnciumi bulu keteknya yang agak jarang, lalu kujilati lehernya, kak Erni menggelat geli-geli nikmat.
Pinggulnya tak tinggal diam mengimbangi, aku sodok sedalam mungkin..
kucondongkan badanku memnciumi bulu keteknya yang agak jarang, lalu kujilati lehernya, kak Erni menggelat geli-geli nikmat.
ÔÇØUghhh..
enaaakkkk.. Wan.. En aakk.. Auwwww..ÔÇØ
ÔÇØYang Cepaaaatt.. Wan.. Ohhh..ÔÇØ
ÔÇØTerussss.. Oohhhhh.. Yessss..ÔÇØ
ÔÇØYang Cepaaaatt.. Wan.. Ohhh..ÔÇØ
ÔÇØTerussss.. Oohhhhh.. Yessss..ÔÇØ
Kembali kak
Erni mengalami orgasme. Aku lalu naik ke atas meja makan, berbaring..
Kak Erni kusuruh ke atasnu, membelakangiku, badannya condong ke belakang, tanganya ke arah belakang, bertumpu di meja, kakinya posisi jongkok di atas tongkolku, dengan perlahan kak Erni menurunkan pinggulnya,
Kak Erni kusuruh ke atasnu, membelakangiku, badannya condong ke belakang, tanganya ke arah belakang, bertumpu di meja, kakinya posisi jongkok di atas tongkolku, dengan perlahan kak Erni menurunkan pinggulnya,
Jleeeebbb..!
Dengan sempurna liang memeknya menemukan tongkolku dan ia pun mulai menggoyangkan pinggulnya naik-turun, tanganku dari belakangpun mulai meremas teteknya dan memainkan putingnya. Kunaikkan kepalaku sedikit, untuk menciumnya.
Dengan sempurna liang memeknya menemukan tongkolku dan ia pun mulai menggoyangkan pinggulnya naik-turun, tanganku dari belakangpun mulai meremas teteknya dan memainkan putingnya. Kunaikkan kepalaku sedikit, untuk menciumnya.
Lama kami
bermain dalam posisi ini, lalu kak Erni memajukan badannya kin dalam posisi
jongkok sempurna, kembali menaik-turunkan pinggulnya, aku mengimbangi dengan
juga menggoyangkan pinggulku mengikuti iramanya.
Sambil
memainkan pinggulnya, tangan kak Erni mulai memainkan itilnya sendiri.
Tangannya yang satu lagi sibuk meremas dan mengurut biji pelerku.
Aku masih berbaring, menikmati saja kenikmati ini, sesekali mataku merem melek keenakkan.
Tangannya yang satu lagi sibuk meremas dan mengurut biji pelerku.
Aku masih berbaring, menikmati saja kenikmati ini, sesekali mataku merem melek keenakkan.
Tak berapa
lama kurasakan denyutan enak di tongkolku dan juga kulihat badan kak Erni mulai
bergetar..
Crooottt.. crooottt..! Spermaku menyembur tanpa ampun berbarengan dengan orgasmenya.
Crooottt.. crooottt..! Spermaku menyembur tanpa ampun berbarengan dengan orgasmenya.
Kak Erni
hanya diam masih berjongkok di atas tongkolku yang masih menancap pada liang
memeknya..
kurasakan cairan mengalir membasahi batang tongkolku.
Kami terdiam menikmati sensasi orgasme kami.
Lalu kak Erni mencabut tongkolku, menjilat dan membersihkan sisa sperma di tongkolku
kurasakan cairan mengalir membasahi batang tongkolku.
Kami terdiam menikmati sensasi orgasme kami.
Lalu kak Erni mencabut tongkolku, menjilat dan membersihkan sisa sperma di tongkolku
ÔÇØUgh..
nggak bisa tunggu nanti ya kamu Wan..ÔÇØ
ÔÇØHehe.. kakak juga mau kan, ya hitung-hitung ucapan selamat datang..ÔÇØ
ÔÇØIh konyol.. sekarang kamu bersihin ya, terus bantu aku masak.ÔÇØ
ÔÇØHehe.. kakak juga mau kan, ya hitung-hitung ucapan selamat datang..ÔÇØ
ÔÇØIh konyol.. sekarang kamu bersihin ya, terus bantu aku masak.ÔÇØ
Lalu kami
berdiri, aku sempat mengecup pipinya, kubersihkan meja makan, lalu ke kamar
mandi.
Mencuci tongkolku, berpakaian dan segera membantu kakakku.
Mencuci tongkolku, berpakaian dan segera membantu kakakku.
Sorenya mama
pulang dan memilih tidak ikut pergi. Jadilah aku dan kakak saja yang pergi.
Setibanya di sana hanya ada tante Rika, Tante Vera sedang pulang istirahat.
Setibanya di sana hanya ada tante Rika, Tante Vera sedang pulang istirahat.
Kak Erni
menyalami dan mencium pipinya, berbasa-basi sejenak, lalu bersamaku melihat
papa.
Kesehatannya belum ada kemajuan, tapi kondisinya sudah lebih stabil.
Kesehatannya belum ada kemajuan, tapi kondisinya sudah lebih stabil.
Cukup lama
kami di situ, tante Vera sudah datang kembali, kak Erni hanya menyalami saja.
Tak lama Om Rudi datang, menyalami kak Erni, berbincang-bincang dengan kami, dia akan nginap di RS menjaga papa, katanya aku nanti saja giliran jaganya, minggu ini biar dia dan tante Vera saja.
Tak lama Om Rudi datang, menyalami kak Erni, berbincang-bincang dengan kami, dia akan nginap di RS menjaga papa, katanya aku nanti saja giliran jaganya, minggu ini biar dia dan tante Vera saja.
Akhirnya aku
dan kak Erni pamit pulang, tante Rika menanyakan apakah bisa ikut, kami
iyakan..
Setelah mengantar tante Rika ke rumahnya, kamipun pulang.
Setelah mengantar tante Rika ke rumahnya, kamipun pulang.
Malamnya aku
menggarap kak Erni habis-habisan, kebetulan mama sedang datang bulan, untung
ada kak Erni, jadi ada penggantinya hehehe.
Besoknya juga aku tidak kuliah dan memilih menghabiskan waktu bersetubuh dengan kak Erni.
Besoknya juga aku tidak kuliah dan memilih menghabiskan waktu bersetubuh dengan kak Erni.
Kak Erni
menginap 3 hari, tiap hari menengok dan melihat kondisi papaku.
Juga menghabiskan waktu di rumah dengan ÔÇÖkegiatan panasÔÇÖ denganku, hampir di mana saja, di sofa, di dapur, kolam renang, kamar mandi, pokoknya puas-puasan deh.
Juga menghabiskan waktu di rumah dengan ÔÇÖkegiatan panasÔÇÖ denganku, hampir di mana saja, di sofa, di dapur, kolam renang, kamar mandi, pokoknya puas-puasan deh.
Setelah 3
hari karena kondisi papa sudah stabil dan karena juga kegiatan kuliah kak Erni
kembali ke Bandung, aku antar ke stasiun, menunggu keretanya berangkat lalu
pulang.
Hari ke 4 kondisi
papa membaik, sudah siuman, namun belum bisa bicara namyak, karena stokenya,
kata dokter mungkin sementara waktu papa akan memakai kursi roda, karena
anggota tubuhnya pinggang ke bawah jadi lemah.
Juga syaraf di sekitar mulutya jadi agak kaku, belum bisa normal bicara dan harus diterapi.
Juga syaraf di sekitar mulutya jadi agak kaku, belum bisa normal bicara dan harus diterapi.
Dokter juga
memutuskan mengobati dan memantau kondisi jantungnya.
Dokter memutuskan bahwa kondisi papa sudah cukup stabil dan baik untuk dipindahkan..
Jadi diputuskan menempatkan papa ke ruang VIP ÔÇôBiayanya kan ditanggung perusahaannya sendiriÔÇô.
Para direksi dan karywannya juga mulai datang menjenguk. Sedang mama belum datang lagi.
Dokter memutuskan bahwa kondisi papa sudah cukup stabil dan baik untuk dipindahkan..
Jadi diputuskan menempatkan papa ke ruang VIP ÔÇôBiayanya kan ditanggung perusahaannya sendiriÔÇô.
Para direksi dan karywannya juga mulai datang menjenguk. Sedang mama belum datang lagi.
Siang itu
ada panggilan masuk ke HP-ku, nomornya tak kukenal, ternyata dari tante Vera..
Mula-mula canggung bicaranya, katanya malam ini apakah aku bisa menemani menjaga papaku.
Aku jawab bisa dan dia bilang nanti aku datang jam 9 malam saja.
Aku iyakan dan menyudahi pembicaraan. Lalu aku save nomornya, biar gampang kalau ada perlu nanti.
Mula-mula canggung bicaranya, katanya malam ini apakah aku bisa menemani menjaga papaku.
Aku jawab bisa dan dia bilang nanti aku datang jam 9 malam saja.
Aku iyakan dan menyudahi pembicaraan. Lalu aku save nomornya, biar gampang kalau ada perlu nanti.
Malamnya aku
datang, papa sudah dipindahkan ke kamarnya, kulihat dia sebentar, sudah siuman,
namun belum bisa bicara, nampak matanya agak bersinar bahagia saat melihatku.
Tanganya lemah memegang tanganku.
Tanganya lemah memegang tanganku.
Aku hanya
tersenyum saja, sambil mengatakan pelahan bahwa waktu papa masih koma..
Mama dan kak Erni sudah menjenguk, papa hanya mengangguk lemah.
Lalu aku duduk menonton TV di sudut kamar.
Hanya ada tante Vera, sedang merapikan selimut papaku, lalu menghampiriku dan duduk di sofa di dekatku.
Mencoba membuka percakapan dengan canggung.
Mama dan kak Erni sudah menjenguk, papa hanya mengangguk lemah.
Lalu aku duduk menonton TV di sudut kamar.
Hanya ada tante Vera, sedang merapikan selimut papaku, lalu menghampiriku dan duduk di sofa di dekatku.
Mencoba membuka percakapan dengan canggung.
ÔÇØMa..maaf
sudah merepotkan kamu ya Wan.ÔÇØ
ÔÇØAh tidak mengapa, toh ini kan papaku juga.ÔÇØ
ÔÇØAh tidak mengapa, toh ini kan papaku juga.ÔÇØ
ÔÇØKamu
sudah makan..??ÔÇØ
ÔÇØSudah.. tante sendiri, jangan sampai nanti malah ikut sakit.ÔÇØ
ÔÇØSudah.. tante sendiri, jangan sampai nanti malah ikut sakit.ÔÇØ
ÔÇØSudah
tadi di kantin RS.ÔÇØ
ÔÇØTante kalau memang capek, pulang saja, istirahat dulu, biar Irwan yang jaga.ÔÇØ
ÔÇØNggak.. nggak apa,Wan. Kan bisa istirahat di sini.ÔÇØ
ÔÇØTante kalau memang capek, pulang saja, istirahat dulu, biar Irwan yang jaga.ÔÇØ
ÔÇØNggak.. nggak apa,Wan. Kan bisa istirahat di sini.ÔÇØ
Lalu kami
kembali diam, aku kembali menonton TV, tante Vera mengambil majalah dan
membacanya.
Memang benar sih, dia bisa istirahat di sini, karena ini kamar VIP jadi lebih bebas, kulihat ada kasur kecil juga di dekat sofa ini, mungkin memang buat keluarga yang menunggu.
Memang benar sih, dia bisa istirahat di sini, karena ini kamar VIP jadi lebih bebas, kulihat ada kasur kecil juga di dekat sofa ini, mungkin memang buat keluarga yang menunggu.
Sesekali aku
meliriknya, wajahnya sudah jauh lebih segar dari saat hari pertama papa masuk
RS.
Mungkin baru kali ini, aku berkesempatan mengamati dirinya selama aku kenal dia.
Mungkin baru kali ini, aku berkesempatan mengamati dirinya selama aku kenal dia.
Saat ini
usianya kalau aku tidak salah sekitar 30 atu 31..
Wajahnya juga memang harus kuakui cantik, lalu perlahan mataku mulai mengarah ke tubuhnya, baru kali ini aku bisa menilainya..
Teteknya juga berukuran besar, dengan lekuk tubuh yang seksi pula, pantatnya besar, tingginya juga cukup tinggi untuk ukuran wanita.
Wajahnya juga memang harus kuakui cantik, lalu perlahan mataku mulai mengarah ke tubuhnya, baru kali ini aku bisa menilainya..
Teteknya juga berukuran besar, dengan lekuk tubuh yang seksi pula, pantatnya besar, tingginya juga cukup tinggi untuk ukuran wanita.
Namun hanya
sampai situ saja aku menilai, itu juga karena memang baru kali ini aku
berkesempatan menilainya.
Lagipula dia kan wanita yang membuat papa meninggalkan kami.
Lagipula dia kan wanita yang membuat papa meninggalkan kami.
Tanpa sadar
rasa benci dan sakit kembali menusuk dadaku.
Aku segera memusatkan perhatianku pada TV.
Aku segera memusatkan perhatianku pada TV.
Sekitar jam
12-an aku bilang mau ke depan cari udara segar dan makanan, menawarkan juga
kalau dia mau, juga berpesan kalau ada apa-apa atu perlu telepon saja HP-ku,
lalu aku keluar.
Di luar aku
menuju warung rokok, membeli rokok, memang aku merokok, walau jarang, tidak
dilarang sih, tapi memang aku tidak terlalu sering merokok, hanya kalau ingin
dan tergantung situasinya.
Karena malam ini aku jaga di RS, maka bolehlah.
Karena malam ini aku jaga di RS, maka bolehlah.
Juga kubeli
minuman kaleng dan ah ada tukang bakpau, kubeli beberapa potong, minta
dibuatkan 2 kantung, lalu berjalan ke taman RS, ada beberapa bangku santai,
kucari yang kosong, aku duduk di situ.
Di beberapa
bangku lainnya juga nampak beberapa orang meroko atau mengobrol, mungkin sama
sepertiku menunggui keluarga yang dirawat juga.
Kunyalakan
rokokku dan kubuka minuman ringan, sambil berpikir, selama ini memang aku benci
dengan papaku, semua waktu dengannya kulalui dengan formal saja, tak ada kesan,
bicara juga secukupnya, bahkan terkesan cuek dan acuh.
Aku tak peduli gimana reaksi papaku. Dia mau terima atau tidak dengan gayaku, itu bukan masalahku.
Aku tak peduli gimana reaksi papaku. Dia mau terima atau tidak dengan gayaku, itu bukan masalahku.
Dari segi
materi dan tanggungjawab memang papa tetap melakukannya dengan baik setelah
bercerai, tetap menyempatkan waktu mengajak aku atau kakak jalan, memberi uang
jajan, membiayai sekolah kami sampai manapun.
Mama sendiri
sejak bercerai tak pernah melakukan kontak dengan papa, hanya kontak kalau
perlu yang berhubungan dengan kami, bahkan sebenarnya mama pernah bilang ke
aku, tanpa perlu dibiayai papa, mama bisa menyekolahkan kami. Namun demi
menghormati hasil keputusan cerai, membiarkan papaku melakukannya.
Bagiku sosok papa sudah hilang sejak usia 12 tahun.
Bagiku sosok papa sudah hilang sejak usia 12 tahun.
Sosok papa
setelah itu tak lebih hanya sosok biasa saja, tak meninggalkan kesan apapun.
Tak ada kehangatan dalam hubungan kami, hanya datar saja.
Tak ada kehangatan dalam hubungan kami, hanya datar saja.
Aku tak tahu
apa papa sadar atau tidak dengan sikapku yang membencinya.
Memang sebelum dan sesudah bercerai papaku itu sudah berhasil dengan bsnisnya.
Usahanya maju dengan banyak Perusahaan.
Memang sebelum dan sesudah bercerai papaku itu sudah berhasil dengan bsnisnya.
Usahanya maju dengan banyak Perusahaan.
Om Dedipun
dia beri modal untuk mendirikan usaha, sedang suami tante Rika, dipekerjakan di
Perusahaannya.
Lalu tante Vera, sebenarnya rasa benciku padanya lebih karena tertular rasa benciku pada papa, secara tidak langsung aku menganggapnya sebagai perusak rumah tangga.
Lalu tante Vera, sebenarnya rasa benciku padanya lebih karena tertular rasa benciku pada papa, secara tidak langsung aku menganggapnya sebagai perusak rumah tangga.
Memang fokus
utama kebencianku tertuju ke papaku, sedang ke tante Vera, mungkin karena
kontak kami yang minim, jadi hanya sebatas benci karena kondisi.
Memang tante
Vera selama 4 hari ini merawat dan menunggui papa tanpa kenal lelah, wajar kan
dia istrinya pikirku.
Aku tidak tahu bagaimana kondisi rumah tangga mereka dan memang tidak mau peduli, bahkan menyumpahi mereka tidak bahagia.
Kunyalakan lagi batang rokok yang baru, menghembuskan asapnya, kembali berpikir.
Aku tidak tahu bagaimana kondisi rumah tangga mereka dan memang tidak mau peduli, bahkan menyumpahi mereka tidak bahagia.
Kunyalakan lagi batang rokok yang baru, menghembuskan asapnya, kembali berpikir.
Memang ada
yang selalu menganggu pikiran dan menunggu jawabannya selama ini, kenapa sih
papa samapai menceraikan mama..?
Alasannya
tidak pernah kutahu secara pasti, yang pasti kutahu memang mama tidak mau
dimadu.
Kalau alasan berdasarkan pemikiranku, paling juga karena memang godaan tante Vera yang mau menguasai harta papa.
Tapi itu kan pemikiran sepihakku.
Kalau alasan berdasarkan pemikiranku, paling juga karena memang godaan tante Vera yang mau menguasai harta papa.
Tapi itu kan pemikiran sepihakku.
Kembali aku
menghisap rokokku, diam sejenak, kali ini pikiran nakal bermain di otakku,
kubayangkan bahwa tante Vera memang cantik dan seksi.
Dulu waktu
aku pertamakali bertemu belum punya pikiran itu karena masih bocah lugu, tapi
sekarang aku sudah paham wanita..
Ya.. memang tante Vera cantik dan mempunyai bodi aduhai.. teteknya juga besar dan aduhai, tongkolku sedikit ngaceng memikirkannya.
Lama aku terdiam hanya menghisap rokokku.
Ya.. memang tante Vera cantik dan mempunyai bodi aduhai.. teteknya juga besar dan aduhai, tongkolku sedikit ngaceng memikirkannya.
Lama aku terdiam hanya menghisap rokokku.
Puas dengan
pikiran nakal, kembali aku berpikir jernih..
Selama ini aku hanya memendam rasa benci, tanpa berusaha membalas, kini situasi sudah tercipta..
Otakku mulai berputar menciptakan berbagai ide dan kemungkinan, akhirnya aku sampai pada suatu ide yang cemerlang, tinggal bagaimana aku melaksanakannya dengan cermat.
Selama ini aku hanya memendam rasa benci, tanpa berusaha membalas, kini situasi sudah tercipta..
Otakku mulai berputar menciptakan berbagai ide dan kemungkinan, akhirnya aku sampai pada suatu ide yang cemerlang, tinggal bagaimana aku melaksanakannya dengan cermat.
Aku bisa
menuntaskan rasa benciku, membalas dendamku, mama, kakakku.
Aku memang tidak peduli kondisi papaku, bagiku aku menungguinya karena disuruh mama.
Dan mungkin karena supaya terlihat pantas saja seorang anak menunggui papanya yang sakit
ÔÇôKan tidak ada istilah bekas anak atau bekas papaÔÇô.
Aku memang tidak peduli kondisi papaku, bagiku aku menungguinya karena disuruh mama.
Dan mungkin karena supaya terlihat pantas saja seorang anak menunggui papanya yang sakit
ÔÇôKan tidak ada istilah bekas anak atau bekas papaÔÇô.
Aku
tersenyum dengan rencanaku. Sekarang atau tidak sama sekali.
Akhirnya memang kuakui bagian diriku memang mat benci dengan papaku dan tidak akan pernah puas kalau belum membalasnya.
Akhirnya memang kuakui bagian diriku memang mat benci dengan papaku dan tidak akan pernah puas kalau belum membalasnya.
Kulangkahkan
kakiku ke dalam RS, semua sudah tersusun, namun kini yang paling penting,
membangun situasi dan mengorek tante Vera..
aku harus tahu dulu alasan yang selama ini kucari, kenapa papa tega menceraikan mamaku, apa yang tante Vera punya sampai papa mau menikahinya..?
aku harus tahu dulu alasan yang selama ini kucari, kenapa papa tega menceraikan mamaku, apa yang tante Vera punya sampai papa mau menikahinya..?
Sesampainya
di area kamar papa dirawat..
kuberi satu kantung bakpau untuk para suster jaga, mengobrol sebentar, cuci mata, kali saja ada yang cantik dan lowong gitu.
Setelah itu aku pamit, kubuka pintu kamar ruang papa dirawat, kulihat tane Vera tertidur di kasur satunya, memang lelah tampaknya.
kuberi satu kantung bakpau untuk para suster jaga, mengobrol sebentar, cuci mata, kali saja ada yang cantik dan lowong gitu.
Setelah itu aku pamit, kubuka pintu kamar ruang papa dirawat, kulihat tane Vera tertidur di kasur satunya, memang lelah tampaknya.
Kutaruh
kantung bakpau di meja, membuka lemari, mengambil selimut cadangan dan kuselimuti
tante Vera.
Kulihat papaku, sedang tidur. Lalu aku menuju sofa panjang, berbaring, memejamkan mata, tidur dulu.
Semua rencana sudah matang, santai saja, kini istirahat dulu, mulai besok masih banyak waktu menjalankannya.
Kulihat papaku, sedang tidur. Lalu aku menuju sofa panjang, berbaring, memejamkan mata, tidur dulu.
Semua rencana sudah matang, santai saja, kini istirahat dulu, mulai besok masih banyak waktu menjalankannya.
Paginya
sekitar subuh aku bangun, kulihat tante Vera sudah bangun, dia bilang tadi dia
makan bakpau yang kubeli, aku hanya nyengir saja, lalu mengucapkan terimakasih
sudah menyelimutinya saat dia tidur.
Aku hanya tersenyum saja. Papa masih tidur.
Aku hanya tersenyum saja. Papa masih tidur.
Aku segera
duduk, tante Vera membuatkan kopi untukku, lalu memulai percakapan.
ÔÇØNanti kamu kuliah Wan..!?
ÔÇØIya, agak siangan, cuma sebentar.ÔÇØ
ÔÇØNanti kamu kuliah Wan..!?
ÔÇØIya, agak siangan, cuma sebentar.ÔÇØ
ÔÇØOh, nanti
kalau repot nggak usah kemari lagi.ÔÇØ
ÔÇØNggaklah, kasihan kalau tante sendiri, lagipula ini kan papaku juga.ÔÇØ
ÔÇØNggaklah, kasihan kalau tante sendiri, lagipula ini kan papaku juga.ÔÇØ
ÔÇØI..iya..,ÔÇØ
tante Vera agak terkkejut dengan jawabanku, mungkin kaget karena mendengar aku
yang perhatian sama papaku.
ÔÇØBaguslah
kalau begitu, selama ini papamu mengira kamu benci padanya dan tante senang
karena ternyata kamu ada perhatian sama papa kamu.ÔÇØ
ÔÇØSudahlah
tan. Malah Irwan rasa, tante nanti bisa di rumah saja istirahat, biar Irwan
gantiin tante.ÔÇØ
ÔÇØNggaklah..
biar saja, kan ada kamu, jadi ada teman ngobrol.ÔÇØ
ÔÇØYa sudah,
Irwan siap-siap dulu, mau pulang terus kuliah, nanti malam datang lagi.ÔÇØ
Ternyata
penyakit papa cukup parah, dari hasil pemeriksaan tambahan ditemukan juga bahwa
lambung papa ternyata juga kondisinya cukup parah, dokter memutuskan untuk
mengobati dan merawatnya.
Selain itu memang diperlukan agar papa dapat beristirahat secara penuh.
Untuk urusan bisnisnya tidak ada masalah, karena memiliki pekerja yang kompeten.
Selain itu memang diperlukan agar papa dapat beristirahat secara penuh.
Untuk urusan bisnisnya tidak ada masalah, karena memiliki pekerja yang kompeten.
Untuk urusan
penting diwakili oleh Om Dedi dan Om Damar, suami tante Rika.
Tak terasa hampir 2 minggu papa dirawat, mama hanya datang menjenguk satu kali lagi.
Sedang aku juga tetap mendapat giliran jaga malam, bersama tante Vera.
Tak terasa hampir 2 minggu papa dirawat, mama hanya datang menjenguk satu kali lagi.
Sedang aku juga tetap mendapat giliran jaga malam, bersama tante Vera.
Mama sendiri
tidak menaruh curiga atau banyak bertanya..
Selama aku sering jaga malam di RS, biasanya aku menggarap mama saat mama pulang kerja.
Mungkin karena seringnya bertemu dan mengobrol dengan tante Vera, maka suasana hubungan kami mulai akrab.
Selama aku sering jaga malam di RS, biasanya aku menggarap mama saat mama pulang kerja.
Mungkin karena seringnya bertemu dan mengobrol dengan tante Vera, maka suasana hubungan kami mulai akrab.
Orangnya
ternyata asik juga, bicaranya apa adanya, gayanya juga masih seperti anak muda,
mungkin karena usianya yang baru 30 tahun.
Obrolan kami sudah menjadi lebih baik, tidak kaku dan topiknya juga sudah banyak.
Papa sendiri sudah mulai bisa bicara walau hanya sedikit dan terbata-bata, kondisinya sudah lebih baik
Obrolan kami sudah menjadi lebih baik, tidak kaku dan topiknya juga sudah banyak.
Papa sendiri sudah mulai bisa bicara walau hanya sedikit dan terbata-bata, kondisinya sudah lebih baik
Biasanya
kalau malam papa diberi obat dan juga obat tidur agar istirahatnya lebih baik,
biasanya saat papa tidur, kami mengobrol.
Karena kondisi papa sudah mulai baik, maka aku mengajak tante Vera ke bawah untuk cari makan.
Dia setuju. Kami titip pada suster jaga, mau makan sebentar.
Setelah makan, aku tidak langsung ke dalam RS, kuajak tante Vera ke taman RS sebentar, refreshing.
Karena kondisi papa sudah mulai baik, maka aku mengajak tante Vera ke bawah untuk cari makan.
Dia setuju. Kami titip pada suster jaga, mau makan sebentar.
Setelah makan, aku tidak langsung ke dalam RS, kuajak tante Vera ke taman RS sebentar, refreshing.
ÔÇØUntung
ada kamu yang menemani tante menjaga papamu, Wan. Jadi tante tidak
sendirian.ÔÇØ
ÔÇØAh, sudahlah tante..ÔÇØ
ÔÇØAh, sudahlah tante..ÔÇØ
ÔÇØTerus
terang tante sangat terbantu, apalagi selama ini papa dan tante mengira bahwa
kamu benci sama kami.ÔÇØ
ÔÇØNggg.. nggak gitu kok, tan.ÔÇØ
ÔÇØNggg.. nggak gitu kok, tan.ÔÇØ
ÔÇØSyukurlah
kalau begitu.ÔÇØ
ÔÇØTante Vera, boleh aku tanya sesuatu.. Agak pribadi, namun sudah lama ingin kutanya.ÔÇØ
ÔÇØBoleh saja Wan.ÔÇØ
ÔÇØTante Vera, boleh aku tanya sesuatu.. Agak pribadi, namun sudah lama ingin kutanya.ÔÇØ
ÔÇØBoleh saja Wan.ÔÇØ
ÔÇØBegini,
selama ini aku tidak pernah tahu alasan papa bercerai dengan mama.
Jujur saja, kesimpulan yang kubuat sendiri pastinya yang negatif saja. Tante, bisa jelaskan.ÔÇØ
Jujur saja, kesimpulan yang kubuat sendiri pastinya yang negatif saja. Tante, bisa jelaskan.ÔÇØ
ÔÇØWan,
sebenarnya tante memang sudah lama ingin menjelaskan semuanya, tidak hanya ke
kamu, tapi juga mama kamu dan kakak kamu..
tapi tante tidak punya keberanian.
Tante terlalu malu, apalagi melihat pandangan kalian terhadap kami.ÔÇØ
tapi tante tidak punya keberanian.
Tante terlalu malu, apalagi melihat pandangan kalian terhadap kami.ÔÇØ
ÔÇØSekarang
tante bisa jelaskan, biar Irwan paham, mungkin juga nanti Irwan bisa terangkan
ke mama.ÔÇØ
ÔÇØBaiklah, satu hal yang harus kamu ingat, mungkin kamu bisa saja beranggapan bahwa apa yang tante katakan hanya sepihak saja, namun nanti kamu bisa tanya ke papa kamu.untuk konfirmasinya.ÔÇØ
ÔÇØBaiklah, satu hal yang harus kamu ingat, mungkin kamu bisa saja beranggapan bahwa apa yang tante katakan hanya sepihak saja, namun nanti kamu bisa tanya ke papa kamu.untuk konfirmasinya.ÔÇØ
Lalu tante
Vera menerangkan, dia menikah dengan papaku karena memang cinta dengan papaku,
bukan untuk kekayaannya.
Secara ekonomi keluarga tante Vera juga berkecukupan.
Secara ekonomi keluarga tante Vera juga berkecukupan.
Awal
perkenalan mereka karena tante Vera dulu adalah sekretaris di salahsatu
perusahaan rekanan papa, kebetulan waktu itu papa ada urusan bisnis yang
lumayan sering, jadi sering bertemu dengan tante Vera.
Awalnya tidak ada apapun, hanya sebatas bicara biasa saja, lama-lama mulai tumbuh perasaan di antara mereka.
Awalnya tidak ada apapun, hanya sebatas bicara biasa saja, lama-lama mulai tumbuh perasaan di antara mereka.
Tante Vera
yang saat itu usia 24 tahun menemukan sosok pria yang penyayang, sabar dan
memanjakan dalam diri papaku.
Sedang papaku katanya merasa seperti remaja kembali, apalagi dulu perkawinannya dulu dengan mama kan karena perjodohan, jadi beda dengan suasana saat dengan tante Vera.
Sedang papaku katanya merasa seperti remaja kembali, apalagi dulu perkawinannya dulu dengan mama kan karena perjodohan, jadi beda dengan suasana saat dengan tante Vera.
Tante Vera
bukannya tidak tahu papa sudah berkeluarga..
ketika hubungan mereka sudah semakin akrab, tante Vera mencoba menjauh, namun papaku tidak mau.
ketika hubungan mereka sudah semakin akrab, tante Vera mencoba menjauh, namun papaku tidak mau.
Kata papa,
hubungannya dengan tante Vera memberikan rasa nyaman bagi dirinya, karena beda
dengan mama yang mandiri, dengan tante Vera yang masih remaja, papa bisa
memanjakannya, juga merasa lebih bisa mengekspresikan diri..
Dari awal
hubungan semuanya dijalankan sepenuhnya sendiri, beda dengan suatu perjodohan,
secara kata sulit dijelaskan, namun papaku merasa hidup memang terasa indah
saat itu.
Akhirnya
papa mengajak tante Vera menikah dan tante Vera MENOLAKNYA mentah-mentah,
dengan alasan tidak sepatutnya dia merusak rumah tangga orang lain.
Tante Vera lalu berhenti kerja dan pindah tempat tinggal.
Tante Vera lalu berhenti kerja dan pindah tempat tinggal.
Saat itu
papa seperti kehilangan arah dan menjadi pemarah, yang dilampiaskan ke mama di
rumah. Tanpa tahu alasannya mama selalu dimakinya.
Yang tante
Vera tahu, papa menyewa orang untuk mencari keberadaannya, akhirnya papa
berhasil menemukan tante Vera kembali.
Kembali mengajak menikah, tante Vera setuju dengan syarat mendapat restu istri pertama.
Kembali mengajak menikah, tante Vera setuju dengan syarat mendapat restu istri pertama.
Papa
kemudian bilang bahwa istri pertamanya yaitu mamaku setuju, yang ternyata BOHONG
belaka..
karena akhirnya memang tak lama merekah menikah, papa dan mama bercerai, karena mama memang tidak mau dimadu dan memilih diceraikan.
karena akhirnya memang tak lama merekah menikah, papa dan mama bercerai, karena mama memang tidak mau dimadu dan memilih diceraikan.
Akhirnya
tante Vera tahu dari papaku bahwa mama memang tidak setuju dan mengatakan papa
boleh kawin lagi asal menceraikannya.
Jujur saja
saat itu tante Vera merasa bersalah dan menyesal, namun terlalu malu untuk
menemui mamaku, belum lagi bila melihat sikap mama, aku dan kak Erni, makin
hilang saja keberaniannya.
Akhirnya
dijalanilah rumah tangga mereka, memang papa menyayanginya.
Walau begitu papa tetap gila kerja, kadang lupa waktu, bahkan memang tahun-tahun belakangan ini kesehatannya memang mulai menurun.
Walau begitu papa tetap gila kerja, kadang lupa waktu, bahkan memang tahun-tahun belakangan ini kesehatannya memang mulai menurun.
ÔÇØJadi
seperti itulah, Wan. Tante mengatakan sejujurnya dan memang menyesal saat tahu
yang sebenarnya, tapi tante memang tidak punya keberanian menghadapi kalian.ÔÇØ
ÔÇØNgg..
Irwan percaya kok.ÔÇØ
ÔÇØTante
benar-benar minta maaf..ÔÇØ
ÔÇØNggak
apa-apa, kini Irwan sudah tahu alasannya, memang konyol, tapi bisa saja. Irwan
paham posisi tante Vera.ÔÇØ
ÔÇØYa..
semoga bisa membuat Irwan lebih mengerti.ÔÇØ
ÔÇØMemang
papamu selalu menyayangi tante, memanjakan dan membahagiakan tante, namun dalam
hati kecil tante selalu merasa ada rasa bersalah.ÔÇØ
ÔÇØSudahlah
tan.. yuk ke dalam lagi.ÔÇØ
ÔÇØTerimakasih ya Wan, kini tante merasa lebih lega.ÔÇØ
Lalu tante Vera mengecup pipiku dan kami segera melangkah kembali ke dalam RS.
——————————
ÔÇØTerimakasih ya Wan, kini tante merasa lebih lega.ÔÇØ
Lalu tante Vera mengecup pipiku dan kami segera melangkah kembali ke dalam RS.
——————————
Setelah
hampir 1,5 bulan papa akhirnya diperbolehkan pulang, dokter melarang keras
untuk bekerja.
Papa masih memakai kursi roda.. karena tubuhnya dari pinggang ke bawah masih lemah..
kemungkinan untuk berjalan normal kembali bisa, tapi tidak dalam waktu dekat dan juga harus menjalani terapi yang lama dan panjang.
Papa masih memakai kursi roda.. karena tubuhnya dari pinggang ke bawah masih lemah..
kemungkinan untuk berjalan normal kembali bisa, tapi tidak dalam waktu dekat dan juga harus menjalani terapi yang lama dan panjang.
Ekspresi
wajahnya agak kaku dan tampak kosong, bicaranya juga terbatas tidak bisa terlalu
cepat dan agak gagap, namun bisa mengerti dan menjawab bila berkomunikasi.
Tante Vera
memutuskan tidak memakai tenaga perawat di rumah dan memilih melayani dan
merawat papa.
Tante Vera juga mengatakan padaku agar juga sering datang menemani papaku, mungkin bisa membantu kesehatannya.
Aku hanya mengiyakan.
Tante Vera juga mengatakan padaku agar juga sering datang menemani papaku, mungkin bisa membantu kesehatannya.
Aku hanya mengiyakan.
Sudah 2
minggu papa pulang ke rumahnya.
Siang itu aku baru saja dari rumah tante Ani, biasa habis minta jatah Nenen.. hehehe.
Kini aku berbaring di kamarku.
Siang itu aku baru saja dari rumah tante Ani, biasa habis minta jatah Nenen.. hehehe.
Kini aku berbaring di kamarku.
Berpikir..
merangkai informasi sambil memutuskan apa yang harus kulakukan.
Kini aku sudah tahu alasan papa menceraikan mama.
Kini aku sudah tahu alasan papa menceraikan mama.
Tentu mama
tidak kuberitahu. Nanti aku hanya perlu mencoba menanyakan kebenarannya pada
papa.
Sekarang aku coba berpegang pada keterangan tante Vera dulu.
Sekarang aku coba berpegang pada keterangan tante Vera dulu.
Coba aku
pikirkan kembali, ternyata memang papaku itu sungguh konyol dan tidak peduli
dengan keluarganya..
apanya yang lebih baik.. dasar sudah tua masih saja puber, entah apa yang ada di otaknya saat itu, apa yang kurang dari mamaku..!?
apanya yang lebih baik.. dasar sudah tua masih saja puber, entah apa yang ada di otaknya saat itu, apa yang kurang dari mamaku..!?
Sepintas
memang simple saja, tapi itulah misteri hidup, kadang hal yang tidak masuk akal
bagi orang lain, bisa saja terjadi, kalau pria sudah suka dan jatuh cinta,
apapun alasannya pasti akan dia usahakan terus sampai dapat.
Sial, kenapa
setelah paham kondisinya, rasa benciku makin meningkat, tidak puas bila tidak
membalas.. sejauh ini aku telah menahan diri, mencoba sebaik mungkin
menunjukkan perhatianku saat papa sakit, padahal hatiku kesal sekali.
Papa sendiri merasa senang dengan kehadiran dan perhatianku selama ia dirawat di rumah sakit.
Papa sendiri merasa senang dengan kehadiran dan perhatianku selama ia dirawat di rumah sakit.
Walau saat
ini aku sudah jauh mengenal dan merasa tante Vera orangnya asik juga, namun
tetap saja dalam lubuk hatiku, aku merasa tante Vera juga punya andil bersalah.
Kalau dia
berkeras tidak mau kawin sama papaku pasti bisa, kalau memang ia berkeras hati.
Ah.. pusing jadinya,lebih baik aku ke rumah mereka.
Ah.. pusing jadinya,lebih baik aku ke rumah mereka.
Kutelepon
mama, aku katakan bahwa aku mau pergi ke rumah teman, jadi pulang agak malam.
Segera kuambil kunci motorku, ya berangkat dulu..
Segera kuambil kunci motorku, ya berangkat dulu..
ÔÇØHai Wan,
tumben siang-siang gini datang.ÔÇØ
ÔÇØIya, tante Vera, mau nengok papa.ÔÇØ
ÔÇØIya, tante Vera, mau nengok papa.ÔÇØ
ÔÇØOh,
kebetulan papamu baru bangun tidur, sekarang lagi di teras belakang.ÔÇØ
ÔÇØIya aku ke sana dulu.ÔÇØ
ÔÇØIya aku ke sana dulu.ÔÇØ
Lalu aku
menuju teras belakang, papa sedang duduk diam, melihat tanaman.
Melihatku datang papa tersenyum.
Melihatku datang papa tersenyum.
Singkat kata
aku berbasa-basi menanyakan kondisinya, mengobrol sedikit beberapa hal.
Bicaranya sudah sedikit lebih lancar, tidak terpatah-patah seperti dulu.
Bicaranya sudah sedikit lebih lancar, tidak terpatah-patah seperti dulu.
Setelah puas
berbicara, aku bilang selama ini aku ada pertanyaan yang ingin kutanyakan,
tentang kenapa papa menceraikan mama.
Mulanya
mungkin papa terkejut dan sungkan menjawab, namun kubilang aku terus menyimpan
pertanyaan ini selama ini.
Akhirnya
mungkin juga karena papa senang dengan aku yang mulai dekat dengannya, papa
menjawabnya dan menjelaskan hal yang kurang lebih sama dengan yang Tante Vera
pernah jelaskan padaku.
Namun papa
juga menambahkan bahwa saat itu entah kenapa perasaan dan cintanya ke mama
menjadi luntur, di matanya apa yang mama lakukan sepertinya salah.
Mungkin karena saat itu papa sedang jatuh cinta ke wanita lain.
Mungkin karena saat itu papa sedang jatuh cinta ke wanita lain.
Di akhir
penjelasannya, papa menerangkan, saat ini sesal juga tiada arti, masing-masing
telah menempuh jalan hidupnya.
Aku hanya
diam saja, berpikir, segampang inikah dia bilang..!? Jalan hidup pilihan
masing-masing.
Hei.. bukan pilihan masing-masing, kamu yang membuatnya, mama tidak memilih jalan hidup ini secara sukarela, tapi karena kondisi yang kamu sebabkan.
Hei.. bukan pilihan masing-masing, kamu yang membuatnya, mama tidak memilih jalan hidup ini secara sukarela, tapi karena kondisi yang kamu sebabkan.
Gila,
perasaan dan cinta yang luntur, huh.. tai kucing, itu cuma pembenaran diri
saja.
Aku mencoba mempertahankan ekspresi mukaku tetap dalam posisi biasa, lalu aku bilang terimakasih karena sudah mau menjelaskan.
Papaku bertanya apa aku tidak marah, aku menjawab dengan memakai istilahnya sendiri
Aku mencoba mempertahankan ekspresi mukaku tetap dalam posisi biasa, lalu aku bilang terimakasih karena sudah mau menjelaskan.
Papaku bertanya apa aku tidak marah, aku menjawab dengan memakai istilahnya sendiri
ÔÇØSeperti
papa bilang, ini sudah jalan hidup masing-masing. Nah sekarang papa mau ke
dalam atau mau tetap di sini..?ÔÇØ
ÔÇØPapa di sini saja Wan, sejuk dan nyaman.ÔÇØ
ÔÇØBaiklah, kalau nanti mau masuk panggil saja ya.ÔÇØ
ÔÇØPapa di sini saja Wan, sejuk dan nyaman.ÔÇØ
ÔÇØBaiklah, kalau nanti mau masuk panggil saja ya.ÔÇØ
Lalu aku
masuk ke dalam, kulihat tante Vera sedang duduk membaca koran, melihatku masuk,
ia letakkan korannya dan menyuruhku duduk.
Tante Vera
mengenakan daster yang cukup longgar, namun tetap menonjolkan lekuk tubuhnya.
Ia bilang tunggu sebentar, ia buatkan kopi dulu.
Tak lama ia
datang membawa 2 cangkir kopi dan kue, lalu kembali duduk dan mulai berbicara
denganku, cukup akrab dan ceria, sedikit banyak kami mulai menanyakan hal-hal
yang pribadi dan sedikit ngelantur.
ÔÇØIya lho
Wan, kamu kan masih muda, wajah oke, bodinya athletis, berkecukupan, masa belum
punya pacar sih. Apa mau tante cariin..!?
ÔÇØMungkin
memang belum ada yang cocok dan nyantol di hati.
Memangnya kalau tante mau bantu cariin, tante tahu tipe yang Irwan suka..?ÔÇØ
Memangnya kalau tante mau bantu cariin, tante tahu tipe yang Irwan suka..?ÔÇØ
ÔÇØIya juga
ya, hehehe, memangnya yang kamu suka yang seperti apa Wan..?ÔÇØ
ÔÇØYa.. yang seperti tantelah.ÔÇØ
ÔÇØYa.. yang seperti tantelah.ÔÇØ
ÔÇØAh, kamu
ini ngeledek tante saja, mentang-mentang tante sudah tua.ÔÇØ
ÔÇØNggak serius kok, lagian tante kan masih mudah, tua darimana..!?
ÔÇØAh sudahlah, tante jadi malu.ÔÇØ
ÔÇØNggak serius kok, lagian tante kan masih mudah, tua darimana..!?
ÔÇØAh sudahlah, tante jadi malu.ÔÇØ
ÔÇØBenar kok
tan, jangan marah ya, Irwan terus terang saja, tante Vera itu cantik dan seksi
kok.
Apalagi umurnya juga masih 30an kan..?
Bukannya tidak menghormati papa yang sedang sakit, tapi sedikit banyak Irwan ngertilah.ÔÇØ
Apalagi umurnya juga masih 30an kan..?
Bukannya tidak menghormati papa yang sedang sakit, tapi sedikit banyak Irwan ngertilah.ÔÇØ
ÔÇØLho apa
hubungannya dengan papamu..? Ngerti apaan sih Wan..?ÔÇØ
ÔÇØMaaf ya
tan, tapi Irwan memang kalau ngomong blak-blakan, pastilah usia kayak tante
masih butuh hubungan seks, namun dengan kondisi papa yang sakit pastinya
sedikit banyak membuat tante tersiksa. Ini nggak ada hubungannya dengan cinta
atau komitmen rumah tangga, ini memang kondisi pasti melihat keadaan.
Duh.. maaf,
tan, jadi ngelantur, tante nanyain soal pacar, kok malah Irwan jadi ngomongin
yang lain.
Tapi harap maklumlah habis tantenya bilang tante sudah tua, jadi Irwan bicara apa adanya.ÔÇØ
Tapi harap maklumlah habis tantenya bilang tante sudah tua, jadi Irwan bicara apa adanya.ÔÇØ
Memang aku
lagi ngebokis sedikit, sambil cari-cari info dan aku yakin caraku yang sedikit
guyon dan blak-blakan cocok dan sesuai dengan kondisi.
Dan memang
tante Vera juga kulihat tetap rileks dan tidak marah, mungkin karena usianya
juga belum terlalu tua.
ÔÇØDuh, kamu
ini, kayak yang sudah paham saja.
Tapi ya, tante juga suka sama kamu yang blak-blakan kayak gini.
Jadi tante juga nggak merasa canggung, semua yang kamu katakan itu memang ada benarnya kok, tante nggak perlu bohong.
Tapi ya, tante juga suka sama kamu yang blak-blakan kayak gini.
Jadi tante juga nggak merasa canggung, semua yang kamu katakan itu memang ada benarnya kok, tante nggak perlu bohong.
Apalagi 2
tahun belakangan ini memang papamu kerja terus lupa waktu, juga kondisi
kesehatan papamu sudah menurun, sebagai wanita tentu saja berpengaruh ke tante,
tapi tante terima karena memang kondisinya begitu.
Sudah ah, ganti topik yang lain sajalah..ÔÇØ
Sudah ah, ganti topik yang lain sajalah..ÔÇØ
Akhirnya
kami meneruskan membicarakan hal lain, setelah beberapa lama, papa memanggil
dan ikut bergabung.
Akhirnya aku memutuskan untuk pulang, menolak diajak makan bersama.
Akhirnya aku memutuskan untuk pulang, menolak diajak makan bersama.
Aku pamit
sama papa, lalu sebelum aku pulang tante Vera memelukku, pelukan biasa dan
wajar, terasa sedikit teteknya yang kenyal di badanku.. hehehe, lalu mengecup
pipiku, mengucapkan terimakasih sudah mau mampir.
Papa senang melihat aku juga sudah mulai akrab dengan istrinya. Lalu akupun pulang.
Papa senang melihat aku juga sudah mulai akrab dengan istrinya. Lalu akupun pulang.
Sesampainya
di rumah, sekitar jam 7an, mama sudah pulang dan sudah menyiapkan makan malam,
setelah makan, aku mandi, nonton TV, lalu malamnya kembali bercinta dengan
mama.
Setelah selesai bertempur bersamaku, mama tertidur.
Setelah selesai bertempur bersamaku, mama tertidur.
Aku belum
bisa tidur, sambil jariku memainkan puting dan membelai-belai tetek mama..
Aku mulai berpikir menarik kesimpulan, jadi kini aku sudah paham alasannya, kenapa papa menceraikan mama, sudah mengerti betapa tidak jelasnya papaku memperlakukan keluarganya demi cinta barunya.
Aku mulai berpikir menarik kesimpulan, jadi kini aku sudah paham alasannya, kenapa papa menceraikan mama, sudah mengerti betapa tidak jelasnya papaku memperlakukan keluarganya demi cinta barunya.
Juga sudah
mendapat info mengenai kondisi terkini tante Vera.
Kini semua alasan, jawaban dan informasi sudah kudapat, tinggal melaksanakan pembalasan.
Kini semua alasan, jawaban dan informasi sudah kudapat, tinggal melaksanakan pembalasan.
Tadinya aku
yakin kalau aku mau sabar sedikit lagi, tetap bisa kujalankan rencanaku, namun
karena rasa dendamku yang timbul karena mendengar pengakuan papaku, ya pakai
cara paksa deh, toh pasti akan bisa kutaklukkan juga.
Nggak perlu
cara halus, kelamaan prosesnya. Aku kini tersenyum senang.
Ugh.. gairahku naik lagi, kembali aku menggarap mamaku.
Ugh.. gairahku naik lagi, kembali aku menggarap mamaku.
Paginya aku
sengaja bolos kuliah, hari ini akan kumulai pembalasanku. Mama sudah berangkat
kerja. Aku telepon tante Vera, kubilang hari ini aku libur kuliah, jadi boleh
tidak aku main ke rumahnya sekalian temani papa, tante Vera senang sekali dan
mempersilakanku datang.
Segera aku sarapan, mandi dan berangkat.
Segera aku sarapan, mandi dan berangkat.
Sesampainya
di sana, papa nampak sedang menonton TV di ruang tamu, tiduran di sofa panjang,
kursi roda di sampingnya.
Aku sapa
papa, lalu menemaninya.
Kulihat tante Vera keluar dari kamar, kamarnya menghadap ke ruang tamu, memakai daster yang sedikit lebih pendek dari kemarin, agak ketat dan tanpa lengan.
Hmmm.. terlihat menantang.
Kulihat tante Vera keluar dari kamar, kamarnya menghadap ke ruang tamu, memakai daster yang sedikit lebih pendek dari kemarin, agak ketat dan tanpa lengan.
Hmmm.. terlihat menantang.
Tante Vera
menyapaku, lalu menemani mengobrol sebentar, menanyakan aku mau minum apa.
Tak lama tante Vera bilang mau ke depan sebentar belanja untuk memasak.
Tak lama tante Vera bilang mau ke depan sebentar belanja untuk memasak.
Hampir satu
jam kemudian kulihat papa tertidur, aku matikan TV dan segera berdiri menuju ke
belakang, kulihat tante Vera sedang duduk di bangku kecil, mengupas sayur.
Aku ikut
duduk dekat situ menemani sambil mengobrol.
Sesekali mataku mencuri pandang ke arah pantatnya, teteknya yang terlihat menonjol besar di balik dasternya.
Sesekali mataku mencuri pandang ke arah pantatnya, teteknya yang terlihat menonjol besar di balik dasternya.
Tante Vera
terus saja mengupas sayur sambil mengobrol.
Akhirnya, tante Vera berdiri, mencuci sayuran, posisinya membelakangiku.
Akhirnya, tante Vera berdiri, mencuci sayuran, posisinya membelakangiku.
Aku
perhatikan tubuhnya dari belakang, nampak menggoda.
OK, saatnya pembalasanku telah tiba, itÔÇÖs now or never..!
OK, saatnya pembalasanku telah tiba, itÔÇÖs now or never..!
Kudekatkan
tubuhku dekatnya, lalu segera saja aku pepetkan tubuhku dari belakang, tanganku
memeluk perutnya bagian depan celanaku menempel pantatnya ke pembatas cucian,
mulutku mulai mencium lehernya.
Tante Vera
terkejut, sebelum ia berteriak, aku cium bibirnya, tanganku mulai meremas
teteknya.
Kulihat tante Vera mencoba melepaskan dirinya, namun tak berhasil.
Kulihat tante Vera mencoba melepaskan dirinya, namun tak berhasil.
Aku makin
ganas menciuminya, tanganku makin brutal saja meremas dan mempermainkan
teteknya. Akhirnya aku lepaskan bibirku dari bibirnya, sambil dengan cepat satu
tanganku mendekap mulutnya, mencegahnya berteriak.
ÔÇØTan,
Irwan akan lepaskan tangan Irwan, namun tante jangan berteriak..ÔÇØ
Lalu aku
renggangkan tubuhku dan kulepas tanganku dari mulutnya, dengan cepat kuputar
tubuhnya kini menghadapku, tangannya mencoba mendorongku.. segera kutangkap..
Kutekankan lagi tubuhku ke tubuhnya mencegahnya kabur.
Kutekankan lagi tubuhku ke tubuhnya mencegahnya kabur.
ÔÇØA..apa
yang kamu lakukan, Wan..? Bajingan kau..!ÔÇØ
ÔÇØNggak
perlu ditanyakan lagi kan tan. Irwan laki-laki, punya nafsu, pantas kan kalau
Irwan terangsang melihat tante Vera yang cantik dan seksi.ÔÇØ
ÔÇØKamu mau
terangsang itu terserah kamu, tapi jangan dengan aku. Aku ini istri papamu.
Apa kamu sudah gila..!?ÔÇØ
Apa kamu sudah gila..!?ÔÇØ
ÔÇØSudahlah
tan, tante juga sudah lama nggak dimasukin kan? Nggak ada bedanya aku sama
papaku kok.ÔÇØ
Selesai
mengatakan itu aku segera menciumnya,
Satu tanganku meremas dengan kuat teteknya, tangan tante Vera coba mendorongku, namun tidak bisa karena tergencet tubuhku.
Satu tanganku meremas dengan kuat teteknya, tangan tante Vera coba mendorongku, namun tidak bisa karena tergencet tubuhku.
Mulutnya
terus memberontak berusaha melepas ciumanku, kini tanganku yang satu lagi mulai
mengangkat dasternya, aku mulai meraba CDnya, tebal dan empuk, segera
kupelorotkan sedikit CDnya.
terasa
rambut kemaluannya yang tebal, kumulai meraba-raba memeknya, kucari itilnya,
kumulai memainkanya dengan jariku.
Bibirku terus menciumi bibirnya walau berusaha ditolak.
Bibirku terus menciumi bibirnya walau berusaha ditolak.
Jariku kini
mulai menyodok-nyodok liang memeknya.
Tante Vera masih berusaha menolak, namun lama-kelamaan kurasakan tolakannya makin melemah.
Tante Vera masih berusaha menolak, namun lama-kelamaan kurasakan tolakannya makin melemah.
Mungkin
karena teteknya yang terus kuremas juga memeknya yang sedang kumainkan dengan
jariku, kurasakan tubuhnya mulai rileks, memeknya mulai basah.
Kini
bibirnya berhenti memberontak, walau belum menerima dan membalas ciumanku.
Tenang saja, nanti juga akan.
Tenang saja, nanti juga akan.
Kurasakan
badannya mulai menggeliat, matanya juga mulai tenang.
Akhirnya aku hentikan semua aksiku pada tubuhnya. Segera kulepaskan himpitanku.
Akhirnya aku hentikan semua aksiku pada tubuhnya. Segera kulepaskan himpitanku.
Lalu..
Plak..! Tiba-tiba pipiku ditampar olehnya.
ÔÇØIni untuk kekurangajaran kamu..!ÔÇØ Kaget aku menerima gamparannya.
ÔÇØIni untuk kekurangajaran kamu..!ÔÇØ Kaget aku menerima gamparannya.
Belum hilang
kagetku, bibirku langsung diciumnya dengan bergairah, lalu dilepasnya kembali.
ÔÇØDan ini untukmu karena berani kurang ajar sama aku..ÔÇØ
ÔÇØDan ini untukmu karena berani kurang ajar sama aku..ÔÇØ
ÔÇØHah..?ÔÇØ
ÔÇØKali ini
kamu tante maafkan, tapi kamu harus selesaikan apa yang kamu perbuat.
Ingat hanya kali ini saja tante ijinkan, sebab memang tante sudah lama tidak melakukannya, tante juga butuh.
Ingat Wan, hanya kali ini dan hanya jadi rahasia kita.ÔÇØ
Ingat hanya kali ini saja tante ijinkan, sebab memang tante sudah lama tidak melakukannya, tante juga butuh.
Ingat Wan, hanya kali ini dan hanya jadi rahasia kita.ÔÇØ
Hanya kali
ini..?
Hei, bukan itu yang ada dalam rencanaku, tapi biarlah dulu, yang penting buka jalan dulu, nanti bisa diatur ulang.
Hei, bukan itu yang ada dalam rencanaku, tapi biarlah dulu, yang penting buka jalan dulu, nanti bisa diatur ulang.
Aku hanya
mengangguk dan mulai menciumnya.
Bibirnya kini balas mencium bibirku, bergairah dan panas.
Bibirnya kini balas mencium bibirku, bergairah dan panas.
Kemudian aku
lepaskan ciumanku, kuturunkan dasternya..
Nampak tubuhnya yang seksi kini terbungkus BH dan CD saja.
Nampak tubuhnya yang seksi kini terbungkus BH dan CD saja.
Tanganku
segera membuka BH nya, segera terpampang tetek tante Vera, tidak sebesar mama,
namun tetap masuk dalam kategori tetek besar, bentuknya bulat dan kencang.
Putingnya
besar coklat kemerahan dengan lingkaran sekelilingnya tidak terlalu lebar.
Lalu aku turunkan CD-nya nampaklah hamparan rambut kemaluan yang rimbun menghiasi memeknya.
Lalu aku turunkan CD-nya nampaklah hamparan rambut kemaluan yang rimbun menghiasi memeknya.
Glek.. indah
nian pemandangan di depanku, tongkolku langsung On jadinya.
Segera saja mulutku menyosor teteknya, lidahku sibuk memainkan putingnya, tangan tante Vera kini mulai mengelus celanaku, mengelus benda di baliknya.
Segera saja mulutku menyosor teteknya, lidahku sibuk memainkan putingnya, tangan tante Vera kini mulai mengelus celanaku, mengelus benda di baliknya.
Aku puaskan
menciumi dan meremas teteknya, kuperhatikan keteknya bersih terawat.
Tante Vera nampaknya suka jika teteknya dimainkan..
Tante Vera nampaknya suka jika teteknya dimainkan..
Kini
tangannya mulai membuka resleting celanaku, mencari tongkolku, aku tepiskan
perlahan tangannya, lalu secepatnya segera aku membuka kaos dan celanaku..
Kulihat matanya menatap kagum tongkolku yang mengacung perkasa di hadapannya.
Kulihat matanya menatap kagum tongkolku yang mengacung perkasa di hadapannya.
Segera aku
maju mendekat, tante Vera segera berlutut di hadapanku, tangannya kini mulai
memegang tongkolku, diam sejenak mengamati dan mengamati lagi.
Lalu
tangannya mulai mengurut dan mengocok tongkolku, jarinya mengusap kepala
tongkolku.
Kini lidahnya mulai menjilati penuh penghayatan, mula-mula dari daerah kepala tongkolku.
Lalu liang pipisku, kemudian batang tongkolku, puas menjilati, mulutnya mulai memangsa tongkolku, tongkolku ditelannya sampai ke pangkalnya, lalu mulai ia kulum dan hisap dengan cepat.
Kini lidahnya mulai menjilati penuh penghayatan, mula-mula dari daerah kepala tongkolku.
Lalu liang pipisku, kemudian batang tongkolku, puas menjilati, mulutnya mulai memangsa tongkolku, tongkolku ditelannya sampai ke pangkalnya, lalu mulai ia kulum dan hisap dengan cepat.
Ah.. aku
yang sedang berdiri merasa nikmat sekali, untung lututku tidak lemas..
Hebat juga permainan oral tante Vera.
Hebat juga permainan oral tante Vera.
Tak lama aku
segera memutuskan untuk memulai rangsanganku padanya, segera kududukkan tante
Vera ke pinggir meja dapur, kakinya kulebarkan dan aku agak menjongkok..
Nampaklah
belahan memeknya yang memerah, segera kujilat dengan lidahku, kusapu habis
seluruh permukaannya, lalu kujilati itilnya, kumainkan dengan lidahku ke sana
kemari membuatnya merasa geli-geli nikmat.
Dapat
kurasakan Memeknya mulai basah.. sementara kakinya makin ia lebarkan.. kini
jariku juga ikut menusuk liang memeknya, desahan nikmat terdengar dari
mulutnya.
Cukup lama
aku memainkan liang memek dan itilnya, kemudian tubuhnya mulai mengejang dan
benar saja tak lama ia mendapat orgasmenya, kulihat ia terkulai lemas dan
puas..
nampaknya memang sudah lama tidak mendapatkan kepuasan orgasme.
nampaknya memang sudah lama tidak mendapatkan kepuasan orgasme.
Tak menunggu
lama, segera kuberdiri.
Kini tongkolku menghujam dengan cepat dan kuat ke dalam liang memeknya.
Kini tongkolku menghujam dengan cepat dan kuat ke dalam liang memeknya.
Slephh..
Clebb.. Clebb..
Agak sulit awalnya, namun akhirnya amblas juga seluruhnya ke dalam liang memeknya.
Agak sulit awalnya, namun akhirnya amblas juga seluruhnya ke dalam liang memeknya.
Jlebb..!
ÔÇ£Heghh..ÔÇØ
ÔÇ£Nghh…ÔÇØ
ÔÇ£Heghh..ÔÇØ
ÔÇ£Nghh…ÔÇØ
Dengan
erangan lirih dan mata terpejam tubuh tante Vera merespon saat tongkolku mulai
menghujam ke dalam liang memeknya.
Aku rasakan
memeknya agak sempit, mungkin karena sudah lama tidak dimasukin, terasa
menjepit tongkolku dengan kuat..
Segera
kupompa tongkolku dengan cepat dan kuat, sangat lancar di dalam liang memeknya
yang sudah basah, tante Vera mengerang keenakan, lidahku ikut beraksi menjilati
putingnya, mulutku bergantian menghisapi kedua putingnya..
Tangan tante
Vera hanya bisa menjambaki rambutku, sementara kedua kakinya makin lebar ia
kangkangkan.
Plookkk..
ploook..! Bunyi pompaanku kontollku terdengar nyaring di tengah rintihan
suaranya.
Aku tidak memikirkan untuk mengganti posisi, karena posisi sekarang sudah enak dan nyaman, apalagi memeknya memang terasa sempit.
Aku tidak memikirkan untuk mengganti posisi, karena posisi sekarang sudah enak dan nyaman, apalagi memeknya memang terasa sempit.
Jadi kupompa
tongkolku dengan tempo cepat dan konstant.
ÔÇØUghhhh.. Yesssssss.. Ohhhh..!ÔÇØ
ÔÇØUghhhh.. Yesssssss.. Ohhhh..!ÔÇØ
ÔÇØSssshhhh..
terruussshh.. hhhh..!ÔÇØ
ÔÇØNikmaaattt.. Wannn..!ÔÇØ
ÔÇØNikmaaattt.. Wannn..!ÔÇØ
Kembali
tubuhnya mengejang, pantatnya agak terangkat saat tante Vera kembali mengalami
orgasmenya..
Aku tak kenal ampun.. terus saja memompanya, memberikan kenikmatan yang tidak akan ia lupakan.
Aku tak kenal ampun.. terus saja memompanya, memberikan kenikmatan yang tidak akan ia lupakan.
Matanya
merem melek, mulutnya terus mendesah, tangannya memelukku erat, bibirnya kini
memangsa bibirku dengan ganas, menyedot lidahku..
Pompaanku
tongkolku makin kuat saja, tanganku kembali meremas-remas teteknya..
Akhirnya kurasakan denyutan pada tongkolku, pompaan terakhir segera kusodok dengan kuat dan sedalam mungkin, lalu tubuhku mengejang..
Akhirnya kurasakan denyutan pada tongkolku, pompaan terakhir segera kusodok dengan kuat dan sedalam mungkin, lalu tubuhku mengejang..
Crooot..
croottt..! Keluar juga cairan nikmat dari tongkolku, aku terdiam lemas.
Lama kami terdiam menikmati apa yang baru terjadi. tongkolku masih menacap di dalam memeknya. Tak lama terdengar suaranya.
Lama kami terdiam menikmati apa yang baru terjadi. tongkolku masih menacap di dalam memeknya. Tak lama terdengar suaranya.
ÔÇØKuralat
ucapanku Wan, kamu boleh terus meminta untuk menyetubuhiku kapanpun kamu mau,
enak sekali rasanya, belum pernah tante senikmat ini, apalagi sudah lama tante
tidak melakukan hubungan.ÔÇØ
ÔÇØTadi baru
pemanasan tan, masih banyak kenikmatan yang bisa Irwan berikan. Tan..ÔÇØ
ÔÇØBenarkah.. ??ÔÇØ
ÔÇØMau lagi..?
ÔÇØBenarkah.. ??ÔÇØ
ÔÇØMau lagi..?
Tongkolku
memang sudah mengeras lagi, lagipula masih menancap di memeknya..
Segera saja kuangkat tubuhnya..
Segera saja kuangkat tubuhnya..
Kini aku
berdiri dengan tante Vera mengapitkan kedua tanganya di leherku, kakinya
mengapit di pantatku, sambil berdiri, tante Vera menggoyang pantatnya perlahan,
membantu memompa tongkolku, aku berjalan perlahan..
Yang tidak
tante Vera sadari karena ia tidak melihat, aku sengaja berjalan ke ruang tamu,
di mana papaku masih terbaring tidur di sofa panjang, segera aku menuju sofa
pendek dan mendudukkan tubuhku..
Tante Vera
kini di atas tongkolku, nampaknya sadar di mana aku duduk, kulihat ia berusaha
mencabut tongkolku dari memeknya, namun kutekan pantatnya dengan tanganku kuat,
mencegahnya.
Terdengar suaranya pelan.
Terdengar suaranya pelan.
ÔÇØWan..
gila kamu, papa kamu bisa bangun..!ÔÇØ
ÔÇØSudah..
diam saja kamu tante. Kalau mau aku puaskan, turuti saja keinginanku, lagipula
bisa apa papaku..? Tante kan sudah lama tidak disentuhnya, jadi kini aku yang
membantunya.ÔÇØ
ÔÇØGila
kamu.. Wan..!ÔÇØ
Mukaku
berubah menjadi garang, kutatap tajam wajahnya, lalu dengan suara sinis aku
kembali berkata.
ÔÇØGila..? Mungkin saja, tapi aku memang sudah bertekad untuk menyetubuhi tante di depan lelaki keparat ini.ÔÇØ
ÔÇØGila..? Mungkin saja, tapi aku memang sudah bertekad untuk menyetubuhi tante di depan lelaki keparat ini.ÔÇØ
ÔÇØTapi..
kenapa..?ÔÇØ
ÔÇØSebagai
pembalasan karena telah menghancurkan keluarga, menceraikan mamaku.
Tante juga sama bersalahnya dengan lelaki ini.. namun tentunya bagi tante.. ini bukan seperti hukuman kan..?
Malah tante harusnya senang karena memek tante justru mendapat kepuasan..ÔÇØ
Tante juga sama bersalahnya dengan lelaki ini.. namun tentunya bagi tante.. ini bukan seperti hukuman kan..?
Malah tante harusnya senang karena memek tante justru mendapat kepuasan..ÔÇØ
Selesai
berkata begitu.. aku segera menahan pinggulnya dengan kedua tanganku..
Aku naik-turunkan pinggulku, memompa tongkolku di dalam liang memeknya.. mulutku dengan rakusnya melumat teteknya.
Aku naik-turunkan pinggulku, memompa tongkolku di dalam liang memeknya.. mulutku dengan rakusnya melumat teteknya.
Anehnya
tante Vera hanya diam saja pasrah, mungkin masih terguncang dengan kemarahanku.
Aku terus memompa tongkolku dengan cepat, desahan suara tante Vera mulai terdengar.
Aku terus memompa tongkolku dengan cepat, desahan suara tante Vera mulai terdengar.
Tak berapa
lama aku hentikan pompaanku, dengan tongkolku masih menancap, kuputar
tubuhnya..
Kini membelakangiku, di atas badanku, kembali tongkolku menghujam memompa memeknya.
Kini membelakangiku, di atas badanku, kembali tongkolku menghujam memompa memeknya.
Kumiringkan
sedikit kepalaku di belakangnya, agar bisa menghisap putingnya, sementara satu
tanganku memainkan dan menggosok-gosok itilnya..
Desahan
tante Vera makin kencang.. pantatnya ikut bergoyang mengimbangi sodokan
tongkolku, lalu diiringi erangan kuat ia kembali mengalami orgasme.
Sodokanku di memeknya terus kulakukan mencecar sedalam-dalamnya.
Sodokanku di memeknya terus kulakukan mencecar sedalam-dalamnya.
Mungkin
karena suara-suara ribut aktivitas kami, kulirik papa mulai terganggu tidurnya,
lama-kelamaan makin tidak nyaman dan akhinya matanya mulai terbuka, nampaknya
belum terlalu sadar..
Namun
akhirnya melihat ke depannya dan tersadar apa yang terjadi, matanya membelalak
dan mulutnya terbuka kaget.
Tante Vera
nampaknya sidah pasrah dan tidak peduli lagi, aku juga masih terus menyodoknya..
Aku segera
berkata.. ÔÇØOh, maaf mengganggu tidurmu, wahai papa tercinta.ÔÇØ
ÔÇØA.. apa..
yan.. yang.. ka.. kal.. kalian.. la.. ku..kan..??ÔÇØ
ÔÇØLihat
saja dan nikmati dari sana, pa..ÔÇØ
ÔÇØMas..
ma..ma..afkan.. Ooohhh.. a.. kuuu.. Sshhh.. tapi.. akuuu.. Awww.. sudaahhh..
lamaaa.. ti..dakk.. meneri.. maaa nafkahhhh.. batinnnn darimuuuu.. akuuuu..
tiddakkkk.. Ughhh.. tahhaannn.. dann ti.. tidakk bisa..
menolakkknyyaaa..ahhh..!ÔÇØ
Suara tante
Vera terdengar tersendat-sendat terputus-putus dan tersengal di tengah
desahannya.
Papa hanya
bisa memandang kami tanpa bersuara, ekspresinya kosong.. peduli apa aku, sudah
sepantasnya dia mendapatkan balasan dariku.
Aku terus
memompa memek tante vera, jariku makin cepat memainkan itilnya.
Putingnya sudah mengeras dan membesar karena dihisap dan dimainkan oleh mulutku.
Putingnya sudah mengeras dan membesar karena dihisap dan dimainkan oleh mulutku.
Sesekali
tanganku membelai dan memainkan rambut kemaluannya yang tebal.
Lidahku juga menjilati lehernya, tante Vera menggelinjang kegelian, lalu teteknya aku cupang, meninggalkan segaris bekas merah dekat putingnya.
Lidahku juga menjilati lehernya, tante Vera menggelinjang kegelian, lalu teteknya aku cupang, meninggalkan segaris bekas merah dekat putingnya.
Tongkolku
sudah amat keras, entah kenapa sensasi melakukannya di depan papaku sebagai
balasan perbuatannya, membuatku amat senang.
Kini
tanganku menahan dan memegang pinggul tante Vera..
kuangkat sedikit pinggulnya, lalu aku mulai menyodokkan tongkolku dari bawahnya dengan kuat dan cepat..
memberikan pandangan yang jelas ke mata papaku saat tongkol anaknya menghantam memek istrinya yang kini mendesah-desah nikmat.
kuangkat sedikit pinggulnya, lalu aku mulai menyodokkan tongkolku dari bawahnya dengan kuat dan cepat..
memberikan pandangan yang jelas ke mata papaku saat tongkol anaknya menghantam memek istrinya yang kini mendesah-desah nikmat.
Tanpa
mengurangi kecepatan kuhujamkan terus menerus tongkolku dengan cepat..
Kembali tante Vera mengalami orgasme, aku juga merasakan bahwa sebentar lagi aku akan keluar..
Kembali tante Vera mengalami orgasme, aku juga merasakan bahwa sebentar lagi aku akan keluar..
Kurasakan
denyutan kembali di tongkolku, akupun segera menyemprotkan spermaku ke liang
memek tante Vera.
Lama kami terdiam, kemudian tante Vera mencabut tongkolku dan duduk di pinggir sofa di sampingku.
Lama kami terdiam, kemudian tante Vera mencabut tongkolku dan duduk di pinggir sofa di sampingku.
ÔÇØSebelum
kamu marah mas Bambang, aku minta maaf, namun aku juga wanita, punya kebutuhan
seks..
Apalagi 2 tahun belakangan ini kondisi kesehatan mas menurun.. amat jarang menggauliku.. aku menderita mas.
Namun aku tidak pernah selingkuh..
Kalaupun kali ini aku melakukannya.. karena aku tidak tahan dan tidak bisa menolaknya.
Lagipula dia anakmu, aku lebih memilih melakukannya dengan dia daripada orang lain.
Maafkan aku, aku harap pengertianmu.ÔÇØ
Apalagi 2 tahun belakangan ini kondisi kesehatan mas menurun.. amat jarang menggauliku.. aku menderita mas.
Namun aku tidak pernah selingkuh..
Kalaupun kali ini aku melakukannya.. karena aku tidak tahan dan tidak bisa menolaknya.
Lagipula dia anakmu, aku lebih memilih melakukannya dengan dia daripada orang lain.
Maafkan aku, aku harap pengertianmu.ÔÇØ
ÔÇØA..
akkkuuu..me..menger.. ti Vera, akuuu menger..ti..ÔÇØ
ÔÇØTerimakasih
mas, sejujurnya aku tidak mau mengkhianat mas, namun keinginan dan hasratku
sulit dibendung..
Aku hanya melakukan ini karena aku merasa nyaman melakukannya dengan orang yang kukenal, yaitu anakmu. Kalau yang lain mungkin aku tidak mau..ÔÇØ
Aku hanya melakukan ini karena aku merasa nyaman melakukannya dengan orang yang kukenal, yaitu anakmu. Kalau yang lain mungkin aku tidak mau..ÔÇØ
Aku hanya
memandang dan mendengar percakapan mereka.
Kulihat papaku, aku merasa tidak sedih atau kasihan dengan kondisinya, peduli amat.
Kutatap wajahnya, dia juga menatapku, wajahnya nampak kosong.
Kulihat papaku, aku merasa tidak sedih atau kasihan dengan kondisinya, peduli amat.
Kutatap wajahnya, dia juga menatapku, wajahnya nampak kosong.
ÔÇØBagaimana
rasanya kini..? Saat aku menyetubuhi istrimu..?
Aku menunggu lama untuk membalas semua perbuatanmu yang meninggalkan kami.
Apa aku merasa menyesal..?
Tidak, seperti kau yang tidak menyesal menceraikan mama dan meninggalkan kami.
Juga seperti katamu, inilah jalan hidup..!ÔÇØ
Aku menunggu lama untuk membalas semua perbuatanmu yang meninggalkan kami.
Apa aku merasa menyesal..?
Tidak, seperti kau yang tidak menyesal menceraikan mama dan meninggalkan kami.
Juga seperti katamu, inilah jalan hidup..!ÔÇØ
ÔÇØKa..
kamu.. pu..as..bi.sa mem..balas..??ÔÇØ
ÔÇØTentu..
apalagi di depan matamu. Kuberitahu, selama ini aku tidak pernah simpati dengan
kondisimu, bagiku aku hanya berpura-pura untuk membalasmu. Hei, papaku yang
konyol, kamu hanya memikirkan alasanmu saja untuk bercerai, tidak pernah peduli
perasaan mama.
Seenaknya kamu memilih jalan hidup baru. Dan juga kamu tidak menyesalinya. Aku puas bisa membuatmu yang tidak berdaya ini menyaksikan pembalasanku.ÔÇØ
Seenaknya kamu memilih jalan hidup baru. Dan juga kamu tidak menyesalinya. Aku puas bisa membuatmu yang tidak berdaya ini menyaksikan pembalasanku.ÔÇØ
ÔÇØKa..
ka..mu.. be.. beg..gitu.. benci.. sa..ma..papa..??ÔÇØ
ÔÇØJangan
konyol, setelah perbuatanmu selama ini, apa yang kamu harapkan..? Pakai otak
papa.
Aku benci dan menganggapmu tidak lebih daripada sampah. Namun hari ini aku bisa membalasnya.
Aku tidak pernah peduli apa kamu akan menganggap aku anak atau tidak, atau peduli akan hartamu, aku tidak butuh itu.
Bagiku mama dan kak Erni adalah keluargaku.ÔÇØ
Aku benci dan menganggapmu tidak lebih daripada sampah. Namun hari ini aku bisa membalasnya.
Aku tidak pernah peduli apa kamu akan menganggap aku anak atau tidak, atau peduli akan hartamu, aku tidak butuh itu.
Bagiku mama dan kak Erni adalah keluargaku.ÔÇØ
ÔÇØMa..
ma..afkan..pa..pa..ÔÇØ
ÔÇØUntuk apa
minta maaf, setelah sekian lama baru minta maaf. Sudahlah, jangan menambahku
muak.
Aku pergi saja sekarang, silakan saja kalau papa mau menceritakan hal ini ke orang lain, paling papa hanya akan jadi bahan tertawaan saja.
Oh ya, satu hal lagi, kamu harusnya berterimakasih padaku, karena bisa menggantikan kamu yang tidak bisa memuaskan istrimu yang muda ini.. hahaha..ÔÇØ
Aku pergi saja sekarang, silakan saja kalau papa mau menceritakan hal ini ke orang lain, paling papa hanya akan jadi bahan tertawaan saja.
Oh ya, satu hal lagi, kamu harusnya berterimakasih padaku, karena bisa menggantikan kamu yang tidak bisa memuaskan istrimu yang muda ini.. hahaha..ÔÇØ
Lalu aku
segera bangkit, ke dapur, mengambil bajuku dan memakainya, lalu segera
meninggalkan rumah itu.
Mama tidak pernah kuberitahu hal ini.
Mama tidak pernah kuberitahu hal ini.
Seminggu
kemudian tante Vera meneleponku, mengatakan bahwa papaku mengharapkan agar aku
masih mau datang menjenguknya, juga papaku bisa paham kalau tante Vera
melakukan hal ini karena memang usianya masih butuh dan bergairah.. sementara
papa sendiri sudah tak mampu.
Mungkin lebih baik memang aku yang memenuhinya daripada dengan orang yang tidak jelas.
Mungkin lebih baik memang aku yang memenuhinya daripada dengan orang yang tidak jelas.
Kini tante
Vera bahkan yang sering memintaku melayaninya.
Aku mau.. tapi hanya bila tidak di rumah itu.
Aku mau.. tapi hanya bila tidak di rumah itu.
Akhirnya
tante Vera memperkerjakan perawat agar ada yang bisa menjaga papa saat dia
pergi.
Biasanya dia mengajakku ke hotel.
Biasanya dia mengajakku ke hotel.
Sepertinya
dia merasa menemukan pelepas dahaga seksnya, entah kenapa dia memilihku,
mungkin dia pikir papaku lebih setuju dia melakukannya denganku daripada dengan
orang lain.
Bagiku tidak
masalah, pembalasanku telah terpenuhi dan kini tante Vera istri papaku.. siapa
yang bisa menolak tubuh yang seksi yang minta dipuaskan..?
Aku bukanlah
orang yang kejam, aku hanya orang yang simple saja.
Bagiku ada prinsip sebab akibat, aku begini penyebabnya jelas dan juga akibatnya jelas.
———————
Bagiku ada prinsip sebab akibat, aku begini penyebabnya jelas dan juga akibatnya jelas.
———————
Penutup
untuk Episode Pembalasan Yang Sempurna:
Lima bulan
kemudian papaku meninggal dunia, dalam usia 51 tahun, secara kesehatan
sebenarnya kondisi papaku sudah membaik, tapi nampaknya kondisi jantungnya
makin memburuk, ada masalah yang tidak terdeteksi.
Aku, mama
dan kak Erni datang melayat dan ikut menguburkannya.
Banyak yang datang, selain keluarga juga para karyawannya dan relasi bisnisnya.
Banyak yang datang, selain keluarga juga para karyawannya dan relasi bisnisnya.
Kami lalui
proses pemakamannya lalu pulang, tidak mau ikut peduli dengan masalah
perusahaannya atau harta apapun.
Hampir 2
bulan kemudian, aku, mama, kak Erni, Tante Vera, adik-adik papa:
Om Dedi dan Tante Rika, juga beberapa direksi perusahaan papa dipanggil ke kantor pengacara yang juga pengacara perusahaannya, rupanya papa sebelum meninggal, sudah meninggalkan wasiat dalam bentuk surat dan rekaman video.
Om Dedi dan Tante Rika, juga beberapa direksi perusahaan papa dipanggil ke kantor pengacara yang juga pengacara perusahaannya, rupanya papa sebelum meninggal, sudah meninggalkan wasiat dalam bentuk surat dan rekaman video.
Dengan
rekaman video akan memperkuat otentikasi dan tanpa rekayasa, kata pengacaranya
memang itu permintaan papa.
Setelah
basa-basi singkat, pengacara papa mulai membaca beberapa point penting dan
kemudian memutarkan video yang berisikan rekaman papaku yang sedan berbicara
membicarakan wasiatnya.
Dalam
rekaman itu nampak papa menjelaskan bahwa apa yang disampaikan adalah mutlak
dan memiliki kekuatan hukum, dia tidak mau ada yang keberatan atau bertengkar,
ini adalah keinginannya tanpa campur tangan dan paksaan siapapun.
Isi
wasiatnya: tante Vera mendapatkan 10 % kekayaan dan saham perusahaan, rumah
utama, serta sejumlah benda dan asset yang ada di daftar pada pengacara, Om
Dedi, Tante Rika dan mama masing-masing mendapatkan 10 % kekayaan dan saham
perusahaan, serta sejumlah benda dan asset yang ada di daftar pada pengacara.
Aku dan Kak
Erni mendapatkan 30 % kekayaan dan saham perusahaan, serta sejumlah benda dan
asset yang ada di daftar pada pengacara.
Papa
mengatakan bahwa akulah yang ia tunjuk nantinya untuk memimpin perusahaannya.
Karena saat ini aku belum cukup matang dan masih sekolah..
maka sementara urusan perusahaan dipegang oleh Om Dedi dan Om Damar ÔÇôsuami tante RikaÔÇô, sampai aku siap.
Karena saat ini aku belum cukup matang dan masih sekolah..
maka sementara urusan perusahaan dipegang oleh Om Dedi dan Om Damar ÔÇôsuami tante RikaÔÇô, sampai aku siap.
Untuk itu
para direksi diharapkan menjadi saksi dan mematuhi pengaturan ini.
Sisanya papa masih membagikan beberapa benda dan sejumlah uang untuk beberapa anggota direksinya.
Untuk masalah pembagian ini papa mempercayakan pengaturannya pada pengacaranya dibantu Om Dedi.
Sisanya papa masih membagikan beberapa benda dan sejumlah uang untuk beberapa anggota direksinya.
Untuk masalah pembagian ini papa mempercayakan pengaturannya pada pengacaranya dibantu Om Dedi.
Setelah
video rekeman selesai, pengacara mematikan dan menanyakan apakah ada yang
keberatan..?
Karena kami
semua mendengar dari rekaman yang jelas, tanpa ada rekayasa..
juga masing-masing pihak nampaknya telah dipikirkan oleh papa, untuk aku dan kak Erni sebagai anak memang papa berhak memberi warisan yang besar, maka tidak ada yang keberatan.
juga masing-masing pihak nampaknya telah dipikirkan oleh papa, untuk aku dan kak Erni sebagai anak memang papa berhak memberi warisan yang besar, maka tidak ada yang keberatan.
Om Dedi dan
Tante Rika juga nampaknya senang karena papa ikut memikirkan mereka.
Pengacara segera membacakan beberapa point tambahan, juga meminta kami menandatangani aktenya, lalu menyatakan semuanya sudah sah secara hukum.
Pengacara segera membacakan beberapa point tambahan, juga meminta kami menandatangani aktenya, lalu menyatakan semuanya sudah sah secara hukum.
Untuk urusan
pembagiannya akan dilaksanakan sesegera mungkin.
Kami lalu saling bersalaman dan pulang.
Kami lalu saling bersalaman dan pulang.
Satu hal
yang kuperhatikan di sini, tante Vera memang tidak bohong sewaktu mengatakan ia
menikahi papa bukan untuk hartanya, tidak ada keberatan atau kemarahan di
wajahnya.
Sebenarnya
aku, mama dan kak Erni tidak mengharapkan apapun, namun namanya warisan, tak
kami minta namun harus kami terima, secara hukum kini kami bertiga memiliki 70
% saham perusahaan papa.
Kami bertiga
berembuk mengenai hal ini, mama bilang dia hanya akan konsentrasi pada
perusahaannya ÔÇôyang memang juga besarÔÇô dan menyerahkan jatahnya untuk aku
dan kak Erni.
Setelah lama
berunding, kami ampai pada kesimpulan bahwa sebenarnya kami tidak berminat
meneruskan perusahaan papa, perusahaan mama sudah berkembang.
Aku lalu
mengusulkan ke mama untuk melepas dan menjual saham tersebut dan uangnya untuk
menambah modal perusahaan mama dan aku tabung, kak Erni juga sependapat.
Mama akhirnya setuju.
Mama akhirnya setuju.
Setelah
mematangkan detailnya, dalam minggu itu juga mama menghubungi pengacara mama
untuk mengurus dan mengatur hal ini.
Kurang dari
sebulan aku, mama, kak Erni, pengacara mama, pengacara perusahaan papa, Tante
Vera, Om Dedi dan Tante Rika serta direksi perusahaan papa bertemu kembali.
Aku, mama
dan kak Erni berbicara bahwa kami amat senang dan berterimakasih dengan warisan
yang kami terima, namun tanpa bermaksud tidak menghargai, kami memutuskan untuk
tidak menjadi pemegang saham mayoritas dan bermaksud melepas saham kami.
Om Dedi dan
Tante Rika tidak terkejut karena memang tahu bahwa mama sudah sukses dengan
perusahaannya.
Aku juga
menyatakan melepas hak dan penunjukanku sebagai pemegang perusahaan nantinya
dan meminta agar para direksi yang nantinya memutuskan penggantinya.
Adapun
nantinya mama melepas semua 10 % sahamnya, aku dan kak Erni masing-masing
melepas 20 % saham, sehingga hanya memegang masing-masing 10 % saham saja dan
memilih menjadi pemegang saham pasif saja.
Jadi total
kami melepas 50 % dengan prioritas kepada pihak-pihak yang hadir di ruangan
ini..
Pengacara mama yang akan menerima penawaran sesuai nilai terkini dan mengatur detailnya.
Setelah selesai memberikan penjelasan dan beberapa pertanyaan, akhirnya kami bubar.
Pengacara mama yang akan menerima penawaran sesuai nilai terkini dan mengatur detailnya.
Setelah selesai memberikan penjelasan dan beberapa pertanyaan, akhirnya kami bubar.
Pada
akhirnya keputusan telah dibuat, tante Vera tidak berminat dan memang sudah
bahagia dengan haknya, kini ia menjadi janda yang kaya, karena yang diberikan papa
lebih dari cukup, juga setiap tahun mendapat hasil yang lumayan dari sahamnya.
Dia hanya
menginvestkan modal ke beberapa rekannya.
Om Dedi akhirnya membeli 20 % tambahan dan menjadi pemegang saham mayoritas, sedang tante Rika membeli 10 %.
Om Dedi akhirnya membeli 20 % tambahan dan menjadi pemegang saham mayoritas, sedang tante Rika membeli 10 %.
Sisa 20 % dibeli
beberapa direksi, pada akhirnya perusahaan papa tetap diteruskan keluarganya
juga yaitu adiknya:
Om Dedi yang secara bulat dipilih menjadi penerus papa, dengan Om Damar menjadi wakilnya.
Om Dedi yang secara bulat dipilih menjadi penerus papa, dengan Om Damar menjadi wakilnya.
Uang yang
kami terima kemudian aku dan kak Erni berikan ke mama untuk mama atur di
Perusahaannya dan tabung sebagai hak kami..
sedangkan asset papa lainnya seperti rumah dan kendaraan yang kami terima, kami juga jual saja, karena memang tidak terlalu kami butuhkan dan tidak mau repot mengurusnya.
sedangkan asset papa lainnya seperti rumah dan kendaraan yang kami terima, kami juga jual saja, karena memang tidak terlalu kami butuhkan dan tidak mau repot mengurusnya.
Perusahaan
papa juga tetap berkembang dan berjalan dengan baik.
Setiap tahun aku dan kak Erni mendapatkan pembagian dividen yang lumayan, yang kami tabungkan.
Setiap tahun aku dan kak Erni mendapatkan pembagian dividen yang lumayan, yang kami tabungkan.
Sedangkan
tante Vera..?
Tentu saja dia tetap sering menelepon aku, minta ditemani dan dipuaskan, kini aku melakukannya di rumahnya setiapkali di menelepon atau kalau aku memang lagi ingin.. biasanya setelah aku pulang kuliah.
Tentu saja dia tetap sering menelepon aku, minta ditemani dan dipuaskan, kini aku melakukannya di rumahnya setiapkali di menelepon atau kalau aku memang lagi ingin.. biasanya setelah aku pulang kuliah.
Tidak ada
yang mengetahui hubungan kami dan tetap akan kami rahasiakan.
Hubunganku dengan mama, kak Erni dan tante Ani juga masih berlanjut dengan mulus.
Hubunganku dengan mama, kak Erni dan tante Ani juga masih berlanjut dengan mulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar