Rabu, 09 November 2016

Cerita Eksibisionis Disha 14 : The Begining, Binalnya Istriku | Filler...Disha old story part 2


mulustrasi Disha

Aku memandangi diriku didepan cermin yang berada didepan pintu lemari besar, kulihat diriku disana dan beberapa kali aku tersenyum sendiri karena kesempurnaan tubuh yang kumiliki. Payudaraku bulat membusung, pinggang yang ramping dan perutku rata tiada lemak yang tertimbun disana. Saat aku berbalik, dapat kulihat bongkahan pantatku yang padat nan kencang. Pantas saja, dari tadi selama aku mengajari mereka, terlihat salah tingkah.
Aku pakai sedikit make up dan parfum agar tidak memalukan teman-teman yang sudah mengajakku hangout malam ini, karena tentunya mereka pasti punya kenalan disana. 15 menit sudah berlalu, dan akupun sudah siap untukdijemput mereka. Aku keluar kamar dan tak lupa kuambil cardigan hitam yang senada dengan rok yang aku pakai, tidak lupa hp dan dompet sudah kusiapkan. Hembusan angin malam memang terasa dingin, kering lebih tepatnya jika menyentuh kulit. Meski demikian, kuurungkan mengenakan cardigan yang kubawa tadi.
Tidak lama kemudian, dari ujung gang terlihat lampu mobil menyorot jalan depan kostku yang sudah sangat sepi, yang biasanya ketika hari perkuliahan aktif sampai jam 23.30 pun masih banyak pedagang nasi goreng, tahu tek, rondhe, bakso ataupun sate ayam yang masih berseliweran.

Mobil yang kulihat tadi akhirnya berhenti didepan pagar kostku yang ternyata dikemudikan oleh Rudy, dengan bergegas dia turun untuk membukakan pintu sebelum aku sempat membukanya.

“silahkan masuk tuan putri” goda Rudy padaku mempersilahkan masuk duduk dikabin depan

“Rud, biasa ae ndak usah gombal sama Disha” celetuk Dimas

“iya daritadi pantesan aku gak boleh duduk didepan” sahut Dodi

“eh, kursi depan itu khusus tuan putri, kamu dibelakang saja ya” balas Rudi

Aku tertawa melihat kelakuan mereka berlima yang tidak mau kalah satu sama lainnya. Meskipun aku tahu mereka itu ‘cabul’ tetapi selama ini aku masih merasa nyaman dengan sikap ‘cabul’ mereka sehingga aku tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Mungkin akal sehatku sudah sedikit terkontaminasi menjadi ‘nakal’ karena hal itu seharusnya merupakan hal yang diperhitungkan bagi wanita jika hendak berteman dengan seorang laki-laki.
Perlahan mobil yang dikemudikan Rudy memasuki jalan utama kota Surabaya, dengan gesit dia melewati beberapa kendaraan bermotor dan mobil yang melaju kearah yang sama. Meskipun begitu dia masih bisa meladeni candaan teman-temannya. Dan dengan nakalnya, Rudy masih bisa mengambil kesempatan mengelus pahaku saat memindahkan transmisi. Hal tersebut terjadi beberapa kali namun luput dari pandangan teman-teman dibelakang sana karena Rudy juga tidak terlihat melakukan gerakan yang mencurigakan.

Mungkin dia sering melakukannya jika sedang mengemudi bersama seorang perempuan, sehingga perbuatannya dapat dengan lihainya dia lakukan diwaktu yang sempit. Saat dia mengelus pahaku untuk kesekian kalinya, aku sengaja memandangnya. Rudy yang menyadari jika aku memandanginya hanya tersenyum tipis saat melihatku.

“berani juga pemuda ini” batinku

Hanya itu yang kulakukan setelah beberapa kali dia mengambil kesempatan menggerayangi pahaku, bahkan akupun tidak melakukan tindakan penolakan ataupun pencegahan lanjutan dengan menutupi pahaku yang terbuka karena rokku tersingkap cukup hampir 15 cm diatas lutut menggunakan kardigan yang masih telipat rapi diatas dashboard. Bahkan aku menganggap jika apa yang dilakukan Rudy masih dalam batas kewajaran.

Kamipun sampai dilokasi tujuan setelah perjalanan hampir 50 menit, cukup dekat sebenarnya tempatnya. Namun yang membuat lama adalah padatnya kendaraan yang memenuhi ruas jalan sehingga menyebabkan kemacetan.
Kami turun bersama setelah memarkirkan kendaraan ditempat yang tersedia, suasana masih belum begitu ramai karena memang belum menjelang tengah malam. Beberapa perempuan yang kulihat memang tidak seorangpun yang mengenakan celana jeans seperti yang hendak aku pakai tadi. Bahkan banyak diantara mereka memakai rok yang ketat dan cukup pendek yang mungkin hanya 15 cm dari pinggangnya. Penampilan mereka juga lebih terbuka daripada diriku saat ini yang mangenakan setelan camisole dan rok berbahan silky jeans biru gelap yang aku kira sudah cukup terbuka.

“ayo Dish masuk” ajak Rudy setelah dia selesei membereskan administrasinya yang diikuti teman-teman dibelakangku.

Didalam rupanya sudah cukup ramai, musik house menghentak dan sedikit memekakkan telingaku. Butuh beberapa waktu bagiku untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru kukenal ini. Aku terdiam dan memejamkan mata sejenak agar diriku bisa segera rileks yang merupakan kebiasaanku sedari kecil jika merasa asing ditempat yang baru kulihat.

“kamu gak apa-apa Dish? Kalau sakit dan pengen balik gak apa aku antar” tanya Rudy yang berbicara didekat telingaku. Suara musik yang keras tentunya menghalangi apa yang hendak dia katakan sehingga dia melakukan hal tersebut. Rudy rupanya menyadari apa yang aku lakukan ssehingga dia kawatir dengan kondisiku.

Aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaannya. Sementara itu keempat teman kami sudah asyik menggoyangkan badan seirama dengan musik yang disajikan sembari memandangi pengunjung yang rata-rata berbusana minim itu.

“bro, kita duduk disana ya?” teriak Rudy pada teman-temannya

“oke bro” balas Dimas

“Dish, kamu mau minum apa?” ujar Dodi agak berteriak

“yang paling ‘ringan’ apa disini” jawabku karena disini tentu tidak akan ada yang namanya es teh ataupun orang jus

“whisky cola mau?, ndak memabukkan kok” balas Dodi

“iya deh” anggukku

“kalian seperti biasanya?” lanjut Dodi kembali yang dijawab acungan jempol dan anggukan yang lain.

Aku, Rudy, Dimas, Bayu, dan Pras beranjak dari tempat kami berdiri menuju sofa yang disediakan oleh pengelola. Dimas, Bayu dan Pras kembali beranjak ketengah untuk sekedar merenggangkan badan dengan musik yang rancak. Sementara itu Rudy dengan setia menemaniku karena masih saja dia mengkawatirkan kondisiku. Tidak lama kemudian minuman yang kami pesan pun datang, segelas whisky cola dan sebotol chivas dengan beberapa gelas yang masih kosong belum terisi.

“dimana Dodi?” tanyaku pada rudy

“halah, paling dia juga lagi cari gebetan” jawab Rudy enteng

“diminum dulu Dish?” tawar Rudy kepadaku sambil mengulurkan gelas minumanku

“iya Rud” balasku dengan menerima gelas dari tangan Rudy

‘huk...’

Aku sedikit terbatuk karena rasanya cukup keras meskipun sebenarnya ini termasuk minuman ringan, namun karena aku sebelumnya belum pernah minum minuman beralkohol tentunya tubuhku sedikit memberikan penolakan.

“Dish, pelan-pelan minumnya” Rudy duduk merapat ketubuhku dan memijit pelan punggungku

“ha ha maaf ya Rud, baru pertama kali ini bagiku” balasku

“santai saja Dish, ndak usah buru-buru” tambah Rudy yang semakin memepetkan tubuhnya ke badanku.

Tubuhku menjadi semakin hangat setelah beberapa kali tegukan Whisky Cola yang dihidangkan, sedikit demi sedikit pengaruh alkohol mulai kurasakan. Perasaan hangat dan ‘ringan’ mempengaruhi panca indraku meskipun pandangan, pendengaran dan penciumanku masih berfungsi penuh.

“kuat juga kamu Dish, biasanya yang baru pertama kali minum bakalan muntah” kelakar Rudy yang masih memijit pundakku. Aku hanya tersenyum menanggapi pujiannya dengan melanjutkan meneguk Whisky Colaku. Pikiranku seperti terbang dan semakin rileks, semakin banyak yang aku teguk semakin hangat dan ringan tubuhku rasakan.
Apalagi iringan musik house yang sedari tadi menghentak membuat tubuhku bergoyang perlahan mengikuti alunan iramanya. Sepertinya aku sudah mulai dapat beradaptasi dengan lingkungan baruku ini.

“asyik juga ya Rud disini” sahutku tiba-tiba dengan tetap menggoyangkan pelan tubuhku

“oh, iya lah Dish” jawab Rudy kaget karena dia tengah memandang wajahku yang memerah akibat sedikit mabuk.

“kamu kenapa Rud, wajahmu kok aneh?” lanjutku

“ah gak apa-apa Dish, kamu cantik” puji Rudi padaku sambil matanya tak lepas dari memandangi tubuhku

“gombal kamu Rud, pasti banyak kan cewek yang kamu gombalin” balasku

“banyak memang, tapi gak ada yang se’istimewa’ kamu” lanjutnya

“istimewa?” tanyaku. Rudy tidak menjawab, dia hanya tersenyum dan mengalihkan pembicaraan kearah yang lainnya. Sementara suasana semakin malam semakin ramai saja karena semakin banyak pengunjung berdatangan.

“kamu mau ‘turun’ Dish?” tanya Rudy mengalihkan pembicaraan

“pengen sih sebenarnya, tapi aku malu” balasku

“ya udah didepan saja, ndak usah jauh. Tuh juga banyak yang turun disekeliling kita” kata rudy melihat keragu-raguanku.

Kulihat memang banyak yang sekedar menggoyangkan badan didepan tempat mereka duduk, ada yang sendiri ada juga yang bergerombol sambil berbicara.

“baiklah” sahutku memberanikan diri, sembari aku membetulkan camisole dan rok yang aku kenakan karena sedikit kurang rapi atau bisa dikatakan tersingkap

Aku mengatur nafasku dan menata mentalku, ada perasaan deg-degan karena untuk pertama kalinya aku akan menggoyangkan tubuhku diirinngi hentakan musik house di klub malam. namun ada dorongan kuat dari tubuhku untuk menjadi ‘berani’ karena pengaruh minuman beralkohol yang aku minum.

“perhatikan baik-baik ya” godaku pada Rudy sambil kukedipkan mataku

“i..iiya dish” jawab Rudy tergagap

Sekali lagi kuteguk minuman digelasku untuk menguatkan diriku nantinya...mengikuti irama musik yang menghentak, perlahan aku mulai memenggoyangkan badanku, kuberikan senyuman yang menggoda kepada Rudy dan dia pun membalas senyumanku. Semakin lama kesadaranku hilang dan diambil alih oleh pikiranku yang mulai melayang. Dan dengan sadar, aku meliuk-liukkan tubuhku didepan Rudy yang hanya duduk dan menikmati suguhanku. Kugoyangkan pinggulku kekanan dan kekiri secara bergantian.

Rok yang kukenakan berbahan silky jeans ikut tersibak saat tubuhku menghentak begitu juga payudaraku yang turut bergoyang indah. Aku yakin Rudy dapat melihat selakanganku yang masih tertutup celana dalam hitam berenda yang kukenakan malam itu untuk menutupi liang senggamaku yang tentunya masih tersegel rapat. Aku seperti kesetanan, hampir saja aku melepas camisole yang kupakai malam itu jika Rudy tidak memanggilku. Rupaya pria itu cukup gentle juga untuk tidak membiarkan tubuh indahku ini ditatap banyak pasang mata jika aku benar-benar melepas camisole yang aku pakai.

Namun berkali-kali aku dengan berani saat aku meliukkan dan menggoyangkan pinggulku, tanganku dengan sengaja menarik rok silky jeansku ini keatas memamerkan kemulusan pangkal paha dan gundukan selakanganku.
Keringat deras mulai membasahi tubuhku, begitu juga camisole putih yang kukenakan ini, sudah sangat basah dibagian dada dan punggung. Sehingga cetakan BRA dan payudaraku semakin melekat erat ditubuhku. Dengan tatapan sendu, aku ajak Rudy untuk bergabung bersamaku.

“lets join the show Rudy” ajakku

Rudy dengan tanggap segera berdiri dan mulai bergoyang bersamaku, tubuhnya menempel erat dipunggungku. Dan sesekali kurasakan adanya tonjolan yang menekan-nekan belahan pantatku. Aku yang sudah seperti kesetanan justru menggoyangkan pantatku tepat diantara tonjolan itu. Aku bergoyang semakin erotis, pikiranku semakin enjoy menikmati setiap hentakan musik.

Ketika aku berbalik, rudy menatap lekat wajahku dekat. Aku masih terus menggoyangkan badanku, yang tentunya tonjolan payudaraku yang membusung indah bergesekan dengan dada rudy yang bidang. Rudy yang hanya memakai tshirt tentu dapat merasakan betapa kenyalnya payudaraku. Dia mencoba memberanikan diri untuk mencium bibirku, aku yang melihat hal itu justru memejamkan mata mencoba untuk menikmati, namun sebelum ciuman itu terjadi Dodi, Dimas, Pras dan Bayu datang bersama dengan 2 orang perempuan yang kutaksir sebaya denganku.

“wah enjoy the night dish” ujar Bayu

“hebat kamu Rud, si Bunga kampus bisa ada kemajuan” puji Dodi

“ha ha, bukan bukan, memang dishanya saja yang lagi pengen hapy” jawab Rudy

“apaan sih kalian” balasku dengan tetap menggoyangkan tubuhku dengan pelan

“oia, ini kenalin kristina dan Puspa. Kita tadi ketemu didekat meja barteder, jadi aku ajak sekalian kesini biar malam ini makin rame” jelas Pras

“wah kebetulan, aku ada temaan jadinya” sahutku

“kristina, puspa jadi kenalin mbak yang cantik ini namanya Disha dan mas yang itu namanya Rudy” ujar Bayu mengenalkan kami pada kedua gadis cantik itu.

“salam kenal ya mbak” sapa ku ramah

“ayo gabung dulu, kebetulan tadi masih nunggu mereka berempat” jawab Rudy yang memandang kearah teman temannya.

Setelah percakapan yang ringan, kami lantas mengambil duduk ditempat kami tadi. Aku duduk disebelah Rudy, sementara dodi dan bayu duduk mengapit Kristina sedangkan Dimas dan Pras duduk mengapit Puspa.
Kedua gadis yang baru kukenal tersebut sepertinya sudah tidak asing dengan kehidupan dunia malam seperti yang baru kualami malam ini. Terlihat dari pakaian mereka yang sangat terbuka bahkan bisa kubilang sangat minim. Keduanya memakai rok ketat yang pendek dengan atasan blouse yang berbelahan dada rendah.
Meskipun sepertinya payudara mereka tidak terlalu besar, namun dengan setelan baju yang pas, meembuat mereka berdua sangat menggoda. Apalagi mereka memiliki kaki yang jenjang dan tubuh yang ramping. Pantas saja keempat temanku itu mengajak mereka bergabung, dasar mata keranjang.

“sudah sering kemari mbak?” tanyaku ramah setelah sebelumnya menyerahkan dua gelas chivas pada mereka berdua

“iya mbak, kami setidaknya seminggu 2 kali kemari, ya kan kris” jawab puspa sembari menerima gelas yang aku serahkan

“iya, disini tempat kami menghilangkan kejenuhan setelah kuliah” balas kristina

“sama kalau begitu, saya juga baru pertama kali kesini dan benar disini bisa buat diri rileks” sahutku
Kami bercerita panjang lebar dan diselingi guyonan ringan yang dilontarkan oleh bayu dan dimas. Mereka berdua memang paling bisa mencairkan suasana dan dapat dengan cepat akrab dengan orang lain yang baru dikenal. Rudy tidak banyak bicara, dia hanya tersenyum kepadaku yang aku tahu maksud dari senyumannya itu. Mungkin dia merasa tanggung karena tadi hampir saja dia memagut bibirku.

“ayo turun lagi, musiknya asik nih” tawar Pras pada kedua gadis yang mereka bawa. Akhirnya setelah kami menghabiskan minuman yang ada digelas masing-masing, satu persatu dari kami akhirnya turun untuk menggerakkan badan. Ketika aku hendak beranjak, tiba-tiba saja Rudi meremas telapak tanganku seperti memberikan kode.

“ayo rud, kita bergoyang lagi” ajakku meraih tangannya yang segera disambut oleh Rudy.

Aku, Kristina dan Puspa bergoyang mengikuti alunan musik yang menghentak. Kembali, pengaruh alkohol membuat kami bergerak sesuai dengan iringan musik, dan tidak ada lagi rasa canggung meskipun kedua perempuan tadi baru mengenal kami. Aku yang sebelumnya telah terbawa suasana memutuskan untuk mengikuti arus, toh Rudy tadi sudah melihatku bergoyang dengan erotis. Tidak apalah pikirku jika Bayu, Dodi, Dimas dan Pras juga melihatku demikian. Toh mereka sedikit mabuk juga, apalagi sekarang aku ada temannya Kristina dan Puspa.

Kami bertiga, para gadis bergoyang ditengah dikelilingi para cowok. Kami sangat menikmati alunan musik yang menghentak seolah memacu adrenalin kami agar berani. Sudah tak kuperdulikan lagi dengan siapa aku bergoyang, kadang dengan Rudy, kadang dimas dan kadang pula dengan Pras. Kami bertiga bergoyang dengan erotis, membuat kelima teman pria kami panas semakin merapatkan diri bergoyang bersama. Aku sudah tidak memperdulikan lagi adanya tangan-tangan yang menjamahi pantat dan pinggulku, entah tangan siapa itu aku tak ambil pusing. Begitu juga dengan Kristina dan Puspa yang tubuh mereka tak luput dari jamahan teman-temanku.

“kamu hot sekali dish” tiba-tiba ditengah goyanganku Rudy membisikkan sesuatu ditelingaku

“really?”Kubalikkan badanku dan kutatap wajahnya.

“kamu bikin aku on” tambahnya lagi saat aku melingkarkan kedua tanganku dipundaknya, menggoyangkan pinggulku memainkan bibirku untuk semakin menggodanya, begitu berulang-ulang. Mungkin karena Rudy sudah tidak tahan, kedua tangannya meraih pinggulku dan menarikku dalam pelukannya.

Matanya yang sudah sangat bernafsu menatap lekat pada mataku. Kami dengan perlahan, mengambil jarak memisahkan diri dengan teman-teman kami. Sementara Kristina dan Puspa juga nampaknya sibuk meladeni ke empat teman kami yang tengah asyik menggerayangi tubuh mereka.

Rudy agak mendorongku hingga aku bersandar pada tiang yang ada dibelakangku. Aku dapat mendengar dengusan nafasnya karena kami bergoyang cukup dekat. Kembali Rudy berusaha untuk mendapatkan bibirku. Tanpa sadar, aku mengarahkan tanganku kearah selakangannya, meraba batang penisnya yang telah ereksi dari luar celana.

“gak bohong ternyata” godaku ditengah nafsunya yang memburu

“aku mau kamu dish?” bisiknya lagi

Aku hanya memejamkan mata menunggu apa yang akan dia lakukan. Kurasakan sebuah benda hangat menyentuh permukaan bibirku. Yang lama kelamaan kurasakan adanya sesuatu yang hangat dan basah yang mendorong bibirku untuk terbuka. Aku yang dalam pengaruh alkohol dan sedari tadi mengikuti dorongan birahiku akhirnya akumemutuskan menikmati ciuman yang diberikan oleh Rudy. Aku masih memejamkan mataku saat akhirnya lidah nya berhasil memasuki bibirku yang terbuka. Kurasakan lidah rudy bergerak dengan dengan cepat melilit lidahku. Hingga akhirnya akupun membalas ciumannya.

Ini adalah ciuman pertama yang kulakukan karena akupun sudah kepalang tanggung dengan semua ini. Aku membalas ciuman rudy dengan agak kaku hingga beberapa kali aku menggigit bibirnya.

“santai saja dish, nikmati saja tidak usah terburu-buru” ujarnya yang menyadari kalau aku rupanya belum pernah berciuman sebelumnya

“ini ciuman pertamaku Rud” bisikku

“iya, aku tahu. Nikmati saja, santai” sahutnya yang kemudian kembali melumat bibirku

Ditengah asyiknya kami bergoyang dan berciuman, tangan rudy tidak tinggal diam, dia berusaha menarik keatas camisole ku, dia berusaha menggapai payudaraku dari dalam namun kucegah.

“jangan rud, jangan terlalu jauh” pintaku

Nampak raut kekecewaan diwajah rudy, aku tahu dia sudah sangat bernafsu pada tubuhku. Namun aku tidak ingin semua berakhir malam ini. Aku bahkan belum menjadi kekasihnya, tapi dia sudah mendapatkan ciuman pertamaku. Melihat kekecewaan Rudy, aku kembali bergoyang dengan erotis didepannya, pinggulku menari kekiri dan kekanan, sementara payudaraku menggesek erat pada dadanya.

Tanpa kusadari, justru aku yang memagut bibir Rudy dan dia meresponnya dengan tanggap. Tubuhku semakin didorong pada tiang sehingga tubuhku dan rudy semakin lekat. Aku yang dihadapannya menggoyangkan pinggulku kedepan dan keatas menggesek pada batang rudy yang keras. Rudy pun seolah tanggap dengan yang kulakukan. Didorong pinggulnya menggesek seirama dengan goyangan pinggulku sehingga kami seolah-olah bersetubuh.
Badanku semakin panas, aku merasakan perasaan aneh dari tubuhku. Rangsangan yang kami lakukan semakin panas disertai ciuman dan pagutan bibir kami. Dan pada akhirnya nafasku semakin memburu, hingga aku mulai mendesah menikmati permainan panas kami.

“aahhh ruuddd, aku ennakkk” desahku

“nikmati dish, aku juga sama” balas Rudy

Kami tidak menghiraukan lagi orang disekitar kami yang semakin malam semakin ramai orang berdesakan, sehingga mereka tidak menyadari apa yang kami lakukan. Hentakan dan dentuman musik tiada henti membuat goyangan kami semakin panas. Tangan Rudi akhirnya bermain di bongkahan pantatku, diremas-remasnya pantatku dengan gemas.

“ruudd, aku ndak tahannnn...aakkhhhh” aku merasakan sesuatu meledak dalam liang senggama ku, perlahan cairan hangat mengalir dari sana membasahi celana dalamku. Aku meraih orgasme pertamaku dengan Rudy melalui gesekan yang kami lakukan.

Aku kehilangan tenaga karena gelombang orgasme barusan, tubuhka lemas dan aku rebah dalam pelukan Rudy. Dengan cepat Rudy menangkap tubuhku agar aku tidak jatuh. Dibopongnya tubuhku kembali ke sofa.

“minum dulu dish” sahut rudy menyerahkan segelas chivas padaku

Segera kuteguk minuman itu yang kembali membuat tubuhku hangat. Nafasku masih tersenggal, aku masih tidak mengerti apa yang aku alami tadi. Sementara rudy dengan telaten menemaniku.


“capek aku Rud” kataku pada Rudy

“iya dish, kamu duduk saja” balas Rudy menarik pundakku agar bersandar didadanya.

Aku hanya bisa pasrah saat dia menarik pundakku, aku rebahkan kepalaku pada dadanya yang bidang. Aku sudah tidak melihat keempat temanku dan juga kedua wanita yang barusan kukenal, Kristina dan Puspa. Rudy juga sepertinya tidak ambil pusing dengan tidak nampaknya teman-temannya tadi.

Rudy justru asyik membelai rambut panjangku, seolah dia tengah bersama kekasihnya sendiri. Aku benar-benar merasa nyaman dengan perlakuannya itu.

“Rud, kamu sudah lama jadi player?” tanyaku tiba-tiba

“apa dish?” tanya Rudy agak kaget

“kamu sudah sering ‘main’ sama cewek?” kuulangi lagi pertanyaanku

“mmm” Rudy nampak bingung menjawab pertanyaanku

“santai aja lagi Rud, kan aku temanmu” ujarku kembali

“sudah dari SMA dish, dulu aku ditinggal kakak kelasku” jawabnya pelan

“wow, banyak berarti cewek yang sudah kamu kerjain?” tanyaku kembali

“ada sekitar 40 lah sampai dengan saat ini, itu tidak termasuk dengan WP lho Dish” jelas Rudy kepadaku.

“pantas sih, kamu lumayan ganteng” pujiku sambil memandang wajahnya

“udah ah Dish, sekarang aku ganti tanya kamu” balasnya

“mau tanya apa Rud?” kataku

“kamu benar baru pertama kali berciuman?” tanya Rudy padaku

“iya Rud, kenapa memangnya?” tanyaku balik kepadanya

“gak apa-apa sih, berarti aku dapat ciuman pertamamu dunk kalau begitu” balas Rudy bangga

“hiii iya Rud, kamu dapat ciuman pertamaku” balasku malu-malu

“apa Dish yang kamu rasakan saat kita berciuman tadi?” tanya Rudy kembali,

“eh Rud, “ aku kaget dan kurasakan keningku tiba-tiba diciumnya

“boleh ya Dish?” aku tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaannya karena kularangpun juga dia tadi sudah terlanjur mencium keningku

“lalu yang tadi Dish?” tanyanya kembali

“gugup aku Rud, jantungku berdegup lnebih cepat, dan terlebih lagi ada perasaan aneh yang mendorongku untuk
dapat membalas ciuman dan pagutanmu” jelasku pada Rudy

“entah kenapa aku saat itu aku merasakan perasaan nyaman dan tantangan yang menjadi satu dalam diriku. Aku merasakan nyaman saat bibir kita pertama bersentuhan, saling melumat dan lidah kita saling mebelit. Dan tantangan yang aku rasakan adalah dorongan agar hal tersebut tidak segera berlalu begitu saja” tambahku lagi

“aku nambah lagi boleh Dish kalau begitu?” pinta Rudy padaku

“eh, gak boleh lah” ujarku saat dia hendak kembali mencium bibirku. Aku bangkit dan menjauh darinya

“lho kenapa Dish?” tanya Rudy heran

“gak apa-apa Rud, bagiku berciuman seperti tadi tidak butuh sekedar menempelkan kedua bibir, tapi juga adanya
saat moment yang tepat. Entah kenapa aku sekarang merasa kurang nyaman” jelasku padanya agar dia tidak tersinggung

“iya dish, maaf kalau begitu” sambung Rudy kembali

“gak apa-apa Rud, gak ada yang perlu dipersalahkan” balasku menenangkannya

“Dish, kamu ndak ingin berpacaran?” tanya Rudy kembali

“belum, sama sekali belum kepikiran malah” jawabku

“kali aja, kamu mau jadi pacarku Dish” balas Rudy memancing reaksiku

“hahaha, kita temenan saja ya Rud, enakan gini kita bisa jalan bareng-bareng” balasku, kubelai pipinya agar dia tidak kecewa karena masuk friendzone

“iya dish, bener kamu. Asalkan aku bisa mencium bibirmu lagi saja” kelakar Rudy

“hmm, enak saja” aku dengan gemas mencubit pinggangnya

“kita cari teman-teman yuk Rud, sudah mulai jenuh aku” kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 02.30, cukup lama juga kami berada di klub malam tersebut sehingga tanpa terasa hampir pagi. Pantas saja mataku sudah mulai berat dari tadi.

“iya Dish, lantas kamu nanti bagaimana?” tanya Rudy padaku

“aku ikut kamu ke kost an ya Rud. Kost ku jam segini sudah dikunci” ujarku padanya

“bener Dish?” tanya Rudy setengah tidak percaya, wajahnya yang tadi kusut karena masuk zona pertemanan
berubah jadi berbinar-binar

“biasa aja Rud, wajahmu kok jadi mupeng begitu” balasku padanya

“heee, senenglah Dish jika kamu bisa tidur di kostku” jawab Rudy

“jangan macam-macam ya Rud tapi, janji” balasku dengan tegas mengingatkan Rudy

“iya Dish janji” ujar Rudy sambil mengangkat kedua jari telunjuk dan jari tengahnya

“yok, kita cari mereka Dish” tambah Rudy kembali sambil membantuku berdiri
Kami berdua berjalan dengan hati-hati, karena aku sedikit sempoyongan oleh karena itu Rudy membantu dengan memeluk pinggangku dari belakang agar aku tidak jatuh. Semakin malam semakin panas pertunjukan yang disuguhkan, begitu pula dengan para pengunjungnya yang tidak malu-malu lagi untuk bercumbu dan bahkan sampai bersetubuh.

“jangan kaget Dish, ya beginilah kehidupan malam itu” ujar Rudy tiba-tiba karena aku terkejut dengan pemandangan yang aku lihat
Kami melanjutkan pencarian kami dan akhirnya aku menemukan mereka berenam sudah sangat mabuk dan kulihat blouse yang dikenakan Kristina dan Puspa sudah tidak dikenakan lagi dan teronggok diatas meja dan diatas sofa.

“bro, ayok cabut” ajak Rudy pada sahabat-sahabatnya

“yok brooo, tapi kedua cewek itu bagaimana?” sahut Dodi yang masih sedikit memiliki kesadaran

“nanti Kristina aku turunin di kosmu saja ya, kan kamu satu kost dengan Bayu. Sedangkan Puspa kuturunin dikostnya Pras dan Dimas” kata Rudy

“boleh lah kalau begitu bro, jadi kita bisa lanjuut” ujar Dimas yang tengah mabuk

“ayok cabut kalau begitu, kalian tolongin tuh Kristina dan Puspa” perintah Rudy kembali pada teman-temannya
Kristina dan Puspa sudah sangat teler, mereka tidak sadarkan diri sehingga mereka harus dipapah masuk kedalam mobil. Saat kami menuju tempat kami memarkir mobil, beberapa penjaga menatap tubuh kedua gadis itu dengan tatapan nafsu. Karena mereka tidak memakaikan kembali blouse kedua cewek itu sehingga payudara Kristina dan Puspa menjadi santapan siapapun yang kami lewati.

Dodi dan Bayu duduk dikabin tengah mengapit Kristina, karena kost an mereka yang pertama dilewati, sementara Dimas dan Pras duduk dikabin belakang mengapit Puspa. Dengan bergegas, Rudy mengemudikan mobilnya menembus jalan yang sudah mulai sepi dari lalu lalang kendaraan.

“hati-hati ya Rud,” kataku pada Rudy karena dia pun sebenarnya juga tengah dalam pengaruh alkohol

“siap Dish” jawab Rudy singkat bersamaan dengan pemindahan transmisi

Dari kaca tengah dapat kulihat mereka berempat kembali mengerjai Kristina dan Puspa. Tubuh mereka yang tidak berdaya karena tengah tidak sadarkan diri menjadi santapan keempat pemuda lapar. Semua bagian tubuh mereka tidak luput dari jamahan tangan-tangan yang jahil.

Aku menyeritkan dahi, membayangkan seandainya posisiku ada dalam posisi mereka. Saat aku tidak sadarkan diri, mereka pasti akan segera mengambil kesempatan untuk menikmati tubuh indahku. Aku beruntung, meskipun Rudy seorang player, namun dia masih menghargaiku sebagai seorang wanita.

***

POV : Rudy


mulustrasi Disha

Aku biasa dipanggil Rudy dikampus, wajahku yang tampan membuatku bisa bergonta-ganti pacar sesuka hatiku. Maklum, aku juga merupakan kapten tim basket di kampus sehingga banyak mahasiswi yang mengidolakan aku. Karena hal itulah, sudah tidak terhitung puluhan gadis yang sudah berhasil kugagahi, dan belasan yang berhasil aku perawani. Bahkan banyak dari mereka yang memang dengan sengaja menggunakan tubuhnya agar dapat dekat denganku.

Aku sangat menikmati hidupku, dengan kelebihan yang kumiliki bagaimana aku tidak menikmati kehidupan yang diberikan tuhan kepadaku. Dengan gampaangnya para gadis berdatangan kepadaku dan dengan sedikit rayuan gombal, mereka bersedia membuka pahanya lebar-lebar untukku. Namun, aku pada akhirnya harus mengakui jika ada seorang wanita yang sangat istimewa yang pernah kutemui selama hidupku. Disha Amalia, seorang mahasiswi tingkat 2, jurusan Farmasi. Seorang gadis yang tidak hanya memiliki kecantikan dan tubuh indah yang diidamkan para gadis sebayanya, namun dia juga merupakan gadis yang cerdas dan aktif berorganisasi. Ditingkat 2, Disha sudah didapuk mandat sebagai seorang sekretaris BEM Universitas dan juga aktif di UKM sastra yang karya tulisannya seringkali dimuat di majalah kampus.

Disha berbeda dengan para gadis yang selama ini ada dalam lingkaran hidupku, yang mana mereka dengan mudahnya tergoda oleh pesonaku. Disha gadis yang cuek, dan apakah kalian percaya jika gadis sesempurna itu belum memiliki pacar? Percayalah, Disha lebih memilih berjalan menggengam buku daripada harus berjalan berduaan dengan lelaki. Namun, aku mempunyai firasat yang lain tentang gadis itu, bukan karena kesempurnaan fisiknya, namun kepribadiannya.

Berdasarkan pengalamanku didunia perlendiran, seorang gadis yang cuek memiliki sisi lain yang tidak diketahui orang lain. Itu yang terbesit dalam pikiranku, jika Disha pasti memiliki hal tersebut. Aku perhatikan dia semenjak awal masuk, Disha mulai ada perubahan dalam segi berbusana. Jika pada awal-awal dulu Disha selalu tampil dengan busana yang tertutup dan terkesan formal, sekarang dia menjadi lebih terbuka dan lebih banyak mengenakan busana casual seperti gadis sebayanya.

Disha seorang gadis yang supel, gampang dan mudah bergaul dengan siapa saja. Itulah sebabnya Disha banyak memiliki teman, terutama teman laki-laki yang tentu memiliki maksud tersembunyi dibalik kata ‘pertemanan’ tadi. Seperti halnya aku, aku sangat tertantang untuk bisa mendapatkannya, terutama aku ingin dapat menikmati tubuhnya yang indah dan menggoda iman setiap orang yang memandang.

Sore itu aku dan teman-temanku belajar kelompok di kost Disha, aku dan teman-temanku cukup kaget melihat penampilan Disha dikostnya. Dia menemui kami hanya dengan mengenakan atasan camisole ketat dan rok diatas lutut yang mana kainnya sering tersibak oleh angin sehingga aku dan teman-temanku mendapatkan pemandangan indah kemulusan paha Disha. Kami minta diajari Disha itupun sebenarnya akal-akalanku agar bisa dekat dengannya, sengaja kami ulur-ulur waktu hingga malam menjelang dan dilanjutkan dengan jalan ke klub malam. ini merupakan malam pertama bagi Disha menginjakkan kakinya di klub malam.

Dan ternyata ini adalah malam keberuntunganku...dari awal aku sudah menduga jika Disha memang memiliki sisi lain dalam dirinya, dan menurutku sisi itu adalah sisi eksibisionis, karena dengan perlahan Disha mulai mengganti semua pakaiannya menjadi pakaian yang seksi dan ‘terbuka’, yang tentunya dapat memamerkan keindahan asset tubuhnya. Dan aku mencobanya dengan mengajaknya malam ini.

Minuman beralkohol memang ampuh untuk menunjukkan sisi sejati seseorang, itulah falsafah yang aku pegang. Disini tidak ada yang namanya orange jus apalagi es teh, semuanya pasti mengandung alkohol, aku mencoba yang paling ringan dengan memesankan Whisky Cola supaya dia dapat berkenalan dengan minuman beralkohol.
Setelah meneguk beberapa kali whisky cola, Disha perlahan semakin berubah berani, aku berhasil mengeluarkan sisi liar dalam dirinya. Dengan sendirinya dia bergoyang didepanku, mengikuti hentakan dentuman musik house yang disajikan. Goyangan yang semula tenang, kini semakin menghentak dan erotis. Bahkan dengan sengaja Disha berani menggoda dengan sengaja menarik rok silky jeansnya keatas sehingga beberapa kali aku disuguhkan pemandangan selakangannya yangg masih tertutup celana dalamnya yang berwarna hitam .

“lets join the show Rudy”

Aku tak mungkin mensia-siakan kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali, aku bergegas menghampirinya dan ikut bergoyang bersamanya. Aku dapat mencium harumnya parfum dari tubuhnya karena begitu dekatnya tubuh kami.

Dengan sengaja aku yang berada dibelakangnya beberapa kali menggesek-gesekkan batang penisku yang sudah sangat tegang ke belahan pantatnya karena menonton Disha yang tengah bergoyang dengan seronok. Aku yakin disha menyadari perlakuanku itu, karena aku juga merasakan Disha meresponnya, dan yang aku kaget itu bukan respon penolakan. Disha justru membalas dengan semakin menekan belahan pantatnya pada batang penisku dan bergoyang seolah aku tengah menyetubuhinya dari belakang.

Dan saat Disha membalikkan badan, kini aku dapat memandang lekat wajahnya. Kulihat wajah Disha yang setengah mabuk dipengaruhi oleh minuman beralkohol, terilhat sangat menggoda. Tubuh kami saling bergesekan, dan dapat kurasakan kekenyalan payudara Disha menggesek-gesek dada bidangku.

Mungkin inilah saatnya, aku ingin mencium bibirnya... kulihat Disha justru memejamkan matanya, seolah mengerti maksudku. Bibir yang indah dan selalu terlihat basah. Aku yakin, aku lah lelaki pertama yang akan mendapatkan ciuman pertama darinya. Dan saat moment itu hendak terjadi, tiba-tibake empat temanku tadi datang bersama dua orang perempuan yang belum aku kenal. Mereka tampaknya terkejut melihat Disha yang berangkat bersama mereka tadi berubah 180 derajat menjadi gadis yang terlihat binal.

Sial sekali gerutuku... namun rupanya dewi fortuna masih berpihak kepadaku. Setelah kami beristirahat sejenak dan berkenalan dengan kedua gadis yang mereka bawa, yang aku tahu bernama Kristina dan Puspa. Pras kembali mengajak kami untuk kembali turun menikmati musik yang semakin menghentak jiwa muda kami.

Para gadis berada ditengah bergoyang dengan erotis. Disha yang baru pertama kalipun seolah tidak mau kalah dengan Kristina dan Puspa yang sudah tidak asing dengan kehidupan malam. kami para lelaki hanya mampu memandangi ketiga tubuh indah itu dengan tatapan penuh nafsu sebelum pada akhirnya kami ikut bergabung dengan mereka. Dengan bernafsu kami bersamaan mengerayangi tubuh para gadis seksi itu. Tangankupun tak luput dari menjamah pantat dan tubuh indah Disha. Kulihat Kristina dan Puspa juga sudah dikerjai oleh teman-temanku.

“kamu hot sekali dish” Ditengah goyangan kami, aku kembali mencoba untuk menggoda Disha.

“kamu bikin aku on” ujarku lagi, yang dibalas Disha dengan melingkarkan kedua tangannya pada leherku. Aku semakin tergoda untuk dapat segera menjamahnya. Kutarik pinggulnya kedalam pelukanku, dan Disha tetap melanjutkan menggoyangkan pinggulnya lekat-lekat pada tubuhku. Disha pun sepertinya sudah semakin terbawa nafsunya sendiri, karena dapat kulihat dari sorot matanya, ada hasrat yang ingin dia tuntaskan.

Kami mengambil jarak dari teman-teman kami, aku menariknya dan menyandarkannya pada tiang yang ada didekat kami. dan tiba-tiba Disha memegang batang penisku yang sudah tegang dari luar celana. Aku yang kaget dengan keberaniaannya akhirnya mencoba kembali mencium bibirnya karena Disha kulihat kembali memejamkan matanya. Ah.. betapa lembut bibirnya saat kedua bibir kami untuk pertama kalinya bertemu, hangat dan basah.
Lidahku mencoba mendorong bibirnya yang masih terkatup, dan akhirnya usahaku membuahkan hasil. Lidahku berhasil mendesak masuk dan dengan segera kulumat bibir indah Disha dan dia membalas pagutanku. Jadilah saat itu kami berciuman basah dan lama, lidah kami saling tertaut seperti tidak mau lepas.

“ini ciuman pertamaku Rud” bisik Disha lirih

Akhirnya, akulah lelaki pertama yang mendapat ciuman pertama dari Disha, gadis bunga kampus yang sangat diidam-idamkan tidak hanya mahasiswa, namun juga staff pengajar dan dosen. Bibir yang sangat lembut dan basah kini membalas ciuman dariku.

Aku yang terlena dengan kenikmatan yang aku dapat dari bibir indah Disha, tanpa sadar tanganku berusaha menyingkap camisolenya untuk masuk dan meraih payudaranya yang besar menggoda itu. Namun belum sempat aku meraihnya, tangan Disha menepis tanganku.

Jujur, aku sedikit kecewa dengan penolakan Disha. Karena siapa yang tidak kecewa disaat nafsu sudah di ubun-ubun dan kita masih memiliki akal sehat yang membuat kita menghentikan apa yang kita lakukan. Disha sepertinya melihat kekecewaan dari raut wajahku, sehingga meski dia tadi sempat menolak, Disha tetap melanjutkan goyangan erotisnya untuk merangsangku. Payudaranya yang besar dan kenyal mengesek lembut dadaku yang bidang, dan Disha tiba-tiba memagut bibirku. Kami berciuman untuk kedua kalinya dengan panas, dan kurasakan Disha menggoyangkan pinggulnya dan membuat selakangannya menekan-nekan batang penisku. Rasanya ingin sekali aku dapat menyetubuhi gadis cantik ini.

Semakin lama goyangan pinggul Disha semakin cepat menekan-nekan batang penisku. Kulihat tubuhnya sudah basah penuh dengan keringatnya. Disha semakin cantik dan terlihat seksi saat berkeringat seperti ini.

“aahhh ruuddd, aku ennakkk” desah Disha. Kuraih pantat indahnya yang membulat kencang dan kuremas-remas dengan bernafsu. Mimpi apa aku kemarin malam, karena malam ini aku bisa merasakan kenikmatan dari tubuh Disha.
ruudd, aku ndak tahannnn...aakkhhhh” tanpa diduga-duga, Disha mendapatkan orgasme pertama dalam hidupnya tanpa adanya coitus atau persenggamaan. Nafas Disha tersenggal-senggal, wajahnya memerah penuh nafsu. Dan tiba-tiba saja tubuhnya terasa lemas dan jatuh. Dengan sigap aku mengkapnya dan membawa Disha kembali ke Sofa.

Kuambil segelas chivas dan kuberikan pada Disha agar tubuhnya kembali hangat. Disha dengan segera meraihnya dan meneguk gelas yang aku berikan. Disha terlihat sangat letih setelah mendapatkan orgasme barusan. Aku memintanya untuk tetap duduk saja dan beristirahat sambil menunggu teman-temanku yang ternyata sudah lepas dari pandangan. Kuraih Disha agar dia dapat rebahan di dadaku. Meskipun aku sangat bernafsu menidurinya, namun aku harus tetap terlihat gantle agar dapat mengambil hatinya.

“Rud, kamu sudah lama jadi player?” tanya Disha tiba-tiba


“apa dish?” aku cukup kaget saat Disha menanyakan hal tersebut

“kamu sudah sering ‘main’ sama cewek?” Disha mengulangi lagi pertanyaannya
Aku sendiri sebenarnya cukup bingung harus menjawab bagaimana pertanyaan Disha ini, karena tentu saja hal
tersebut akan membongkar kartuku sendiri.

“santai aja lagi Rud, kan aku temanmu” ujarnya kembali, rupanya Disha mengerti keragu-raguanku jika aku menceritakan semuannya, namun sepertinya aku memang tidak punya pilihan.

Akhirnya aku menceritakan awal mula aku bisa menjadi player, itu semua karena sakit hatiku saat ditinggal selingkuh oleh kakak kelas saat SMA. Dan akupun bercerita berapa banyak gadis yang sudah berhasil aku perawani. Disha menyimak ceritaku dengan seksama dan yang tidak kusangka Disha memaklumi hal tersebut karena katanya aku cukup ganteng.

“apa Dish yang kamu rasakan saat kita berciuman tadi?” Karena tadi Disha bertanya padaku, kini giliranku yang balik bertanya kepadanya

Disha mengatakan jika dirinya gugup dan dia merasakan perasaan aneh yang mendorongnya untuk membalas ciumanku. Disha juga merasakan kenyamanan saat kami berciuman tadi. Namun saat aku hendak menciumnya kembali, Disha menolakku dengan halus. Namun hal tersebut justru membuatku semakin percaya diri, aku akan mengatakan cinta kepadanya malam ini.

Dan ternyata Disha sampai saat ini pun belum ada niatan berpacaran meskipun aku adalah laki-laki yang memperaawani bibirnya. Disha masih belum menemukan sesuatu yang tepat dalam diriku agar membuatnya bisa menjadikanku pacarnya. Tidak apalah, baru kali ini aku ditolak oleh cewek. Namun yang menolakku memang cewek yang istimewa, beda dengan mereka yang pernah merasakan batang penisku meneytubuhi mereka.
Malam semakin larut, dan kami memutuskan untuk mencari teman-teman. Disha aku tawari untuk menginap dikostku malam ini karena pagar kostnya sudah pasti ditutup. Setelah sebelumnya Disha membuatku berjanji agar aku tidak macam-macam dengannya saat berduaan dikamar. Meskipun begitu, aku masih berharap malam ini dewi fortuna berpihak kembali kepadaku...

bersambung...

Cerita Eksibisionis Disha 13 : The Begining, Binalnya Istriku | Filler...Disha old story part 1

mulustrasi Disha

Disha Amalia, itulah nama lengkapku. Aku adalah seorang gadis yang tengah menginjakkan kakinya didunia perkuliahan, sudah hampir tingkat 2 aku menempuh perkuliahanku di perguruan tinggi negeri ternama di Surabaya. Beruntungnya aku karena dilahirkan dari keluarga yang sangat sangat berkecukupan dalam hal materi. Sehingga aku tidak perlu harus membagi waktuku dengan bekerja sembari kuliah karena kedua orang tuaku di kota malang selalu memenuhi semua kebutuhanku.

Meskipun aku dari keluarga berada, namun tidak serta merta aku tumbuh menjadi gadis yang manja dan punya banyak keinginan. Orang tuaku mendidikku dengan sangat disiplin, sedari kecil aku dan kakak laki-lakiku selalu dibiasakan bangun sebelum adzan subuh berkumandang dan tidak diperkenankan untuk tidur lagi seusai menunaikan kewajiban shalat karena bisa menyebabkan malas kata mereka.
Sebagai seorang gadis, sekali lagi aku sangat beruntung menjadi gadis yang menurut orang disekitarku mengatakan aku sempurna. Karena secara fisik, wajahku cantik diatas gadis rata-rata. Badanku cukup tinggi untuk ukuran seorang gadis dengan kaki yang jenjang dan betis membunting padi. Tubuhku juga sintal namun tidak gemuk, dengan ukuran payudara yang cukup besar, mungkin 34B yang senantiasa bulat membusung dan tidak turun meskipun aku tidak mengenakan BRA ketika hendak tidur.

Sudah hampir 2th aku menempuh pendidikan tinggi di kota Surabaya mengambil jurusan farmasi, karena sejak di bangku SMA, aku sangat menyukai pelajaran eksakta, terutama matematika dan kimia. Sebenarnya kedua orang tuaku menyuruhku mengambil jurusan kedokteran, dan hasil SPMB tahun 2005 yang lalupun aku dinyatakan diterima di perguruan tinggi yang sama. Namun kecintaanku pada ilmu kimia dan ketakutanku pada darah yang membuatku mengambil pilihan kedua dari ujian SPMB tadi.

Pada awalnya aku cukup kesulitan menyesuaikan diri dengan kota Surabaya yang selalu ramai dan cuacanya yang panas itu. Karena di kota malang aku terbiasa dengan udara yang sejuk dan dingin, jauh sekali jika dibandingkan dengan suasana kota Surabaya. Di Surabaya, aku tinggal disebuah rumah kost putri dan menempati sebuah kamar yang cukup lapang dan nyaman. Namun meski begitu, cuaca Surabaya yang panas selalu membuatku gerah. Mungkin, ini adalah awal perubahanku meski tidak secara signifikan.

Keluargaku dikenal sebagai sebuah keluarga yang terpandang, karena dari pihak ibu masih ada keturunan ningrat, sementara dari pihak ayah, kakekku adalah seorang perwira belanda yang membelot membela penjajahan bangsanya sendiri dikarenakan jatuh cinta dengan nenekku yang seorang gadis pribumi. Mungkin, dari sanalah kecantikan dan kesempurnaan tubuhku ini berasal. Namun konsekuensinya, kami sekeluarga haruslah menjaga tutur kata dan perilaku kami dalam bermasyarakat.

Beban moral yang sangat berat aku rasakan karena dimasa muda aku harus terbiasa menahan diri agar tidak mencoreng nama keluarga. Termasuk didalamnya, dalam hal berpakaian aku selalu mengenakan busana yang menutupi tubuh meski aku tidak berhijab. Orang tuaku pernah sangat marah kepadaku karena aku membeli celana pendek diatas lutut, padahal itu belum aku pernah aku pakai. Baru aku keluarkan dari kantong belanja dengan maksud kutunjukkan pada ibu. Namun yang kudapat justru ibu marah dan membuang celana pendekku tadi.
Namun disini, di Surabaya yang mana aku jauh dari kedua orang tuaku membuatku harus mengambil keputusan sendiri. Dimana cuaca yang selalu panas tidak memungkinkanku untuk berbusana seperti halnya ketika aku dirumah. Diam-diam aku mempergunakan uang direkening tabunganku untuk membeli pakaian seperti gadis pada umumnya agar aku dapat dengan segera menyesuaikan diri terutama dengan cuaca panas kota ini.

Pada awalnya cukup aneh rasanya memang, mengenakan pakaian yang sedikit terbuka memamerkan pundakku ataupun sedikit kemulusan kulit pahaku. Ada perasaan jengah saat awal-awal mengenakannya, meskipun dikostku penghuninya adalah wanita, namun tetap saja perasaan itu ada. Namun kemudian, perasaan jengah tersebut, yang awanya tidak nyaman perlahan berubah menjadi perasaan ‘aneh’ yang menjalari tubuh indahku. Aku merasa seksi memperlihatkan kulitku yang putih mulus dan dan senantiasa terawat itu pada penghuni kostku.

Dan kemudian aku mulai terbiasa mengenakan celana pendek berbahan silky jeans dan camisole atau biasa laki-laki menyebutnya tanktop yang aku lapisi cardigan saat keluar kost, entah itu membeli makan ataupun jalan-jalan. Untuk pertama kalinya, sengaja aku berjalan seorang diri untuk melihat respon dari para lelaki saat memandangku.
Aku masih ingat saat itu, berjalan jalan diarea kampus dihari minggu pagi. Banyak pula muda mudi yang juga melakukan hal yang sama, namun kebanyakan mereka berpasang-pasangan ataupun berkelompok bersama teman-teman. Cukup aneh memang, gadis cantik seperti diriku berjalan sendirian tanpa ada yang menemaani. Sepanjang perjalanan menyusuri kampus dipagi hari, puluhan pasang mata lelaki mulai memandangiku, baik itu pandangan kagum akan kecantikanku ataupun pandangan yang menelanjangi kemolekan tubuh sintalku.

Berkali-kali aku mendengar mereka bersiul menggodaku, namun aku tak menanggapinya. Ada juga yaang ikut berjaalan dibelakangku, memandangi bongkahan pantatku yang berlenggak-lenggok didepannya. Hingga akhirnya, aku merasakan tubuhku seperti kesemutan. Payudara dan puting susuku mengeras didalam BRA dan camisole yang kukenakan, juga liang senggamaku mulai basah. Ya, inilah pertama kalinya aku terangsang... dan rasanya sungguh tidak dapat digambarkan, sejak saat itu tumbuh sifat eksibisionis dalam diriku, keinginan untuk memamerkan tubuh indahku pada para lelaki, namun dengan diam-diam tentunya agar mereka tidak menyadari jika aku sengaja melakukannya.

Aku tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi perkuliahan, karena memang pada dasarnya aku menyukainya. Dan orang mengatakan, jika kita mengerjakan dengan perasaan suka, maka tidak akan ada yang namanya beban. Untuk semester pertama aku mendapatkan IP semester 3,47 dan begitu pula dengan IP semester 2 yang menjadi 3,51. Tentu hal ini membuat tenang kedua orang tuaku dirumah karena anaknya telaah dapat hidup menyesuaikan diri dilingkungan yang baru. Namun sayangnya, mereka tidak tahu, jika sisi liar dalam diri putri mereka yang selama ini terkungkung oleh norma keluarga juga tumbuh dengan suburnya.

Karena aku menjadi mahasiswi yang cukup cerdas, dibuktikan dengan IP tinggi yang kuraih. Membuatku semakin dikenal tidak hanya ditingkat fakultas, namun juga tingkat universitas. Karena selain aktif dalam perkuliahan, aku juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan BEM Universitas, yang ditahun kedua aku menduduki jabatan sekretaris. Sebuah jabatan yang tidak main-main karena jika kulihat pendahuluku sebelumnya juga mahasiswa dan mahasiswi yang bermental juara.

Dengan semakin dikenalnya aku maka semakin banyak pula lelaki yang mendekatiku. Baik yang berkmasud menambah teman, menjadikan pujaan hati ataupun bermaksud mencari kesempatan mendapatkan kenikmatan dari tubuhku, namun tidak sedikitpun aku menolak mereka hanya saja keinginan ku untuk melabuhkan hati memang belum ada. Sebagai seorang gadis aku memang terlalu supel dan cepat akrab dengan orang, sehingga tidak heran banyak laki-laki yang menyukaiku karena mereka tidak menganggapku sombong.

Mereka dengan berbagai alasan selalu mencari cara untuk dapat dekat denganku, baik melalui telepon, sms dan sosial media facebook. Juga sering mereka datang beramai ramai kekostku dengan dalih belajar kelompok. Siang itu udara cukup panas, sehingga sepulang kuliah aku dengan bergegas melepas semua pakaian ku dan mandi. Seusai mandi, belum sempat aku berpakaian aku mendapat telepon dari temanku, Rudy bahwa dia bersama Dimas, Dodi, Bayu dan Pras sudah ada didepan pagar karena mereka minta diajari mata kuliah kalkulus.

Meski seusai mandi, tetap saja aku merasakan gerah karena cuaca yang memang panas. AC dikamarpun juga tidak banyak membantu,segera kupakai BRA hitam dengan motif berenda dan celana dalam, untuk luarannya jadi kuputuskan mengenakan camisole berwarna kream yang kumasukkan kedalam rok diatas lutut dengan warna biru gelap. Cukup membuatku nyaman karena angin yang berhembus sepoi-sepoi mendinginkan tubuhku. Inilah pertama kalinya aku dikunjungi cowok dikostku. Mereka terperangah saat aku temui dihalaman depan, mungkin mereka terkejut melihatku dengan pakaian yang cukup seksi dan terbuka. Aku yakin mereka dapat melihat BRA yang aku kenakan karena camisole ku ini cukup tipis dan dan warnanya pun kontras dengan bra yang aku kenakan. diluar angin yang cukup nakal berkali-kali mengibaskan rokku sehingga memperlihatkan kemulusan kulit pahaku dan mungkin saja mereka dapat melihat celana dalamku yang berwarna hitam dengan motif renda disisi-sisinya.

“maaf ya lama, tadi masih mandi karena udaranya panas” ujarku sambil menguncir rambutku dibelakang sehingga mereka dapat melihat kemulusan kulit ketiakku.

“ah gak apa-apa lagi dish, iya kan bro” sahut dodi pada teman-temannya

“iya lah, menunggu wanita cantik kan tidak pernah salah” balas Rudy yang dikenal sebagai plaboy

“mmm, ayo mari masuk kedalam, diluar panas” kataku mempersilahkan mereka memasuki kamarku.

Kamar kosku memang sangat lapang, karena dengan kami berenam masih menyisakan cukup space untuk 5 orang lagi, untuk biaya sewa kamar kos ini setiap bulannya aku mengeluarkan biaya kurang lebih 800 ribu dengan fasilitas yang lengkap didlamannya. Pintu sengaja ku buka lebar-lebar karena tidak enak dengan tetangga kost sebelah. Mereka duduk mengelilingku dan berebutan duduk disampingku. Lucu juga pikirku melihat mereka bertingkah kekanak kanakan.

“itu tempatnya masih banyak yang lega, kok ya bergerombol sih duduknya, sesak lho nanti” candaku karena mereka duduk berebutan didekatku

“enakan gini lagi Dish, nanti bisa buat lega” jawab Rudy sambil senyum senyum

“bukannya semakin sesak ya nanti” pancingku lagi

“kalau sesak ya kami pinjam kamar mandimu Dish biar jadi lega” sahut Dimas

“tapi kalau begini kalian agak bakalan fokus nanti, ayo mundur-mundur” dorongku pada mereka agar mengambil jarak

“yah, ndak jelas nanti Dish” potong Bayu

“ya nanti aku ajari lagi mana yang belum jelas” sahutku

“oia, kalian mau minum apa nih?” tawarku pada mereka ber lima setelah hmpir 30 menit berlalu

“yang dingin-dingin aja Dish, sudah gerah ini kami” jawab Rudy sambil tersenyum pada teman-temannya

“tunggu dulu ya, tak buatkan dibelakang” ujarku sambil mencoba untuk berdiri. Namun karena aku mengenakan rok yang berbahan kain cukup tipis, sehingga ketika aku mencooba berdiri, ada kain yang menyelip dilipatan bawah paha dan membuat celah cukup lebar bagi mereka memandangi selakanganku yang tertutup celana dalam hitam berenda.

‘glek’

Aku dapat mendengar mereka meneguk ludah saat melihat momen tersebut. Dalam hati aku tersenyum puas karena bisa membuat mereka pusing dengan godaan yang kulakukan.

“lihat apa?” tanyaku pura-pura marah

“gak kok Dish, kami tadi lagi diskusi soal ini agak sulit” jawab Pras gelagapan, mereka salah tingkah karena kepergok memandangi selakanganku. Berkali-kali mereka merubah posisi duduk karena mungkin sudah mulai ‘tidak nyaman’.

“awas macam-macam” sungutku sembari keluar kamar, namun dengan sengaja aku melenggok-lenggokkan pinggulku untuk semakin menggoda mereka. Sebenarnya, tanpa aku sengajapunketika berjalan, pantatku sudah bergoyang seiring gerakan kakiku. Entah kenapa bisa seperti itu meski itu tak kusengaja, sehingga meski dengan pakaian yang sopan, ketika di Malang aku masih sering digoda saat berjalan.
Rumah kos ini cukup besar memang, bahkan bisa dibilang sangat besar. Pemiliknya memang menyediakan fasilitas dapur dan sebuah lemari pendingin yang cukup besar untuk menyimpan sayuran bagi penghuninya yang ingin memasak.

Kubuatkan mereka orange jus dengan es batu yang cukup banyak karena cuaca siang ini memang sangat panas, tidak lupa pula aku siapkan cadangan karena aku yakin mereka pasti akan berlama-lama dikosanku. maklumlah karena saat ini bulan april, saat dimana matahari mendekati garis khatulistiwa, apalagi Surabaya dataran rendah yang dekat dengan pantai, sehingga semakin panas karena penguapan dari selat Madura. Tampak mereka berbisik bisik dan masih saja berusaha membetulkan posisi duduk tanpa menyadari aku sudah ada didepan pintu melihat mereka. Kudengar mereka tertawa cekikikan membahas diriku.

“hayo, ngomongin apaan itu barusan?” sahutku mengagetkan mereka

“eh Disha, sudah lama datangnya?” tanya bayu kaget


“sudah dari 3 menit yang lalu kali” jawabku sambil berjalan kedalam kamar

“hehe hehe” tawa mereka karena kupergoki membicarakan diriku

“ini minumnya” sahutku mengambil posisi bersimpuh menggunakan kedua lututku sebagai tumpuan. Aku sengaja meletakkan gelas orange jus itu ditengah-tengah dengan agak berjongkok. Sehingga ujung rok yang kukenakan dibelakang sedikit tertarik keatas dan aku yakin, Bayu dan Pras dapan melihat kemulusan paha belakangku. Sementara itu, kulirik sepintas nampak Rudy, Dimas dan Dodi dengan nanar memperhatikan payudaraku yang seperti hendak tumpah.

“udah ah ngelihatinnya, kayak lihat hantu aja sampai melongo gitu” godaku pada mereka
Mereka yang tengah dalam lamunan masing-masing dengan malu-malu tersenyum karena ketahuan tengah asyik memandangi tubuhku

“hehehe, iya Dish habisnya kamu cantik banget” sahut Dodi

“jadi ndak konsen deh belajarnya” tambah Pras

“ayo fokus-fokus, katanya gak mau ngulang lagi semester ini” ajak ku
Mereka berlima memanglah bukan teman seangkatanku, karena mereka setingkat diatasku. Hanya saja tahun kemarin nilai mereka jeblok jadi harus mengulang mata kuliah ini agar bisa melanjutkan mata kuliah lainnya disemester depan.

“hahaha iya Dish, ayok dimulai lagi” sahut bayu

“mana lagi nih yang belum bisa?” tanyaku pada mereka setelah kujelaskan cara dan langkah-langkah menyelesaikan soal

“yang ini nih Dish, bagian ini aku kurang paham” jawab Rudy

“yang ini?” tanyaku heran sambil tersenyum kepadanya
Wajar saja jika aku heran, karena yang ditanyakan Rudy itu tadi adalah contoh soal yang paling dasar, sementara untuk soal pengembangannya dia tadi sudah bisa menyeleseikan contoh soal yang aku berikan. Mungkin mereka mencari cara supaya bisa berlama-lama bersamaku sehingga mencari-cari alasan namun sayangnya saking gugupnya Rudy sampai salah memilih alasan.

Berkali-kali mereka mencuri-curi kesempatan memandangi tubuhku, mereka juga saling tersenyum satu sama lainnya ketika usai memandangiku. Senyum cabul yang biasa kulihat dari mata lelaki hidung belang yang biasa menggodaku. Namun mereka adalah teman-temanku, sehingga mereka punya kesempatan lebih lama untuk memandangku dibandingkan lelaki hidung belang yang sering berpapasan denganku dijalan.
Tonjolan payudaraku yang membusung, bulatnya pantatku yang menggoda dan kemulusan pahaku yang selalu tersingkap menjadi sajian mereka menemani belajar bersama hingga malam menjelang. Aku dapat melihat jika batang-batang penis mereka menggembung dibalik ceana yang mereka pakai. Namun untuk berbuat lebih jauh rupaya mereka masih punya pikiran sehat sehingga tidak berniat memperkosaku meskipun aku yakin mereka punya imajinasi untuk berhubungan badan denganku.

“Sudah paham kan sekarang?” tanyaku lagi setelah kulihat jaam didinding menunjukkan pukul 20.15

“iya Dish, sekarang kami sudah paham” sahut Dimas

“kami pasti bisa dapat nilai B Dish semester ini” sahut Bayu optimis

"nilai B? Harus dapat nilai A lah, kan sudah belajar lama” tantangku pada mereka ber lima

“dapat A ya?” tanya Rudy

“iya lah, kan sudah bisa semua tadi jawab soal yang kubuatkan. Soal bu Yayuk seputar ini nanti”, jawabku pada mereka

“kamu kok tau Dish?” tanya Dimas heran

“lah, kan aku asisten dosen, lagipula yang buat soal lho aku nanti” ujarku bangga

“wah, yang bener Dish???” tanya mereka ber lima

“iya lah, aku sudah buat 5 jenis soal, tiap jenis soal ada 5 item yang harus diseleseikan. Nah nanti terserah bu Yayuk mau ambil item-item yang mana. Tapi soal-soal yang aku berikan tadi sudah mewakili yang akan kalian ujikan” tambahku

“kalau begitu, aku lihat soalnya aja Dish” ujar Pras

“yee enak saja, curang itu namanya” aku mencubit pinggang Pras hinggaa membuatnya menjerit

“adduh, sakit Dish” sahut Pras sambil memeriksa pinggangnya

“ya ampun Pras, kamu dicubit gitu saja kesakitan. Kalau yang mencubit Disha sih, berapa kalipun aku mau. Ini tuan putri pinggangku untuk dicubit” goda Rudy membuka kaosnya dan memamerkan perutnya yang sixpack

“eh apaan sih Rud, godain mulu kamu” jawabku sambil tersenyum

“kamu cantik sih Disha, jadinya enak digodain” sahut Dodi

“terus ini kita dapat apa misal ujian nanti dapat nilai A?” tanya Rudy kembali

“dapat nilai A ya berarti kalian bisa dapat mengikuti mata kuliah statistik terapan semester depan lah, biar ndak molor lama wisudanya nanti kalau gak lulus lagi” jawabku setengah bercanda

“yah gak seru Dish” ujar Dimas

“iya nih Dish, kita dapat apa gitu dari kamu?” tanya Rudy

“ya sudah, nanti misal bisa dapat nilai A, kita jalan-jalan ke Batu. Sekalian ngantar aku pulang, bagaimana?” tawarku pada mereka

“janji ya?” Dimas mencoba memastikan

“iya iya aku janji” jawabku sambil tersenyum
tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20.30, meskipun di Surabaya selalu ramai. Namun saat ini sedang libur pertengahan semester. Lumayan dapat jatah libur 1 minggu dari kampus sehingga banyak mahasiswa yang pulang kekampung halamannya. Di kosan kupun hanya tinggal 3 penghuninya, dan pemilik rumah kos yang ada di bagian depan rumah.

“eh, kalian ndak pada pulang? Sudah malam tuh, dicari induk semang kalian lho nanti” ujarku mengingatkan mereka

“hahaha, kayak anak perawan aja Dish cowok jam segini balik kost” kelakar Dimas

“iya nih, lagipula besuk kan masih libur” tambah Dodi

“oia Dish, kita mau ke blo*fish nih, kamu mau ikut?” tawar Rudy

“iya Dish, daripada kamu bete dikamar sendirian kan. Mending jalan-jalan biar ndak suntuk” tambah bayu
Sebagai seorang gadis ‘rumahan’, bukan berarti aku tidak tahu jika tempat yang disebutkan Rudy tadi adalah tempat hiburan malam meskipun sekalipun aku belum pernah menginjakkan kakiku disalah satu tempat tadi. Selain karena memang aku belum merasa perlu kesana juga belum ada yang mengajakku untuk hangout kesana.

“mmm, gimana ya?” tanyaku sedikit berfikir

“soalnya kalau malam disini pagarya dikunci” tambahku

“gampanglah itu Dish, kan kita bisa menghabiskan malam disana, terus nanti kalau jenuh bisa jalan-jalan ke Suramadu, gimana?” bujuk Rudy yang diamini teman-temannya

“baiklah, aku ganti dulu kalau begitu mau pakai celana panjang saja karena malam” sahutku

“ndak perlu Dish, gitu aja. Lagipula dress codenya kalau cewek ndak boleh pakai celana panjang” kata Dimas

“yah terus gimana? Angin juga kan dingin pastinya diluar kalau malam” kataku

“kan kita nanti naik mobilku Dish, kebetulan aku kemarin pulang bawa mobil kesini” sahut Rudy

“ok, sudah fix kan Dish. Ayo kamu siap-siap, kita balik dulu ambil mobilnya Rudy” Dodi dengan santainya menyimpulkan

Akhirnya dengan sedikit terpaksa aku ikuti kemauan mereka. Setelah mengantar mereka keluar pagar, aku kembali masuk kekamar untuk bersiap-siap. Hatiku sedikit gelisah karena ini pertama kalinya aku keluar dimalam hari, ketempat hiburan malam lagi. Entah apa yang akan kudapatkan jika sampai kedua orang tuaku dirumah sampai tahu jika anak gadisnya keluyuran ditempat hiburan malam sendiriaan bersama 5 orang laki-laki.

bersambung...

Cerita Eksibisionis Disha 12 : The Begining, Binalnya Istriku | Sebuah Pertemuan


Fais mengemudikan mobil pribadinya dengan kegalauan, setelah dengan mata kepalanya sendiri dia menyaksikan bagaimana wanita yang sangat dikaguminya tengah disetubuhi dan menikmati perlakuan pak bono tersebut. Jauh sekali dengan image seorang istri soleha yang selama ini fais kenal, hijab panjang yang selalu tertutup dan modis menambah keanggunan mbak aryanti. Namun sore tadi, fais menyaksikan bagaimana sisi binal aryanti yang mungkin hanya pernah diketahui almarhum suaminya.

“apa benar mbak aryanti juga mengagumiku ya?” batin fais setengah tidak percaya dengan yang didengarnya tadi
Meski sedang membayangkan aryanti, fais tidak kehilangan fokus dalam mengemudi. Beberapa kali fais dengan sigap mengerem atau menghindari anak-anak muda yang mulai keluar dimalam hari dengan motornya yang seenaknya sendiri dalam mengambil haluan.

“anak jaman sekarang suka seenaknya sendiri naik motor” gerutu fais
“disha lagi apa ya di sana? Apa dia mengambil kesempatan ‘main’ dengan pardi waktu aku pergi?” gundah fais dalam hati yang tidak tahu jika istri tercintanya telah digauli sahabatnya.

Lelaki mana yang tak tergoda dengan istri cantiknya itu, fais merasa beruntung dapat mempersunting gadis secantik bidadari. Meskipun awalnya mereka dijodohkan namun lama kelamaan antara disha dan fais tumbuh benih-benih cinta. Meskipun begitu, tetap saja diluar sana pandangan laki-laki selalu tertuju pada calon istrinya ketika mereka berjalan bersama.

Selama berpacaran dengan disha, fais selalu berusaha menghindari yang namanya seks pranikah, dia ingin agar nantinya dia dapat memetik keperawanan disha dimalam pertama nanti. Sebagai lelaki fais adalah lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Tidak salah memang jika disha dijodohkan keluarganya dengannya. Karena harapan besar dari orang tua adalah melihat anak perempuannya berada ditangan yang tepat. Perjalanan fais akhirnya sampai juga di cottage tempat kantornya mengadakan acara. Cukup lelah juga fais malam itu, udara yang dingin khas kota batu mulai menusuk hingga tulangnya, meskipun begitu dia cukup puas karena urusannya tadi telah selesei.

“aku harus bergegas mandi dan istirahat atau besuk bisa jadi flu dan tidak ikut acara” gumam fais

Fais berjalan memasuki cottage melewati lobby dan gazebo tempat rekan-rekannya berbincang menghalau udara yang dingin. Nampak wajah yang letih dari sahabat-sahabatnya karena telah mengurusi acara kantor mereka.

“bro, gimana urusannya sudah bereskan?” celetuk doni ketika fais menghampiri mereka

“sudah beres sam, makanya ini aku buru-buru balik” balas fais

“syukurlah berkasnya sudah beres mas” sahut disha menghampiri suaminya

“mas bersih-bersih dulu gih, terus istirahat. Nanti adik bawakan makanan, mas pasti belum makan tadi” tambah disha

“cie..ciee.. ada pengantin baru, mesranya” boy berseloroh

“ha ha ha... ya begitukan seharusnya istri yang baik, perhatian pada suaminya” sahut riyan dengan tersenyum sipul

Mendapati dirinya saat ini menjadi perhatian banyak orang, tidak membuat disha menahan dirinya untuk tidak meladeni perkataan riyan barusan. Meski tidak secara verbal, namun dengan sedikit nakal, dia mengdipkan matanya saat ada kesempatan kepada riyan.

“ini mas kunci kamarnya, adik pesan kan makanan dahulu ya” kata disha sambil berjalan kearah restoran didekat lobby

“mas fais beruntung ya, memiliki istri yang tidak hanya cantik tapi juga perhatian dengan suaminya” sahut pardi

“iya, disha juga dikenal ramah saat acara arisan kantor” tambah martha

Fais yang istrinya dipuji oleh pardi hanya dapat tersenyum saja, namun dalam hatinya dia tidak dapat menerima basa basi pardi barusan karena hal itu sebenarnya merupakan penghinaan pada dirinya. Namun untuk melampiaskan kekesalannya entah kenapa dia tidak memiliki keberanian. Akhirnya untuk menghilangkan kekesalann dihatinya daripada disitu terus terusan melihat pardi, orang yang sudah berkali kali menggauli istrinya dia memutuskan segera kekamar.

“semuanya, aku balik duluan ya, capek banget rasanya. Agak ndak enak badan juga nih” ucap fais beralasan

“iya bro, jangan sampai flu. Besuk waktunya kita bersenang-senang” sahut doni
Fais kemudian berjalan kembali menuju kekamar mereka. Namun dia teringat jika harus mengabari pak siswoyo jika dirinya sudah kembali ke cottage karena bagaimanapun tadi sebelum pergi dia tidak sempat berpamitan dengan pak siswoyo.

“mmm, kamar pak siswoyo dibangunan yang itu ya” gumam fais sambil melihat ke beberapa bangunan yang dibuat terpisah dan lebih besar dari kamar penginapan yang biasa.

“tadi pak siswoyo tidak ada ditempat, mungkin beliau istirahat dikamar. Sebentar sajalah, yang penting beliau tahu aku sudah balik” ucap fais dalam hati

Namun saat akan mengetuk pintu kamar pak siswoyo, dari dalam terdengar suara yang tidak asing ditelinga orang yang sudah berumah tangga atau setidaknya sudah pernah melakukan hubungan seks. Suara kecipak benturan antara kulit manusia dan lenguhan yang bersahutan.

“dengan siapa pak siswoyo didalam ya? Kalau tidak salah istrinya tadi kan sudah balik duluan” fais penasaran

“jangan-jangan lagi main dengan desi”

‘ahhhh...pakkk ssiisss’


“kok bukan suaranya desi” fais mulai panik, suara yang didengarnya walaupun lirih dia yakin itu bukan suara milik desi rekan kerjanya. Karena terlalu seringnya pak ssiswoyo dan desi ber ‘main’ dikantor, membuat fais yang sering kali keluar masuk ruang atasannya itu hapal dengan suara desi sang penggoda itu.

Fais kemudian berputar kearah belakang kamar president suite, mencari celah untuk mengintip.

“sial, dibelakanggnya ada kolam, mana dalam lagi. tapi jendelanya dibiarkan terbuka” gumam fais
Dengan memberanikan diri, fais mencoba menapaki pinggiran kolam yang menempel tepat dengan dinding kamar setelah sebelumnya dia menyembunyikan barang bawaannya di rerimbunan tanaman perdu. Beruntung, pinggiran kolam itu agak lebar dan dapat dibuat berpijak meski hanya satu kaki.

Perlahan fais melangkahkan kakinya satu demi satu, tangannya berusaha diseimbangkan dengan menempelkan pada dinding. Setelah hampir 10 menit mencoba dia dapat mencapai jendela kamar, posisinya yang membelakangi dinding menyulitkannya untuk mengintip dengan mudah.

Fais begitu penasaran dengan siapa wanita yang bersama atasannya itu, karena dari suaranya lamat-lamat fais teringat dengan suara yang mirip dengan suara tadi. Hanya saja fais lupa namun fais yakin wanita itu tidak asing baginya.

“apa jangan jangan...”

“tadi yang tidak ada disana kalau tidak salah...,”

“ ah tidak mungkin, semoga aku salah” batin fais

Jendela kamar itu memang tidak tertutup rapat dan pak siswoyo pun juga memang sengaja tidak menutupnya, karena selain cottage itu aman juga diseberangnya adalah kolam ikan koi yang cukup dalam. Sehingga kalaupun mau mencuri jika lewat jendela tentu akan kesulitan.

Fais perlahan melongokkan kepalanya mengintip kedalam kamar dengan agak kesusahan, dalam keremangan cahaya kamar, fais dapat melihat atasannya itu tengah menjilati liang senggama yang tidak kalah indah dari milik istrinya. Yang mana pemilik liang senggama yang indah itu telentang diatas tempat tidur dengan sprei acak-acakan, namun sayang fais tidak dapat melihat bagian wajah karena pandangannya terbatas jendela tempatnya mengintip.

Fais diam-diam mengagumi keindahan tubuh telanjang yang tengah menjadi santapan pak siswoyo, sepasang kaki yang jenjang indah, tengah menjuntai pasrah mengakangi wajah pak siswoyo. Paha yang begitu mulus terawat, sehingga terlihat samar-samar urat kebiruan didalamnya, begitu juga dengan pinggang dan perut yang terlihat terawat sehingga tidak terlihat timbunan lemak yang biasanya ada disana.

Entah apa jadinya jika seandainya wanita yang tengah dikerjai pak siswoyo tadi adalah istrinya, fais semakin tidak berani membayangkan jika itu adalah istrinya. Namun tidak dapat fais pungkiri, jika selama ini pengalaman menyaksikan istrinya yang cantik dan sintal itu tengah disetubuhi lelaki lain justru selalu saja mampu membuatnya terangsang karena rasa cemburu.

Fais tanpa sadar mengarahkan tangan kanannya yang sebelumnya dia pergunakan untuk menjaga keseimbangan, kini tengah mengelus kemaluannya dari balik celana yang mulai mengeras. Membayangkan seandainya yang sedang dilumat liang senggamanya itu adalah istrinya.

Permainan erotis semakin mengarah kedalam persetubuhan, terlihat jika si wanita yang belum fais ketahui dengan yakin siapa orangnya itu mengalami orgasme. dada wanita itu naik turun, nafasnya sedikit tersenggal setelah dilanda kepuasan. Fais terkejut bukan main saat melihat pak siswoyo dengan batang nya yang tegak mengacung itu kini tengah dioral oleh seorang wanita yang sangat fais kenal, ya benar ternyata dugaan fais jika dia mengenal suara wanita itu karena dia adalah reny, istri Boy rekan kerjanya.

Entah fais tidak dapat menyangka jika yang saat ini tengah bermain api itu adalah reny, fais heran bagaimana istri seperti reny bisa terjerat permainan seksual atasannya itu. Namun tak urung membuatnya kehilangan gairah. Melihat istri sahabatnya dalam kondisi telanjang bulat dan hendak digauli atasannya semakin menaikkan nafsunya. Terlebih pak siswoyo kini telah melakukan pentrasi batang besarnya itu kedalam liang senggama reny yang sempit dan hangat.

Kedua insan berlainan jenis itu tengah memacu birahinya, agar dapat saling terpuaskan satu dengan lainnya. Suara lenguhan dan desahan semakin santer terdengar ditelinga fais dan membuatnya semakin cepet mengelus batangnya dan akhirnya tanpa sadar fais berejakulasi didalam celananya.

Fais memutuskan menyudahi ritual mengintip persetubuhan atasannya dengan istri sahabatnya. Dalam lubuk hatinya dia menyesal kenapa bisa sampai terbawa nafsu saat melihat istri sahabatnya itu telanjang dan tengah digauli atasannya sendiri. Penyesalan itu membuatnya kasihan pada boy sahabatnya. Tentu fais ahu betul bagaimana rasanya dikhianati orang yang paling disayangi.

Perlahan fais mengambil langkah untuk kembali, dia berhati-hati agar jangan sampai dia tercebur dan akhirnya ketahuan. Terlebih lagi jangan sampai karena ulahnya yang kurang berhati-hati tersebut membuat perselingkuhan mereka diketahui banyak orang.

Fais dengan bergegas menuju kamar tempatnya menginap. Dia cukup beruntung karena ternyata istrinya belum ada disana menunggunya. Setelah membuka pintu, fais merebahkan dirinya diatas tempat tidur. Pikirannya melayang layang dengan menutup matanya, kenapa ada seorang yang tega menyakiti pasangannya. Padahal dari sisi dirinya sendiri, dia sudah berupaya agar menjadi suami yang baik untuk istrinya. Fais berpikir bagaimana kelanjutan hubungannya dengan istrinya nanti jika disha istrinya terus terusan seperti itu, lambat laun fais semakin terbawa kedalam alam bawah sadar dan akhirnya tertidur.
...

Pov Disha


Syukurlah berkas yang dibawa mas fais sudah beres, jadi pembangunan kantor cabang yang baru bisa segera dikerjakan secepatnya. Tidak enak juga sebenarnya aku tadi siang sedikit marah pada mas fais karena keteledorannya itu. Terlebih lagi, hari ini aku juga telah kembali menambah satu lagi petualanganku dengan lelaki lain yang juga merupakan sahabatnya.

Ada rasa tidak tega dalam hati ini terus-terusan menyakiti hati mas fais, apalagi aku selama usia pernikahan kami telah membohonginya tentang status keperawananku. Jika bukan karena batang mas fais yang kecil dan juga liang senggamaku yang rapat ini, mungkin dimalam pertama mas fais akan tahu jika aku sebenarnya sudah tidak lagi perawan. Dan bahkan tanpa sadar waktu itu aku membantunya mengarahkan batang nya itu memasuki liang senggamaku.

Ingin rasanya aku berterus terang tentang semua ini, aku bukanlah istri yang sebaik kelihatannya. Namun jika aku berkata jujur, bagaimanakah kelanjutan rumah tangga kami nanti. Jika mas fais memilih berpisah, tentu anak-anak kami yang akan menjadi korban.

Wajar jika mas fais nantinya menceraikanku karena aku memang istri yang binal, telah lama aku membohonginya dan seringkali bercinta dibelakangnya. Entah kenapa aku begitu ketagihan disetubuhi semenjak aku bertemu dengan mas teguh. Tak terhitung berapa kali setelah itu pardi menyetubuhiku. Libidoku juga entah kenapa akhir-akhir ini meninggi, membuatku selalu tertantang mengenakan busana yang ketat dan terbuka yang memperlihatkan aurat tubuhku yang harusnya hanya dapat dinikmati mas fais suamiku. ah...kasihan sekali kamu mas, maaf namun ini semua juga karena salahmu yang tidak dapat memuaskanku.

“jadinya pesan apa mbak?” tegur pelayan itu mengagetkan lamunanku

“ii yya sebentar mas”

“mas fais kupesankan nasi goreng apa ayam kremes ya?”

“nasi goreng saja mas, tambah telur setengah matangnya dua ya mas” sahutku kemudian yang tidak lama setelah itu sang pelayan dengan cepat mencatat menu yang aku pesan

Aku mengambil tempat duduk didekat jendela agar dapat melihat pemandangam kelap kelip kota batu dibawah sana, iringan live musik jazz yang disuguhkan membuat suasana semakin rileks dan nyaman, hingga aku tidak menyadari jika ada yang menegurku dari belakang.

“disha ya?”

Aku yang terkejut karena disapa akhirnya menoleh dan aku melihat seorang lelaki dengan setelan casual, memakai celana bahan jeans ukuran ¾ dan dengan kacamata hitam menutup matanya, sementara itu ditangannya dia membawa sebuah map yang bertuliskan ‘bukit ijen indah adventure’ yang kutahu dari mas fais itu adalah tempat dimana besuk acara selanjutnya digelar.

“maaf siapa ya? Apa kita sebelumnya pernah bertemu?” tanyaku pada lelaki itu

“mmmas Dicky” sahutku tak percaya saat lelaki itu melepas kacamatanya

bersambung

Cerita Eksibisionis Disha 11 : The Begining, Binalnya Istriku | Hangatnya malam kota Batu [Reny Story]


Hujan yang deras mengguyur kota Batu dan wilayah sekitarnya nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda akan reda meski telah mengguyur hampir 4 jam. Kumandang adzan magrib sayup-sayup terdengar dari sebuah surau diperkampungan tidak jauh dibawah bukit. Cottage Sawo Kecik yang menjadi lokasi acara family gathering yang digagas pak Siswoyo memang berada diatas bukit, dengan medan yang menanjak tidak membuat wisatawan mengurungkan niatnya menginap atau sekedar bermalam disana. Kebetulan cottage tersebut menyediakan fasilitas wisata yang cukup lengkap karena tidak jauh dari sana terdapat wisata paralayang.

“bro, untuk acara besuk pihak penginapan sudah kamu koordinasikan belum?” Tanya Riyan pada Doni. Riyan, doni dan yang lainnya tengah berkumpul disaung tengah dekat dengan ruangan loby, selain bersantai mereka juga membahas rencana kegiatan besuk pagi.
“beres yan, bahkan kita dapat free 2 unit karena kita book semua unit yang tersedia” balas doni yang tengah menyeruput wedhang jahenya
“bagus bagus bro, nah besuk semua harus mencoba wahana paralayang, mumpung semua bisa kumpul seperti ini” riyan kembali menimpali
“duh mas, aku takut ketinggian” sahut nina pada suaminya yang tampak cantik dengan sweater krem lengan panjang, namun cukup ketat memperlihatkan kemolekan tubuhnya dipadukan dengan celana jeans berwarna senada dengan sweaternya. Jeans tersebut juga cukup ketat memperlihatkan betapa jenjangnya kaki nina.
“saya juga lho yaan” disha juga menyahut sembari merapatkan kedua lengannya sehingga cardigan yang diapakai semakin membungkus erat tubuhnya. Disha cukup kedinginan karena dia hanya mengenakan tanktop dibalik cardigannya.
“tapi nanti ada yang mendampingi kan bro?” Tanya riyan lagi
“beres, bagi yang takut mencoba sendiri nanti bisa didampingi instruktur disini, tenang saja” ujar doni
“boleh lah dicoba kalau begitu dish” sahut nina
“iya nina, Nampak nya seru juga” balas disha
“mas boy, istrimu kok belum kelihatan?” Tanya nina pada boy yang sedang duduk santai disudut gazebo
“oh Reny masih dikamar, tadi katanya masih mau menelepon ibunya” sahut boy ringan.
“mas, pak Siswoyo kok tidak kelihatan ya??? Tanya nina kali ini pada suaminya
“oh, tadi katanya kurang enak badan. Jadinya pak bos istirahat dikamarnya” jawab doni tak mau ambil pusing dengan ketiadaan bosnya itu
“semoga bisa lekas baikan ya, kasihan liburan ini kan yang merancang pak Siswoyo” tambah disha penuh harap.

Malam ini meski udara terasa dingin, namun suasana kekeluargaan yang berusaha dibangun pak Siswoyo mampu mencairkan dinginnya malam. Mereka asyik bersenda gurau bermain kartu dan gitar seperti anak remaja.

Dilain tempat yang masih satu lokasi, dikamar president suite yang Nampak mewah dengan ornament-ornament terdengar percakapan dua insan berlainan jenis yang tengah bercakap-cakap dan sesekali si pria tadi terlihat memeluk dan mencumbu si wanita yang Nampak adanya keragu-raguan dalam dirinya. Ya, mereka adalah Pak Siswoyo dan Istri Boy, Reny. Yang siang tadi sempat digoda oleh pak Siswoyo seusai acara. Rupanya permainan mereka yang sempat terhenti membuat pak Siswoyo tidak menyerah, dengan berbagai upaya dia berusaha membuat istri boy tersebut sudi mengunjungi kamarnya.

“pak, sudah… saya takut…” ujar Reny sambil berusaha menghindar dari bibir pak Siswoyo yang tengah mencumbu lehernya.
“tenang saja, disini aman kok bu Reny” rayu pak Siswoyo pada mangsa yang hampir dia dapatkan. Pak Siswoyo tidak mau kehilangan mangsanya yang tinggal sedikit lagi bisa dia telanjangi, karena kemeja lengan pendek yang dikenakan Reny telah terbuka semua kancingnya memperlihatkan tonjolan payudaranya yang membuncah dan perutnya yang ramping.

Pak Siswoyo menarik pelan tangan Reny yang halus dan disentuhkan kewajahnya. Reny semakin bingung dan tubuhnya gemetar merasakan bulu-bulu halus di pipi pak Siswoyo.
“ccuukup pak” bisik Reny. Namun penolakan Reny yang terdengar pelan ditelinga pak Siswoyo justru membuat pria tua itu semakin terbakar nafsunya. Pak Siswoyo mengecup telapak tangan Reny dengan lembut bak seorang putri, dan sesekali memasukkan jari Reny kedalam mulutnya dan menghisapnya. Reny merasakan geli dijari tangannya, baru kali ini dia diperlakukan demikian oleh seorang lelaki. Bahkan boy suaminya sendiripun tidak bisa seromantis itu.
“bu Reny, ijinkan saya pria tua ini memilikimu malam ini” ujar pak Siswoyo merayu istri bawahannya. Reny yang seharusnya bisa menolak dan menghindar, namun justru memilih diam dan semakin menguatkan pak Siwoyo jika istri boy juga menikmati situasi ini.

Karena itulah, pak Siswoyo semakin berani menyentuh payudara Reny yang tinggal ditutupi BH warna peach dan meremasinya pelan. Reny hanya memejamkan mata saat pak Siswoyo menjamahi payudara indahnya itu, bahkan tanpa sadar pak Siswoyo sudah mulai mencumbui leher dan pundak Reny yang terbuka.
Tidak lama kemudian, keduanya telah larut dalam kenikmatan birahi. Reny semakin terlihat pasrah menikmati perlakuan atasan suaminya tersebut. Dalam keremangan cahaya kamar, pak Siswoyo telah melepas pengait BH yang ada dipunggung Reny. Baginya yang telah berpengalaman menggagahi puluhan wanita tidak sulit melepas kaitan BH meski dengan satu tangan dan mata tertutup.
Cup BH Reny disingkapnya keatas dan memperlihatkan payudara Reny yang membulat indah dengan aerola coklat muda. Pak Siswoyo menghentikan sejenak cumbuannya dan menyisakan birahi pada diri Reny. Ibu muda itu dengan pipi memerah terengah-engah mengatur nafas dihadapan pria tua yang sedang mengagumi keindahan tubuhnya.

Tak menunggu lama, pak Siswoyo lantas merebahkan tubuh Reny diatas ranjangnya, sementara bibirnya asyik memainkan putting payudara Reny yang semakin mencuat keras menandakan pemiliknya tengah terangsang.
“nnggghhhh aahhhhh” Reny sesekali mendesah saat pak Siswoyo menghisap-hisap putting susunya dan memelintir putting payudaranya. Reny hanya bisa pasrah dan memilih menikmati pilihan salah berada dalam satu kamar tertutup bersama pria yang bukan merupakan suaminya yang telah diambilnya senja itu.
“Kulit tubuhmu halus sekali bu Reny” puji pak Siswoyo ditengah tengah cumbuannya pada payudara Reny. Reny hanya mampu menggeliat lemah karena tubuhnya semakin lemas seiring semakin kuatnya dorongan birahi dalam dirinya.

Tangan kanan pak Siswoyo yang sebelumnya memilin putting susu Reny dialihkan kebawah menjamah paha mulus yang selalu terawat, diusapnya naik turun sebelum akhirnya pak Siswoyo menyingkap keatas rok diatas lutut yang dikenakan Reny sore itu. Asset berharga milik Reny kini telah terpampang dihadapan pak Siswoyo, celana dalamnya sudah sangat basah oleh cairan cintanya yang sedari tadi mengalir seiring rangsangan yang diterimanya.
Jemari pak Siswoyo mulai menari dipermukaan celana dalamnya, pria tua itu melakukannya dengan tetap mencumbui payudara Reny. Reny hanya bisa mendesah dan menggeliat ketika tubuh sintalnya dijamah oleh atasan suaminya.

Entah kapan, namun ternyata pak Siswoyo telah mengeluarkan batang penisnya yang tidak hanya panjang, namun juga besar berurat itu. Reny hanya terpaku memandangi pak Siswoyo yang telah mengeluarkan penisnya yang telah mengeras. Dipandanginya batang penis lelaki tua itu yang jauh lebih besar dan panjang dibandingkan milik suaminya. Tanpa disadari, alam bawah sadarnya membuat Reny membayangkan nikmatnya jika batang penis yang besar nan panjang itu menyeruak masuk menjejali liang senggamanya, tentu terasa sangat sesak dan nikmat.

Melihat Reny yang terdiam memandangi keperkasaan batangnya, pak Siswoyo kemudian melepas semua pakaian yang dikenakannya sehingga akhirnya dia telanjang didepan Reny.
“bu, ayo kita lanjutkan permainannya” ajak pak Siswoyo yang kemudian menarik turun rok dan celana dalam yang dia kenakan dan Reny tanpa sadar membantunya dengan mengangkat bongkahan pantatnya agar penutup bawahnya itu dapat dilolosi dengan mudah.
“sempit sekali bu memekmu, seperti masih perawan saja, punya suamimu kecil ya bu???” Tanya pak Siswoyo dengan nada mengejek setelah liang senggama Reny terpampang tanpa penghalang.

Reny hanya terdiam dengan wajah memerah mendengar penghinaan pada suaminya, namun diSisi lain hatinya semakin bergemuruh membangkitkan Sisi binal dalam dirinya. Pak Siswoyo memandang takjub liang senggama Reny yang telah terpampang siap dinikmati itu. Pak Siswoyo kemudian mendekatkan mulutnya dan mulai menjilati liang senggama Reny yang sudah basah.
Reny memejamkan matanya saat lidah kasar pak Sis menyeruak masuk kedalam liang senggamanya. Lidah pak Sis menjilati seluruh ruang yang ada didalamnya. Reny yang merasakan geli berusaha menarik pinggulnya mundur, namun karena poSisinya cukup sulit sehingga pak Sis dapat dengan mudahnya kembali mengoral liang peranakannya.

Reny berusaha menahan desahannya agar pak Sis tidak mengetahui jika sebenarnya dia juga menikmati. Namun semakin dia tahan, rangsangan yang diberikan pak Sis semakin kuat sehingga pada akhirnya desahan manja keluar dari bibirnya
“ahhhhhh...hmmmmmm,,mmpphhhhh pakhh ssiishh” Reny mulai mendesah hebat seiring jilatan pak Sis diliang senggamanya dan bahkan sesekali lidahnya menggesek dan menekan klitorisnya.
"uhhhhhhh....hmmpppphhhh,..aahhh teruusssss pakhhh" Reny yang sebelumnya berusaha menghindar dengan menarik pinggulnya kini dia justru mendorong pinggulnya maju agar liang senggamanya menjemput lidah pak Sis lebih dalam lagi. Kedua tangannya menggapai kepala pak Siswoyo yang sudah beruban itu menekannya semakin kedalam agar jilatannya semakin kuat.
“aahhh pak Sissh , saya tidak taahhan paakhh…” desah Reny dengan keras seiring tumpahnya cairan cintanya. Reny telah meraih orgasme pertamanya sore itu melalui bibir dan lidah atasan suaminya. Reny tidak mengira jika jilatan pak Sis mampu mengantarkannya meraih orgasme.

Reny terengah-engah menikmati orgasme yang didapatnya, dadanya naik turun berusaha mengatur nafasnya yang berdegup semakin kencang. Setelah beberapa lama pak Sis memberikan kesempatan Reny menikmati Sisa orgasmenya, kini giliran pak Sis yang ingin dipuaskan.
“ayo bu, batang saya ini ingin merasakan hangatnya bibir bu Reny” pinta pak Siswoyo yang lebih terasa seperti perintah. Batang pak Sis mengacung tegak keatas dengan jantannya menunggu sang betina untuk melayaninya. Reny kemudian bangkit dan memandang dengan nanar pada batang penis pak Siswoyo.
“batangnya gede banget pakhh” bisik Reny manja.
“ibu pasti suka nanti saat kontol saya ini menghujam dalam liang surgawi bu Reny” balas pak Siswoyo sambil tangannya membelai rambut Reny yang menutupi wajahnya. Reny kemudian mendekatkan bibirnya dan perlahan dimasukkannya batang penis itu kedalam mulutnya.
“iyaa bu, betul begitu…ahh nikmat banget sepongan bu Reny” racau pak Sis saat Reny memainkan batang kontolnya.

Reny dengan sendirinya memaju mundurkan kulumannya, cukup kesulitan karena batang penis pak Sis tidak dapat tertampung semuanya didalam mulutnya. Sesekali dikocoknya batang yang masih terSisa diluar hingga membuat pak Sis berkali kali meracau mengomentari kuluman istri anak buahnya itu.
Meski sudah 30 menit berlalu, nampaknya pak Siswoyo belum menunjukkan tanda-tanda dia akan ejakulasi. Namun sebaliknya, Reny sudah terlihat cukup lelah mengoral batang yang panjang dan besar itu.
“aahh pakk, Reny capeekk” ucap Reny dengan bergelayut manja pada pak Siswoyo
“hahaha…kontol saya ini baru akan keluar jika saya sudah menggaulimu bu” ejek pak Sis

Pak Sis kemudian menarik batangnya dari bibir reni dan menarik perempuan itu rebah disampingnya dan mulai memagut bibirnya. Dengan bernafsu pak Sis menggeluti tubuh polos Reny, kembali dicumbuinya tubuh indah itu sebelum dia mengarahkan batang penisnya kedalam liang senggama Reny yang sudah basah.
Reny yang sudah dilanda nafsu, menggenggam dan mengarahkan sendiri batang kontol pak Sis kedalam liang senggamanya yang kemudian tidak butuh waktu lama bagi batang pak Sis untuk masuk.
“aahhhh pakkkk Reny sesaakkk” ucap Reny ditengah tengah gesekan kontol pak Sis memasuki vaginanya

Pak Sis yang berbaring disebelahnya mulai merasakan nikmatnya jepitan liang senggama Reny. Kontolnya terasa diremas dan dipijit oleh dinding hangat penuh kenikmatan tersebut. Namun rupanya penis pak Sis tidak dapat masuk sepenuhnya karena ujung kontolnya sudah mentok menyentuh dinding rahim ibu muda itu.
“oohhh…nikmat sekali jepitan memekmu buuu…” racau pak Siswoyo. Reny dengan perlahan mulai menggoyangkan pinggulnya mengayun menjemput nikmatnya.
Payudara Reny pun ikut bergoyang seiring ayunan pinggulnya yang kemudian oleh pak Sis disambar dan dihisapnya putting Reny dengan gemas. Mulut pak Sis menghisap kedua payudara Reny bergantian.
“tetekmu sekal sekali bu, kenceng khas perawan” kata pak Siswoyo
“uuughhhhhh” lenguh Reny semakin keras. Bibir Reny mendesah lepas menikmati persenggamaannya dengan atasan suaminya itu, kepalanya mendongak sementara rambutnya terkibas tak tentu arah saat liang senggamanya digenjot oleh pak Sis.
“uuhhh pakkk saya mau keluarrr…” racau Reny. Peluh mulai membasahi tubuh keduanya, sodokan batang penis pak Sis membuatnya tak berdaya dan hamper meraih orgasmenya kembali.
“tungguuu bu samaa samaa” dan tak lama kemudian pak Siswoyo mendekap erat tubuh Reny sementara batang penisnya dihujamkan dalam dalam. Reny yang hendak mencapai orgasmenya terlihat panik karena dia tau atasan suaminya hendak menumpahkan spermanya kedalam rahimnya.

Namun terlambat, Reny tidak cukup kuat meronta karena gelombang orgasme telah melandanya, cairan deras keluar membasahi batang penis pak Siswoyo yang menghujam dalam liang senggamanya.
“aaahhh…saya keluarkan didalam buuu …” bersamaan dengan itu, keluarlah ber mili mili sperma pak Sis membanjiri liang senggama Reny menuju kedalam rahim untuk membuahi sel telur Reny yang sedang dalam masa subur. Reny terengah engah mengatur nafasnya. Terlebih, pak Sis menekan seluruh batang penisnya ke dalam rahim dirinya dan didiamkan cukup lama didalanya.

Tubuh Reny terasa lemas setelah dia melayani nafsu atasan suaminya itu. Dia tidak mempunyai cukup tenaga untuk sekedar bangkit dari pelukan mesra pak Siswoyo.
“ah ah ah enak sekali pakkhh” Reny membuka suara dan tanpa malu-malu dirinya mengakui menikmati disetubuhi atasan suaminya.
“hah hah iiyaa bu, memek ibu juga sangat nikmat, sempit dan legit, bapak suka layananmu” puji pak Siswoyo
Namun Reny tidak menjawab kata-kata pak Siswoyo meski dia sendiri mendengarkan, hanya sebuh senyuman yang diberikannya untuk membalas kata pak Siswoyo barusan karena Reny fokus mengatur nafas yang masih terengah-engah.
“sepertinya, saya ketagihan dengan nikmatnya tubuh bu Reny” sahut pak Siswoyo kemudian mengecup mesra bibir Reny dan pemiliknyapun membalasnya tidak kalah panas.

BERSAMBUNG...

Cerita Eksibisionis Disha 10 : The Begining, Binalnya Istriku | Tetangga Yang Menggoda


Fais hanya dapat memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, arus lalu lintas cukup padat sore itu kembali menuju kota Malang. Hingga butuh waktu hampir 2 jam hingga dia akhirnya keluar dari kota Batu, Fais memang memilih jalur alternative yang tentunya lebih lancer jika dibandingkan dengan melewati jalur utama. dilihatnya mendung masih menggelayut diatas dome kampus putih. Hujan mengguyur sepanjang perjalanannya sore itu, namun begitu hendak memasuki kota Malang, hanya tinggal rintik-rintik kecil.
“kalau kondisi sepi bisa lebih cepat harusnya” gumam Fais lirih, matanya tetap focus pada jalan raya yang ada didepannya karena banyak muda mudi yang dimabuk cinta sering seenaknya saja berpindah haluan tanpa memberi tanda menyalakan lampu sign terlebih dahulu. Ternyata bukan hanya emak-emak saja yang tidak bisa memahami teknologi lampu sign, hehehe…
Masuk kota malang lebih jauh ternyata disana sama sekali tidak hujan, hanya saja mendungnya tetap gelap dan angin berhembus cukup kencang menggugurkan dedaunan yang sudah cukup kering dari ranting-rantingnya.
“akhirnya sampai juga dirumah” ujar Fais saat membuka pintu pagar rumahnya. Bergegas Fais memasukkan mobilnya ke halaman rumah dan turun untuk mengambil berkasnya proposal perijinan Disha untuk pembangunan unit baru dilingkungan tempat tinggalnya. Oleh perusahaan Disha dipercayakan untuk melakukan ekspansi pasar dan kebetulan lokasi yang ditetapkan berada dikelurahan tempatnya tinggal.
Cukup lama Fais berusaha mencari dokumen yang tertinggal tadi karena dia sendiri lupa menaruhnya dimana. Karena ditempat yang dia kira ternyata sudah tidak ada. Memang seingatnya dia sudah memindahkan dokumen tersebut. Dibolak baliknya tumpukan kertas yang berserakan dimeja kerjanya, dan akhirnya dokumen tersebut berhasil didapatnya berada di dalam kamar.
“kapan ya aku bawa dokumen ini ke kamar?” gumam Fais heran.
‘ah sudahlah, sebaiknya aku bergegas kerumah pak Bono saja, biar berkasnya segera selesai’ batin Fais. Tak lama kemudian Fais kebelakang mengambil payung karena kawatir hujan mendadak turun saat dia masih dijalan.
Angin yang dingin terasa menusuk pori-pori kulitnya meskipun Fais sudah memakai jaket tebal. Ditentengnya map berkas ditangan kirinya dan dibawanya paying yang lebih berat dengan tangan kanannya. Rumah pak Bono tidak jauh dari rumahnya, hanya beberapa blok saja sudah sampai dirumah pak RT.
‘tok tok tok’, diketuknya pintu rumah pak Bono dan sejurus kemudian terbukalah pintu tersebut setelah sebelumnya terdengar suara kunci diputar.
“eh, dek Fais ada perlu apa?” sambut bu Rina dengan ramah, bu Rina adalah istri dari pak Bono. Wanita paruh baya, meski tidak lagi muda namun sisa-sisa kecantikan di masa mudanya masih jelas dalam guratan-guratan wajahnya.
“ya ampun, sampai lupa mempersilahkan dik Fais, mari masuk dulu dik” sambung bu Rina
“iya bu Rina terima kasih” jawab Fais yang kemudian melangkahkan kakinya masuk keruang tamu.
“jadi begini bu Rina, ini saya ada perlu dengan pak Bono. Mau minta surat pengantar untuk pengurusan ijin, kebetulan istri saya ditunjuk untuk mengerjakan proyek ekspansi perusahaannya” sambung Fais menjelaskan keperluannya kemari.
“wah, pak Bono nya pas tidak dirumah itu dik. Tadi baru saja keluar, mau beli rokok katanya” jawab bu Rina dengan mimik agak kecewa.
“lama apa tidak bu kira-kira?, tadi sempat saya hubungi namun tidak dijawab”
Bu Rina menggelengkan kepala tanda kurang tahu
“mungkin lama dik karena jika ketemu orang pak Bono suka lupa waktu, ini hp nya juga ketinggalan dirumah” sahut bu Rina menunjukkan hp suaminya yang tergeletak diatas meja disudut ruangan.
“waduh, saya telat berarti” sahut Fais menggaruk rambutnya tanda dia sedang berfikir.
“butuh segera diurusi berkasnya dik Fais?” Tanya bu Rina
“iya bu, ini tadi saya lupa tidak segera mengurusi padahal besuk selasa sudah harus beres. Ini tadi saya ada acara ke Batu jadinya balik lagi dan istri saya tingggal disana” balas Fais cemas
“ya ampun, sudah berkasnya ditinggal saja dik, nanti biar diurusi sama pak Bono” sambung bu Rina menenangkan kegundahan Fais. Bu Rina merasa kasihan dengan Fais karena harus bolak balik Batu – Malang sore ini.
“bener tidak apa-apa bu?nanti saya merepotkan pak Bono jadinya” Fais sedikit kawatir dia merepotkan tetangganya itu
“sama tetangga kan harus saling membantu dik” sambung bu Rina lagi
“tteerima kasih banyak bu untuk bantuannya, saya permisi dulu” Fais senang karena telah dibantu oleh bu Rina yang memang terkenal baik dan sopan dengan tetangganya itu.
“hati-hati dijalan dik Fais, salam buat Disha” pesan bu Rina yang mengantarkan Fais hingga ke depan pintu.
‘Syukurlah, bisa kembali ke Batu lebih cepat dari perkiraan’ gumam Fais, hatinya terasa lega karena masalahnya sudah selesei dengan bantuan bu Rina. Saat itu pulalah hujan mulai turun, meski tidak deras namun cukup membasahi baju juga bila dia tidak bergegas.
‘duh, payungnya lupa ketinggalan dirumah pak Bono lagi’ Fais kembali menggerutu karena saking senangnya hingga dia lupa meletakkan payung dibalik daun pintu rumah pak Bono.
‘harus cepat ini, lewat jalur belakang saja lah, lebih cepat dan cukup banyak pohon peneduh’ pikir Fais dalam hati. Jalur belakang yang dimaksud Fais tadi adalah jalur yang dapat menembus lewat halaman belakang rumahnya. Hanya saja cukup sepi jika akhir pekan karena yang tinggal disana kebanyakan adalah mahasiswa yang kos ataupun karyawan yang pulang ke kampung halaman setiap akhri pekan. Beberapa rumah sudah ada yang menyalakan lampunya, kadang mereka memang saat pulang selalu meninggalkan rumah dalam kondisi lampu menyala sebagai penerang jalan agar tidak gelap.
‘lho, pagar rumah mbak Aryanti kok terbuka?’ batin Fais penasaran, apalagi dilihatnya ada sepeda motor tua terparkir tertutup tanaman perdu.
‘mbak Aryanti apa dikunjungi saudaranya ya, tapi mbak Aryanti kan bukan orang asli malang. Ini kok nomor polisinya N xxxx BC’ Fais semakin penasaran
‘lho ini kan motornya pak Bono yang pernah sekali dia pamerkan dulu waktu kerja bakti’ Fais terkejut mendapati motor pak Bono ada dihalaman rumah mbak Aryanti. Fais celingak celinguk kiri kanan sebelum dia akhirnya memberanikan diri masuk kehalaman rumah Aryanti
‘deeggghh’ dada Fais semakin bergetar, jantungnya berdegub lebih cepat dari biasanya karena dia mengenali sandal yang ada di teras rumah mbak Aryanti adalah sandal pak Bono karena terdapat inisial namanya terukir disana. Pikiran Fais berkecamuk dengan apa yang terjadi didalam rumah mbak Aryanti, mungkinkah…mungkinkah… mbak Aryanti…pikiran tersebut berputar-putar dikepalanya saat melihat pintu rumah Aryanti tertutup rapat.
Samar-samar Fais mendengar suara bercakap-cakap dari dalam rumah. Suaranya pelan, cukup jauh didalam ruang tengah. Fais berjalan pelan, berputar mencari celah agar dapat mendengar lebih jelas. Fais pernah beberapa kali main kerumah Aryanti semasa almarhum mas Yudha masih hidup, Fais tau ruang tengah ada disisi kanan dalam rumah.
Fais melihat jendela ruang tengah rumah Aryanti kacanya terbuka, hanya tertutup selambu. Fais semakin hati-hati memilih langkah untuknya berpijak agar tidak menimbulkan suara, karena suara bercakap-cakap tadi semakin jelas terdengar dari jendela yang terbuka. Dengan perlahan Fais menempelkan telinganya didinding luar rumah dekat jendela kaca yang terbuka tersebut.
“mas hari pergi kemana mask kok tidak sama-sama?” Tanya seorang perempuan pada lawan bicaranya. Namun apakah yang didalam sana adalah pak Bono saja Fais belum berani meyakinkan karena rasanya mustahil bagi Fais jika Aryanti berani memasukkan laki-laki kedalam rumah dengan pintu tertutup rapat, apalagi Aryanti adalah muslimah yang taat dan meskipun Aryanti kemarin telah berhasil digauli oleh pak hari, apakah mungkin Aryanti berubah 180 derajat.
“katanya sih tadi hari ke kekecamatan, ada selamatan kayaknya karena tadi pakai baju rapi banget” balas lawan bicara sang perempuan yang tadi sempat memanggil ‘yan’ nama panggilan Aryanti. Hati Fais bergemuruh mendengar suara pak Bono didalam rumah Aryanti. Namun Fais tetap berpikiran positif, mungkin saja mereka tidak melakukan apapun dan ada hal serius yang dibicarakan dan bersifat rahasia sehingga diputuskan menutup pintu rumah.
Namun ternyata diluar dugaan, Fais berusaha menyingkap sedikit kain korden dengan ujung ranting yang diambilnya dari bawah. Fais terperangah dengan apa yang dilihat mata kepalanya sendiri. Aryanti dengan santainya menemani pak Bono ngobrol tanpa baju muslimahnya bahkan Aryanti tidak mengenakan hijab yang biasa menutupi rambut dan kepalanya. Aryanti yang dilihatnya sekarang sedang mengenakan daster tanpa lengan dengan potongan diatas paha, belahan dadanya pun terlihat dengan sangat jelas, montok dan putih seperti halnya milik Disha.
Sementara pak Bono tengah duduk santai menikmati sebatang rokok diseberang Aryanti yang juga duduk bersandar di sofa melihat kelayar kaca. Keduanya begitu akrab, seolah-olah tidak ada jarak diantara mereka berdua. Tidak ada lagi rasa jengah dan malu pada diri Aryanti berduaan dengan lawan jenisnya dengan pakaian yang mengumar aurat tubuhnya. Apa yang terjadi dengan Aryanti? Mungkinkah Aryanti yang sekarang tidak lagi sama dengan Aryanti yang dia kagumi dulu, sebagai istri yang sholeha, menjaga marwah dan kehormatan suaminya.
Fais berkali-kali mencubit lengannya sendiri, berharap apa yang dilihatnya ini adalah mimpi. Namun rasa sakit yang justru Fais rasakan karena itu bukanlah mimpi. Fais tidak lagi merasakan tubuhnya yang berubah dingin karena baju dan celananya telah basah terkena tetesan air hujan karena apa yang dilihatnya saat ini mampu membuat panas hatinya.
“kenapa kok nyari pak hari yan?, kangen ya?” goda pak Bono
“ah pak Bono kayak tidak tahu saja” Aryanti menyilangkan kakinya tersenyum malu-malu sehingga kain dasternya semakin tertarik keatas memperlihatkan paha mulusnya. Dilihatnya pak Bono meneguk ludah disuguhi pemandangan yang menggiurkan oleh Aryanti. Ibarat seekor kucing garong yang tengah melihat ikan tenggiri yang berada diluar tudung suji.
“oia yan, kayaknya si Fais ada simpati sama kamu lho” sahut pak Bono sesudah bisa menenangkan diri, namun tonjolan dicelananya masih tetap tegak berdiri
“simpati bagaimana mas?” Tanya Aryanti kemudian
“ya ada rasa sama kamu yan, kira-kira kamu mau tidak bila Fais kapan-kapan aku ajak kesini?” tawar pak Bono
“ah, jangan lah mas, dik Fais itu sudah seperti sepupu bagi mas Yudha, masak mas Bono mau mengajak dik Fais kemari”jawab Aryanti keberatan, dari pembicaraan mereka, Fais dapat menangkap maksud dari kata ‘mengajak kemari’ itu adalah mengajak untuk menyetubuhi dan bukan bersilaturahim.
“tapi, kamu kalau boleh jujur bagaimana memandang si Fais itu yan?” pancing pak Bono lagi. Fais yang diluar semakin panas mendengar percakapan mereka dengan perasaan tak menentu menunggu jawaban dari Aryanti.
“buat apa sih mas Tanya begitu?” balas Aryanti
“aku ingin tahu bagaimana kamu memandang Fais karena si Fais sendiri terlihat ada rasa sama kamu yan” jelas pak Bono
“dik Fais ya? Dia suami yang baik, sayang dengan istrinya. Sejujurnya aku juga ada sedikit rasa kagum pada diri dik Fais karena sifatnya itu mas, dik Fais sedikit mengingatkanku pada almarhum mas Yudha” jawab Aryanti cukup panjang
“namun jika untuk ‘itu’ aku tidak sanggup mas, selain itu Disha juga sangat baik denganku” sambung Aryanti. Hati Fais berbunga-bunga mendengar jawaban dari Aryanti, dia tidak menduga jika selama ini ternyata janda mas Yudha itu menaruh perasaan terhadapnya. Memang jika kita berbuat baik itu tulus tanpa mengharap sesuatupun, maka aka nada yang diam diam menilai diri kita dan menaruh perasaan simpati jika kita beruntung, hehehe sedikit pesan moral.
“wah kalian sebenarnya ada kecocokan lho yan, kalau kubantu mendekatkan kalian mau ndak?” jawab pak Bono
“gak usah ah mas, biarlah seperti ini saja” tolak Aryanti
“gak apa-apa yan, santai saja” tawar pak Bono lagi
“kenapa mas Bono semangat sekali sih?” Tanya Aryanti penuh selidik
“hehehe” pak Bono hanya menyeringai mesum mendapat pertanyaan dari Aryanti
“jangan bilang mas Bono dan mas hari ada rencana pada dik Disha? sergah Aryanti
“wah kamu kok bisa baca maksud hatiku sih yan” balas pak Bono tersenyum tanpa rasa bersalah
“aku tahu siapa mas Bono dan mas hari, baik juga pasti ada maunya. jangan lah mas, mereka orang yang baik. Jangan dirusak, cukup aku saja yang menjadi korban kalian berdua” Aryanti sedikit berbicara dengan nada tinggi
“korban kenikmatan maksudmu yan, hehehe…” goda pak Bono yang kemudian duduk berpindah disebelaj Aryanti
“apa sih mas” sergah Aryanti ketika pak Bono mengelus pahanya
“ndak usah marah gitu lah yan, santai aja” pak Bono sambil berusaha menciumi pundak dan leher Aryanti yang terbuka. Posisi aryati yang terpojok pada sofa tidak memungkinkannya menghindar, hanya bisa menepis lemah pak Bono yang berusaha mencumbunya.
“ayolah yan, nikmati saja…” bisik pak Bono ditelinga Aryanti
“kamu sudah berubah sejauh ini, percuma kembali dan menolak-nolak seperti dulu namun pada akhirnya kamu malah menikmati” bisiknya lagi. Pipi Aryanti merona merah dilecehkan sedemikian rupa oleh pak Bono
“tttiiiddakk mmaass” Aryanti menggelengkan kepalanya berusaha menolak rangsangan yang dilakukan pak Bono pada pahanya yang tengah dielusi tangan kiri pak Bono
“bayangkan saja aku ini Fais yan yang tengah mencumbuimu” bisik pak Bono lirih namun cukup bagi Fais mendengarnya
“aagghhh dik Faisss…” desah Aryanti tiba-tiba. Fais yang mendengar namanya disebut oleh Aryanti menjadi dag dig dug, seperti nano nano.
‘mbak Aryanti menyebut namaku…’ batin Fais lirih. entah karena Aryanti yang sudah mulai terpancing gairahnya karena dirangsang pak Bono ataukah karena Aryanti terbuai oleh imajinasinya sendiri yang tengah bermain dengan Fais, namun kini penolakan Aryanti sudah mengendur, bahkan terlihat menikmati apa yang sedang dilakukan oleh pak Bono.
Dan dalam sebuah kesempatan, pak Bono mendaratkan ciuman pada bibir Aryanti dan kemudian melumatnya. Tangan pak Bono yang kasar mulai merabai payudara Aryanti yang telah terbuka bagian atasnya. Aryanti dibuatnya belingsatan dengan cumbuan dan rangsangannya. Meski awalnya Aryanti pasif meladeni ciuman pak Bono, namun dia tidak dapat mombohongi dirinya sendiri, perlahan-lahan bibirnya bergerak pelan dan membalas ciuman pak Bono yang menggairahkan itu. Dan bahkan ketika tangan pak Bono menurunkan tali daster dipundak Aryanti, ia tidak keberatan sama sekali hingga payudara bulatnya yang terbungkus BH hitam terpampang dengan jelas. Pak Bono kemudian mengangkat kedua lengan Aryanti dan melepaskan kaitan BH hitam yang dipakainya dan dengan cepat melepasnya.
Fais merasakan sesak nafas melihat tayangan ‘live action’ didepan mata kepalanya sendiri. Melihat Aryanti perempuan yang sangat dikaguminya itu tengah bercumbu dengan orang tua yang seharusnya pantas menjadi ayahnya. Fais melihat pak Bono merebahkan Aryanti dan menciumi lehernya dan turun mengarah pada payudaranya. Diciuminya dan dikulumnya kedua putting susu Aryanti yang telah tegak mengacung dengan gemas.
“aagghhhh…asshhhh….” Aryanti menjerit kecil sambil menggigit bibir bawahnya
Ciuman pak Bono terus turun hingga mencapa perut Aryanti yang ramping, Aryanti mengerang penuh nikmat dicumbui pak Bono. Daster Aryanti yang masih tersangkut diperutnya tersebut lantas kembali ditariknya kebawah, bukannya menolak Aryanti justru membantu pak Bono mengangkat pantatnya supaya pak Bono lebih mudah melepaskan dasternya sendiri.
Kini Aryanti hampir sepenuhnya telanjang bulat, hanya celana dalam mini berwarna hitam yang senada dengan BH nya tadi yang masih terpakai rapi pada tempatnya. Fais hanya bisa meneguk ludah melihat pemandangan indah dihadapannya. Kini dia dapat melihat tubuh wanita idamannya telah setengah telanjang, dan tanpa disadari penisnya pun ikut menegang keras yang kemudian dia keluarkan karena mengganjal celananya.
“oouugghhh…mas boonooo…” Aryanti kembali mendesah saat pak Bono menyingkapkan tepian celana dalam Aryanti dan mulai mengoralnya. Pak Bono yang sudah berpengalaman tahu mana titik-titik rangsang pada tubuh wanita hingga membuat sang wanita yang tadinya menolak, namun kini terlihat menikmati.
Dibawanya Aryanti kelangit ketujuh, paha Aryanti terlihat dengan kuat seperti menjepit kepala pak Bono seolah tidak mau lidah sumber kenikmatannya beralih tempat. Meskipun demikian, pak Bono tidak kesulitan melanjutkan aktifitasnya menjelajahi rongga liang senggama Aryanti dengan lidahnya. Tangan Aryanti berusaha menggapai-gapai sekenanya, diremasinya tepian kursi sofa untuk meredam rasa geli yang dirasakannya, dan Aryanti tak berhendi mendesah menikmati.
Setelah beberapa lama, akhirnya pak Bono menghentikan jilatannya pada liang senggama Aryanti, dilihatnya perempuan itu tergolek disofa terengah-engah kehabisan nafas. Pak Bono hanya tersenyum melihaht kondisi Aryanti, dan kemudian dia melepaskan celana panjang dan kemejanya. Terlihatlah senjata rahasia pak Bono yang menggantung besar dan panjang, meski belum ereksi sempurna namun sudah terlihat kegagahan dari batang penis pak Bono. Ada rasa minder dalam diri Fais melihat ukuran penis pak Bono yang diatas miliknya itu.
Aryanti tersipu malu melihat ketelanjangan pak Bono meskipun bukan untuk yang pertama kalinya, namun saat pak Bono menyodorkan batang penisnya dan mengoles-oleskannya ke pipi Aryanti, janda itu dengan tanggap langsung meraih dan memasukkan kedalam mulutnya. Pak Bono terlihat sangat menyukai cara Aryanti mengoralnya. Tangan kanannya meremas remas kepala dan rambut panjang Aryanti dan sesekali menyingkirkan rambut yang menutupi mukanya sehingga menghalangi pak Bono yang ingin melihat wajah cantik Aryanti yang tengah mengoral penisnya.
Setelah hampir 15 menit dioral oleh Aryanti, pak Bono menarik batang penisnya hingga terlepas dari bibir Aryanti. Aryanti memandang pak Bono dengan tatapan sayu, Nampak jelas oleh Fais bahwa Aryanti tengah dilanda oleh birahinya. Aryanti Nampak berusaha berdiri setelah sebelumnya dia melepas celana dalamnya yang sudah tidak rapi lagi dan kemudian dipeluknya pak Bono yang masih mengenakan kemeja. Aryanti melepasi satu persatu kancing kemeja pak Bono dan kini mereka berdua telah sepenuhnya telanjang. Pak Bono mengusap-usap rambut yang berada dipunggung Aryanti dan kemudian Aryanti membalas dengan mencium bibir pak Bono penuh gairah, dan bibir mereka saling berpagutan. Penolakan Aryanti saat awal permainan tadi telah hilang sepenuhnya, dan tidak Nampak sama sekali pemaksaan oleh pak Bono pada diri Aryanti bahkan tangan Aryanti dengan spontan merangkul leher pak Bono.
Pak Bono kemudian kembali merebahkan Aryanti diatas sofa, lalu membuka paha Aryanti yang sintal lebar-lebar hingga liang senggama Aryanti jelas terlihat oleh Fais dari luar jendela. Liang senggama dari wanita pujaan hatinya kini siap dinikmati oleh pak Bono. Ada rasa marah, kecewa dan benci namun juga bernafsu berkecamuk dalam dirinya seperti saat dia memergoki melihat dengan mata kepala sendiri, Disha istrinya yang cantik tengah dengan rela dan pasrah digauli pria-pria yang jelas bukan suaminya. Aryanti benar-benar pasrah saat pak Bono menjilati leher hingga payudaranya sebelum dia mulai memasukkan batang penisnya yang telah ereksi sepenuhnya saat dioral olehnya.
“aakkhhh mass pelaan pelaan” Aryanti dengan reflek menjerit saat pak Bono mulai mendorong batang penisnya maju menyusuri liang senggamanya. Fais melihat ekspresi kenikmatan yang terpancar dari wajah Aryanti, kepalanya mendongak keatas dan membusungkan dadanya hingga kedua payudaranya semakin maju dan dapat dilumat olehpak Bono.
Dapat ditebak, Aryanti mendesah desah penuh gairah saat disetubuhi pak Bono sama seperti saat Fais melihat rekaman video di hp pak hari tempo waktu lalu. Tubuh keduanyanya sama-sama bersimbah peluh, begitu juga dengan Fais. Meski dirinya terkena tetesan air hujan namun tubuhnya panas dingin melihat adegan memilukan tersebut. Aryanti terlihat meraba dada pak Bono yang bidang meski dia sudah tua. Nampak sorot kekaguman terlihat dikelopak mata Aryanti pada pria tua itu dan larut dalam nikmatnya birahi.
Setelah beberapa lama, pak Bono memberikan kode untuk mengganti posisi, Aryanti mengerti maksud dari pak Bono dan dengan bergegas merubah posisi mengikuti kemauan pak Bono. Rupanya pak Bono ingin menyetubuhi Aryanti dari belakang. Aryanti terlihat bertumpu pada bahu sofa sementara pinggulnya dengan erat telah dicengkeram pak Bono.
“aakkhhh… ahhhh… aahhhh…” desahan Aryanti bersahutan dengan deru nafas pak Bono, desahan Aryanti semakin terdengan keras hingga terdengar sampai ke halaman rumahnya. Entahlah, birahinya mungkin sudah menguasai pikirannya hingga Aryanti seolah tidak perduli apabila ada tetangga yang mendengarnya. Dalam posisi doggy style pak Bono semakin diuntungkan karena batang penisnya yang sudah panjang itu semakin mudah menerobos dinding vagina Aryanti dan membuat tubuhnya meliuk-liuk tak beraturan. Tubuh Aryanti mulai lemas dan bergetar pertanda dia hampir meraih orgasmenya namun tanda-tanda pak Bono hendak keluar belum kelihatan.
“aahhh…aahhh lebih cepat masss” ujar Aryanti lirih
Aryanti mendesah-desah tidak karuan saat pak Bono menggenjot liang senggamanya lebih cepat. Tubuhnya melengking keatas dan kemudian jatuh kebawah begitu berulang-ulang. Dan kemudian Aryanti juga merasakan jika pak Bono hendak keluar, dapat dirasakan oleh dinding vaginanya jika penis pak Bono terasa sekamin keras dan membesar.
Pak Bono memeluk punggung Aryanti dengan kuat, kedua tangannya meremasi payudara Aryanti. Dipercepatnya genjotan dalam liang senggama Aryanti hingga beberapa saat kemudian…
“aaaahhhhhhh!” Aryanti mendesah keras sambil mendongak keatas dan membusungkan dadanya. Aryanti merasakan kenikmatan yang luar biasa, tubuhnya bergetar hebat saat cairan orgasmenya menyiram hangat pada batang penis pak Bono yang masih terus menggenjotnya dari belakang.
“ah nikmat sekali dik yanti, aakkhhh!” pak Bono melesakkan dalam-dalam batang penisnya kedalam liang senggama Aryanti dan menumpahkan beberapa semprotan sperma membanjiri rahim Aryanti. Rupanya mereka meraih orgasme hampir bersamaan. Pak Bono dan Aryanti sama-sama terdiam, nafas mereka terengah-engah, menikmati sisa-sisa puncak orgasme yang diraihnya. Tanpa sadar Fais juga telah berejakulasi sendiri dengan batuan tangan kirinya, ditumpahkannya spermanya pada dinding sang tuan rumah yang masih tergolek lemas disamping sang pejantan.